Setelah satu dekade penuh prestasi bersama Manchester City, Kevin De Bruyne dikabarkan akan mengakhiri petualangannya di Etihad Stadium pada akhir musim ini. Gelandang asal Belgia itu, yang bergabung pada tahun 2015 dari Wolfsburg dengan biaya £54,5 juta, telah mengukir namanya sebagai salah satu pemain terbaik di era modern Premier League, memenangkan setiap trofi utama bersama tim asuhan Pep Guardiola.
Kabar kepergiannya tentu mengguncang dunia sepak bola, terlebih karena sang maestro akan tersedia dengan status bebas transfer. Tak butuh waktu lama, beberapa klub langsung menyusun strategi untuk mendapatkan jasanya. Aston Villa menjadi salah satu klub Inggris yang tertarik, melihat potensi kehadiran De Bruyne sebagai langkah besar menuju peta persaingan elite Eropa.
Namun, ancaman serius datang dari Italia. Menurut laporan Sky Italia, Napoli sudah mulai menjalin kontak dengan perwakilan De Bruyne untuk mendiskusikan kemungkinan transfer musim panas ini. Tim asuhan Antonio Conte sedang membangun fondasi kuat untuk musim depan dan percaya bahwa kehadiran De Bruyne akan menjadi elemen kunci dalam ambisi mereka kembali merajai Serie A dan tampil kompetitif di Liga Champions.
Meskipun kesepakatan diprediksi rumit—mengingat persaingan dari klub-klub besar Eropa lainnya serta nilai gaji sang pemain—Napoli tetap optimis. Mereka melihat De Bruyne bukan sekadar pemain, tapi pemimpin yang bisa mengubah dinamika tim secara instan.
Masa Depan Kevin De Bruyne Jadi Rebutan Napoli dan Aston Villa
Kevin De Bruyne, maestro lini tengah yang telah mewarnai dominasi Manchester City selama satu dekade, kini memasuki babak baru dalam kariernya. Dengan kontraknya yang berakhir di musim panas mendatang, sang gelandang berusia 33 tahun menjadi incaran sejumlah klub top Eropa—termasuk Napoli dan Aston Villa—namun keputusan akhir tampaknya akan lebih ditentukan oleh faktor personal daripada sekadar proyek sepak bola.
Napoli, yang saat ini ditangani oleh Antonio Conte, berharap bisa memanfaatkan hubungan dekat De Bruyne dengan rekan senegaranya, Romelu Lukaku, sebagai daya tarik emosional. Bagi klub Serie A itu, mengamankan tanda tangan De Bruyne bukan hanya soal memperkuat lini tengah, tetapi juga menghadirkan pemimpin berkelas dunia dalam upaya mereka kembali bersaing di papan atas domestik dan Eropa.
Di sisi lain, Aston Villa juga tak tinggal diam. Diskusi internal telah dilakukan, dengan manajemen mempertimbangkan bagaimana kehadiran pemain sekelas De Bruyne bisa mendongkrak ambisi mereka untuk menembus empat besar Premier League secara konsisten. Namun, ada tantangan besar: De Bruyne sangat memprioritaskan stabilitas keluarga dan kehidupan pribadi, dan keengganannya untuk melakukan perpindahan besar-besaran membuat beberapa klub Premier League mulai berpikir dua kali.
Tak bisa disangkal, De Bruyne telah menulis sejarah gemilang di Inggris. Enam gelar Premier League, lima Piala Carabao, dua Piala FA, dan satu Liga Champions hanyalah sebagian dari jejak prestasi luar biasa yang ia torehkan. Ia bukan hanya simbol kesuksesan Manchester City, tapi juga sosok yang mengubah standar permainan lini tengah di liga tersulit dunia.
De Bruyne Tinggalkan Manchester City, Guardiola Kenang Sosok Legenda
Kevin De Bruyne, arsitek lini tengah yang telah menjadi wajah dari kesuksesan Manchester City di era modern, dipastikan akan mengakhiri kebersamaannya dengan klub pada akhir musim. Kabar ini menjadi momen emosional bagi klub, penggemar, dan terutama bagi manajer Pep Guardiola, yang menyebutnya sebagai “salah satu pemain terhebat yang pernah menghiasi Premier League.
De Bruyne, yang bergabung dengan City dari Wolfsburg pada 2015, telah menjadi otak dari permainan menyerang City selama hampir satu dekade. Puncaknya terjadi pada musim 2022/23 ketika ia berperan sentral dalam meraih treble—Premier League, Piala FA, dan Liga Champions—sebuah pencapaian yang menegaskan status City sebagai kekuatan dominan Eropa.
Guardiola tak bisa menyembunyikan kesedihannya. Bagi pelatih asal Spanyol itu, kepergian De Bruyne bukan sekadar kehilangan pemain hebat, melainkan perpisahan dengan seorang pemimpin lapangan yang telah mengeksekusi ide-idenya dengan presisi luar biasa. “Ini adalah hari yang menyedihkan,” ujar Guardiola. “Kevin bukan hanya pemain luar biasa, tapi juga pribadi yang membuat semua di sekitarnya menjadi lebih baik.
Tak hanya diukur lewat trofi, warisan De Bruyne juga terukir dalam statistik dan gaya main. Visinya, akurasi umpan, dan kecerdasannya dalam membaca ruang membuatnya menjadi tolok ukur gelandang modern. Dengan enam gelar Premier League, lima Piala Carabao, dua Piala FA, dan satu trofi Liga Champions, De Bruyne telah menulis babak emas dalam sejarah klub.
Saat City bersiap menyambut era baru, dunia sepak bola akan menantikan langkah selanjutnya dari sang maestro Belgia. Tapi satu hal pasti: warisan De Bruyne di Etihad akan dikenang sebagai salah satu yang paling gemilang dalam sejarah Premier League.
Baca Juga :