Ketika daftar pemain Timnas Indonesia untuk menghadapi China dan Jepang diumumkan, publik langsung bereaksi. Dari sekian nama yang dipanggil, dua nama besar justru absen: Elkan Baggott dan Ragnar Oratmangoen. Absennya dua pemain diaspora itu sontak memunculkan berbagai spekulasi. Padahal, keduanya dikenal memiliki kontribusi penting, terutama dalam pertandingan-pertandingan krusial Timnas di level internasional.
Namun, apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa PSSI dan pelatih Shin Tae-yong memilih untuk tidak menyertakan mereka? Artikel ini akan mengulas secara mendalam alasan di balik keputusan tersebut, termasuk faktor teknis, non-teknis, hingga strategi jangka panjang yang sedang disiapkan Timnas Indonesia.
Elkan Baggott Pilar Pertahanan yang Kian Diperhitungkan
Nama Elkan Baggott tak asing bagi pecinta sepak bola Indonesia. Pemain yang tumbuh di Inggris ini telah menjadi andalan lini belakang Garuda sejak debutnya. Posturnya yang tinggi, kemampuan membaca permainan, dan determinasi tinggi menjadikannya salah satu pemain belakang paling menjanjikan untuk masa depan Indonesia.
Namun, sejak pertengahan musim 2024/25, Baggott kesulitan mendapatkan menit bermain reguler di klubnya, Bristol Rovers. Cedera ringan dan perubahan skema taktik pelatih klub membuat posisinya tak lagi aman. Hal ini disinyalir menjadi salah satu alasan mengapa PSSI dan tim pelatih menilai belum waktunya ia kembali ke Timnas dalam FIFA Matchday melawan China dan Jepang.
“Kami mempertimbangkan kondisi kebugaran dan performa terkini pemain. Elkan belum dalam kondisi ideal, baik secara fisik maupun ritme permainan,” ujar seorang sumber internal PSSI yang tak ingin disebutkan namanya.
Ragnar Oratmangoen Winger Lincah yang Sedang Mencari Konsistensi
Berbeda dengan Elkan, Ragnar Oratmangoen sebenarnya tengah menikmati momen positif di klubnya, Fortuna Sittard. Meski belum mencetak banyak gol, pergerakan lincah dan kemampuannya menembus pertahanan lawan sangat membantu skema permainan klub.
Namun, sejak bergabung dengan Timnas Indonesia tahun lalu, kontribusi Ragnar di level internasional masih dinilai belum stabil. Beberapa pengamat menilai bahwa adaptasi Ragnar terhadap gaya bermain Asia Tenggara masih berjalan. Hal ini bisa dimaklumi, mengingat perbedaan besar antara sepak bola Eropa dan Asia, baik dari segi tempo permainan, cuaca, hingga pola komunikasi tim.
“Ragnar pemain yang punya potensi besar, tapi kami juga harus melihat siapa yang paling siap dalam waktu yang tersedia. FIFA Matchday kali ini sangat menentukan, jadi kami butuh pemain yang sudah terbiasa dengan ritme permainan di kawasan ini,” ungkap pelatih Shin Tae-yong dalam konferensi pers virtual.
Fokus pada Pemain yang Aktif dan Siap Tanding
Pelatih Shin Tae-yong dan PSSI terlihat mulai menerapkan standar pemanggilan yang lebih objektif. Salah satu kriteria utama yang kini dikedepankan adalah menit bermain reguler di level klub dan kesiapan taktis pemain untuk langsung tampil dalam laga kompetitif.
Dari sisi tersebut, ada beberapa pemain muda dan lokal yang justru lebih menunjukkan konsistensi. Nama-nama seperti Rizky Ridho, Jordi Amat, hingga Pratama Arhan dinilai lebih siap menjalankan instruksi pelatih dalam situasi genting.
Selain itu, PSSI juga ingin memberi kesempatan lebih luas kepada pemain-pemain dari Liga 1 yang tampil mengesankan sepanjang musim. Hal ini tentu menjadi kabar baik bagi sepak bola nasional karena membuktikan bahwa performa di dalam negeri tetap menjadi acuan utama.
Strategi Jangka Panjang Pembentukan Tim Solid Menuju Putaran 4
Laga melawan China dan Jepang merupakan bagian dari putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia. Artinya, keputusan pemanggilan pemain bukan hanya untuk hasil jangka pendek, tetapi juga sebagai bagian dari persiapan tim menuju babak yang lebih kompetitif.
Dalam skema jangka panjang, pelatih Shin Tae-yong tampaknya ingin membentuk kerangka tim inti yang solid, terdiri dari kombinasi pemain diaspora dan lokal yang benar-benar siap secara fisik dan taktis. Untuk mewujudkan itu, rotasi pemain sangat diperlukan agar pelatih bisa mengukur kemampuan seluruh skuad secara merata.
Keseimbangan dan Kedisiplinan Jadi Prioritas
Dari berbagai informasi internal yang beredar, tampaknya ada penekanan baru dari tim pelatih mengenai disiplin dan keseimbangan permainan. Elkan, meski kuat dalam duel udara dan tekel, terkadang dinilai lambat dalam transisi. Ragnar, di sisi lain, sangat agresif menyerang tapi masih butuh waktu untuk beradaptasi dalam peran bertahan.
Dengan melawan dua negara kuat seperti China dan Jepang, pelatih Shin tampaknya membutuhkan pemain dengan dua fase permainan (dua arah) yang kuat. Ini bisa jadi alasan mengapa winger seperti Yakob Sayuri dan Saddil Ramdani lebih diprioritaskan, karena keduanya telah terbukti solid saat bertahan dan efektif saat menyerang.
Masalah Logistik dan Administrasi
Tak bisa dimungkiri bahwa pemanggilan pemain diaspora selalu diwarnai tantangan administratif dan logistik. Dari urusan visa, asuransi, hingga pelepasan pemain oleh klub Eropa sering kali menjadi kendala tersendiri.
Menurut informasi dari PSSI, Elkan dan Ragnar termasuk dalam daftar pemain yang semula masuk radar. Namun, ada hambatan komunikasi dan koordinasi antara pihak federasi dan klub terkait waktu pelepasan. Dengan waktu yang sempit dan persiapan minim, tim pelatih akhirnya memutuskan untuk tidak memaksakan pemanggilan dua pemain ini.
Respons Netizen dan Pengamat Pro Kontra Tak Terhindarkan
Keputusan tidak memanggil Elkan dan Ragnar tentu menuai pro dan kontra. Di media sosial, banyak netizen yang mempertanyakan langkah PSSI dan menyayangkan absennya dua nama besar itu. Mereka beranggapan bahwa pengalaman Elkan dan Ragnar sangat dibutuhkan dalam laga melawan dua negara kuat seperti China dan Jepang.
Namun, tak sedikit pula yang mendukung keputusan ini. Mereka menilai sudah saatnya Timnas Indonesia tidak bergantung pada pemain diaspora, apalagi jika tidak dalam kondisi terbaik. Beberapa pengamat juga menyebut bahwa stabilitas tim lebih penting dari sekadar nama besar.
“Keputusan ini menunjukkan bahwa pelatih ingin membangun tim berdasarkan performa, bukan popularitas. Ini langkah profesional,” kata analis sepak bola nasional, Ganesha Wijaya.
Pandangan Elkan dan Ragnar Tidak Ada Drama
Menariknya, baik Elkan maupun Ragnar menunjukkan sikap yang dewasa terkait ketidakhadiran mereka. Dalam unggahan Instagram pribadinya, Elkan menyebutkan bahwa dirinya tengah fokus memulihkan kondisi dan siap kembali jika dibutuhkan.
Ragnar pun mengunggah video latihan di Belanda disertai caption: “Terus bekerja, demi masa depan yang lebih besar.” Keduanya tampak tidak menunjukkan rasa kecewa atau polemik, justru menegaskan bahwa mereka tetap berkomitmen untuk Timnas Indonesia.
Peluang Kembali Masih Terbuka
Meski absen kali ini, bukan berarti pintu Timnas tertutup bagi Elkan dan Ragnar. Pelatih Shin Tae-yong sudah beberapa kali menegaskan bahwa semua pemain punya kesempatan yang sama, selama menunjukkan performa positif dan komitmen terhadap tim nasional.
Dengan jadwal pertandingan internasional yang masih panjang, termasuk kualifikasi Piala Asia dan kemungkinan laga uji coba lain, keduanya bisa saja kembali dipanggil jika berhasil meningkatkan performa dan kebugaran mereka di klub.
Baca Juga: