Mimpi Arsenal untuk kembali merajai Eropa harus berakhir di semifinal Liga Champions, namun bagi Mikel Arteta, kenyataan pahit itu tidak menggambarkan kualitas sebenarnya dari timnya. Dalam konferensi pers pascalaga, sang manajer menyuarakan kekecewaannya dengan jujur namun penuh keyakinan: “Saya rasa tidak ada tim yang lebih baik di kompetisi ini dari apa yang saya lihat.”
Arsenal tersingkir setelah kalah agregat dari Paris Saint-Germain, yang memastikan langkah mereka ke final berkat kemenangan 2-1 di leg kedua lewat gol-gol Fabian Ruiz dan Achraf Hakimi. Meski begitu, statistik menunjukkan dominasi Arsenal. The Gunners menciptakan ekspektasi gol (xG) sebesar 4.77 dalam dua leg, namun hanya berhasil mengonversi satu gol – bukti nyata dari ironi permainan: tampil hebat namun kurang efektif.
Arteta menilai bahwa timnya telah bermain dengan cara yang paling meyakinkan sepanjang turnamen. Dari pertahanan solid hingga aliran bola yang dinamis, Arsenal tampil konsisten dan atraktif. Namun, seperti halnya sepak bola pada umumnya, hasil akhir tidak selalu berpihak pada tim yang “bermain lebih baik”.
“Saya sangat bangga pada para pemain. Kami menciptakan peluang, kami mendominasi, kami hanya tidak cukup klinis. Tapi jika bicara soal performa, kami adalah tim terbaik musim ini di Liga Champions,” ujar Arteta.
Arsenal kini harus mengalihkan fokus ke kompetisi domestik, namun musim ini telah menjadi bukti bahwa mereka kembali menjadi kekuatan yang diperhitungkan di panggung Eropa. Meski langkah mereka terhenti di semifinal, Arteta telah membangun sesuatu yang lebih besar dari sekadar pencapaian — ia membangun harapan dan keyakinan.
PSG akan melaju ke final melawan Inter Milan, namun bagi banyak pendukung Arsenal, mereka tahu: mimpi itu belum mati, hanya tertunda.
Arteta Puji Performan Tim Meski Gagal Masuk Final
Arsenal harus menelan kenyataan pahit setelah gagal melaju ke final Liga Champions, meskipun mereka memberikan perlawanan sengit terhadap Paris Saint-Germain di semifinal. Sebuah perjalanan penuh drama dan ketegangan, yang dimulai dengan peluang emas Declan Rice di awal laga, namun berakhir dengan rasa frustasi bagi The Gunners.
Pada menit-menit pertama leg kedua, Arsenal langsung memberi ancaman serius kepada sang juara Prancis. Declan Rice menerima umpan silang dari Jurrien Timber dan menyundul bola menuju gawang, namun bola tersebut melenceng tipis dari sasaran. Itu hanya awal dari lima menit yang penuh ketegangan, di mana peluang demi peluang tercipta.
Martin Ødegaard dan Gabriel Martinelli kemudian memperoleh kesempatan emas untuk membuka skor, namun mereka harus berhadapan dengan performa gemilang dari kiper PSG, Gianluigi Donnarumma. Beberapa penyelamatan krusial Donnarumma memastikan bahwa Arsenal gagal mencetak gol, meskipun mereka mendominasi dalam hal peluang dan penguasaan bola.
Gol yang ditunggu-tunggu oleh para pendukung Arsenal pun tak kunjung tercipta. Meskipun The Gunners terus menekan, PSG akhirnya keluar sebagai pemenang, dengan agregat yang membuat mereka melaju ke final Liga Champions. Arsenal, yang gagal mengonversi peluang mereka, harus menerima kenyataan bahwa mimpi mereka untuk kembali ke puncak Eropa harus tertunda.
Kekecewaan mendalam tentu saja terasa, mengingat bahwa Arsenal telah melangkah jauh. Ini adalah semifinal keempat mereka yang berakhir tanpa hasil manis dalam beberapa tahun terakhir. Sebelumnya, mereka gagal di semifinal Liga Europa 2020-21, Piala Liga 2021-22, dan Piala Liga 2024-25. Namun, meskipun hasilnya tetap mengecewakan, Mikel Arteta tetap memuji performa timnya.
Arsenal Layak Mendapat Lebih, Namun PSG Lebih Efektif di Kotak Penalti
Meski tersingkir dari kompetisi Liga Champions dengan kepala tegak, Mikel Arteta tidak bisa menutupi rasa kekecewaan mendalam yang dirasakannya. Setelah perlawanan sengit melawan Paris Saint-Germain di semifinal, sang manajer menegaskan bahwa Arsenal sebenarnya adalah tim yang lebih baik di lapangan, meski pada akhirnya hasil akhir tidak berpihak pada mereka.
Dalam wawancara pascalaga, Arteta mengungkapkan keyakinannya bahwa Arsenal pantas mendapatkan lebih banyak dari dua leg semifinal tersebut. “Saya rasa tidak ada tim yang lebih baik di kompetisi ini dari apa yang saya lihat, tetapi kami tersingkir,” ujarnya dengan penuh rasa frustrasi. “Kami layak mendapatkan lebih, tetapi kompetisi ini adalah tentang kotak penalti, tentang para penyerang dan penjaga gawang. Mereka adalah pemain terbaik di kedua pertandingan.”
Pernyataan Arteta menunjukkan rasa hormat yang tinggi terhadap kualitas permainan kedua tim, tetapi juga penekanan pada perbedaan krusial yang menentukan hasil akhir: efektivitas di depan gawang dan performa penjaga gawang. Arsenal, meski lebih mendominasi dalam penguasaan bola dan peluang, harus mengakui bahwa PSG lebih klinis dalam mengonversi kesempatan menjadi gol. Gianluigi Donnarumma tampil cemerlang di bawah mistar gawang, menggagalkan beberapa peluang emas dari pemain seperti Martin Ødegaard dan Gabriel Martinelli.
Arteta Pujian untuk Tim Namun Kekecewaan Terhadap Penyelesaian Akhir
Arsenal harus menerima kenyataan pahit setelah gagal melangkah ke final Liga Champions, meskipun mereka menunjukkan performa yang lebih baik dibandingkan Paris Saint-Germain dalam dua leg semifinal. Meskipun mereka menguasai pertandingan dan menciptakan peluang lebih banyak, ketidakmampuan mereka untuk mengonversi peluang menjadi gol harus dibayar mahal, sementara kiper PSG, Gianluigi Donnarumma, tampil luar biasa dengan delapan penyelamatan.
Dalam wawancara pascalaga, Mikel Arteta mengungkapkan kekesalan dan kekecewaannya, namun tetap penuh dengan rasa bangga terhadap timnya. “Donnarumma melakukan delapan penyelamatan dan Arsenal menciptakan 4.77 gol dari ekspektasi gol (xG) selama dua leg, namun hanya mencetak satu gol,” kata Arteta dengan nada frustrasi. “Ketidakmampuan kami untuk tampil klinis dalam penyelesaian akhir sangat mahal. Kami harus menerima kenyataan ini, tetapi saya akan memberikan penilaian lebih lanjut setelah saya sedikit lebih tenang.”
Meskipun hasil akhir tidak berpihak pada mereka, Arteta merasa bahwa Arsenal seharusnya menang dalam dua pertandingan tersebut. “Perasaan saya dari bangku cadangan adalah bahwa kami jauh lebih baik dari mereka. Dalam dua leg ini, pemain terbaik di lapangan adalah penjaga gawang mereka. Donnarumma membuat perbedaan besar,” ujar Arteta.
Baca Juga :