1920x600-TOP-ID
ID
ID
previous arrow
next arrow

SBOTOP: Tumbang di Kandang Sendiri Persebaya Bayar Mahal Akibat Blunder Fatal Lawan Bali United

Atmosfer Stadion Gelora Bung Tomo malam itu seharusnya menjadi saksi semangat penuh kemenangan Persebaya Surabaya. Namun, harapan ribuan Bonek yang memadati tribun berubah menjadi kekecewaan. Tim kebanggaan mereka harus mengakui keunggulan tamu, Bali United, dengan skor tipis 1-2. Lebih dari sekadar kekalahan, hasil ini meninggalkan luka karena dua gol yang bersarang ke gawang Persebaya lahir dari kesalahan elementer yang tak semestinya terjadi di level kompetisi tertinggi.

Kekalahan ini menjadi alarm keras bagi Green Force. Bukan hanya karena mereka kalah di kandang sendiri, namun karena cara kekalahan itu terjadi—berawal dari blunder individual yang membuka jalan kemenangan lawan.

Jalannya Pertandingan Agresif di Awal Namun Rontok di Tengah

Persebaya memulai laga dengan cukup percaya diri. Pelatih Paul Munster menurunkan formasi menyerang 4-3-3 dengan Bruno Moreira, Paulo Henrique, dan Marselino Ferdinan di lini depan. Dominasi penguasaan bola sempat dikuasai Persebaya di 15 menit awal, dengan pressing ketat dan permainan kombinasi pendek.

Namun keunggulan penguasaan bola itu gagal diubah menjadi peluang berbahaya. Di sisi lain, Bali United yang lebih sabar dalam membangun serangan justru tampak lebih efektif.

Petaka pertama terjadi di menit ke-27. Kesalahan fatal dari bek tengah Persebaya, yang berusaha memainkan bola terlalu lama di daerah pertahanan sendiri, justru dimanfaatkan Ilija Spasojevic. Striker veteran Bali United tak menyia-nyiakan kesempatan dan mencetak gol pembuka usai merebut bola dan menaklukkan kiper Andhika Ramadhani.

Gol itu mengubah jalannya pertandingan. Persebaya yang sebelumnya tenang mulai kehilangan ritme. Beberapa kali upaya bangun serangan terlihat terburu-buru. Bali United memanfaatkan situasi ini dengan cerdik.

Menjelang akhir babak pertama, satu lagi blunder kembali terjadi. Kali ini dari backpass yang tak akurat dari sisi kiri pertahanan, yang justru mengarah ke pemain Bali United. Ricky Fajrin yang melihat celah langsung melakukan cutback, dan bola diselesaikan oleh Privat Mbarga dengan mudah. Skor berubah menjadi 0-2.

Bangkit Terlambat

Babak kedua menunjukkan intensitas berbeda dari Persebaya. Masuknya Dicky Kurniawan dan Supriadi memberikan kesegaran di sektor sayap. Bruno Moreira sempat mencetak gol di menit ke-66 melalui sundulan setelah menyambut umpan silang mendatar dari Supriadi.

Namun gol tersebut datang terlambat. Bali United yang unggul secara taktis dan mental bermain disiplin di 20 menit terakhir. Beberapa peluang sempat lahir dari skema bola mati dan crossing, namun ketangguhan Nadeo Argawinata di bawah mistar Bali United menutup rapat harapan Persebaya.

Hingga peluit panjang dibunyikan, skor tetap 1-2. Bali United pulang dengan tiga poin, sementara Persebaya harus menerima kenyataan pahit kalah di kandang sendiri karena kesalahan mereka sendiri.

Analisis Ketika Blunder Jadi Musuh Utama

Kekalahan ini menjadi bahan refleksi mendalam bagi Persebaya. Sepanjang pertandingan, Green Force mencatat penguasaan bola 58%, dengan total 14 percobaan tembakan, namun hanya empat yang mengarah tepat ke gawang. Sementara Bali United hanya mencatat delapan tembakan dengan lima tepat sasaran, dua di antaranya berbuah gol—semuanya diawali dari kesalahan pemain Persebaya sendiri.

Blunder yang dilakukan pemain belakang menjadi sorotan utama. Pelatih Paul Munster tak menampik hal itu dalam sesi konferensi pers usai laga.

“Kita kalah bukan karena Bali bermain luar biasa, tapi karena kita menghukum diri kita sendiri. Dua gol itu datang dari kesalahan yang seharusnya tidak terjadi. Ini pelajaran penting,” ujar Munster.

Reaksi Bonek Antara Kekecewaan dan Dukungan

Bonek, yang selalu menjadi suporter militan bagi Persebaya, menunjukkan dua sisi emosi. Di satu sisi mereka kecewa dengan performa tim, terutama karena kalah akibat blunder. Di sisi lain, mereka tetap memberikan tepuk tangan saat para pemain berjalan ke tribun seusai pertandingan.

Salah satu koordinator tribun Green Nord menyampaikan:

“Kami kecewa, itu pasti. Tapi kami tetap bersama tim ini. Kami tahu pemain juga tidak ingin membuat kesalahan. Yang penting evaluasi serius harus dilakukan. Jangan ulangi ini lagi.”

Beberapa spanduk bertuliskan “Fokus dan Jangan Buat Kesalahan Konyol Lagi!” terlihat dibentangkan saat akhir pertandingan. Ini mencerminkan semangat kritis dan mendukung dalam satu napas yang sama.

Masalah Lama yang Kembali Terulang

Blunder yang terjadi dalam laga melawan Bali United seolah menjadi pengulangan dari problem yang pernah dihadapi Persebaya musim lalu. Kesalahan umpan pendek di area berbahaya, miskomunikasi antar lini belakang, dan tekanan mental saat ditekan, menjadi pola yang seharusnya bisa diputus.

Pakar sepak bola nasional, Anang Ma’ruf, mengomentari:

“Masalahnya bukan hanya teknis, tapi juga mental. Para pemain cenderung panik saat ditekan. Padahal ketika mereka bermain dengan tenang, Persebaya bisa mengontrol laga.”

Ia juga menekankan pentingnya leadership di lini belakang. Absennya sosok pemimpin seperti Rachmat Irianto yang kini membela klub lain terasa sangat nyata. Bek muda yang mengisi pos tersebut tampak belum sepenuhnya matang dalam mengambil keputusan di situasi kritis.

Posisi Klasemen dan Tekanan yang Meningkat

Akibat kekalahan ini, Persebaya turun ke peringkat 9 klasemen sementara Liga 1. Dari lima laga terakhir, mereka hanya meraih satu kemenangan, dua hasil imbang, dan dua kekalahan. Tren ini tentu menjadi perhatian serius menjelang laga-laga berat berikutnya, termasuk menghadapi tim papan atas seperti Borneo FC dan Persib Bandung.

Tekanan kini mulai meningkat terhadap pelatih Paul Munster, meski sebagian besar pihak masih menilai ia layak diberi waktu lebih lama untuk membentuk karakter tim. Namun, dalam sepak bola profesional, hasil adalah segalanya.

Membangun Kembali dari Keterpurukan

Kekalahan menyakitkan seperti ini bisa menjadi pemicu dua hal: kejatuhan yang lebih dalam atau titik balik kebangkitan. Persebaya harus memilih jalur yang kedua. Evaluasi menyeluruh perlu dilakukan, terutama dalam aspek komunikasi, konsentrasi, dan pengambilan keputusan di lini belakang.

Langkah-langkah konkret yang bisa dilakukan antara lain:

  • Rotasi dan kompetisi internal: Pemain yang membuat kesalahan fatal harus diberi evaluasi yang objektif, bahkan jika perlu diganti sementara untuk menjaga stabilitas tim.
  • Latihan situasional tekanan tinggi: Sesi latihan harus dibuat seolah dalam kondisi game-realistic, terutama ketika ditekan lawan.
  • Penambahan pemain berpengalaman: Jika bursa transfer tengah musim dibuka, Persebaya bisa mempertimbangkan mendatangkan bek tengah senior dengan kualitas dan leadership tinggi.
  • Pendekatan psikologis: Kesalahan individual sering berakar dari tekanan mental. Pendampingan psikolog olahraga bisa menjadi solusi untuk membentuk ketangguhan mental.

Dukungan Tetap Mengalir

Meski kecewa, Bonek tetap menjadi benteng terakhir bagi mental pemain. Banyak suporter yang menyuarakan dukungan di media sosial.

“Kita kecewa karena cinta. Tapi kami tahu tim ini sedang dibangun ulang. Ayo bangkit, Bajol Ijo!” tulis salah satu akun fanbase Bonek.

Para legenda Persebaya juga ikut menyuarakan semangat. Beberapa di antaranya bahkan hadir langsung di stadion dan terlihat berbicara dengan para pemain muda usai laga.

Bali United Tim Efisien yang Tahu Cara Menang

Di sisi lain, kemenangan Bali United juga patut diapresiasi. Mereka datang dengan strategi matang, fokus pada transisi cepat, dan memanfaatkan kesalahan lawan dengan cermat. Stefano Cugurra “Teco” sekali lagi menunjukkan kecerdasannya dalam membaca permainan.

“Kami tahu Persebaya kuat di bola pendek, jadi kami menekan tinggi dan menunggu kesalahan. Strategi itu berhasil,” ujar Teco seusai laga.

Bali United kini duduk di posisi 3 klasemen, semakin mengukuhkan diri sebagai salah satu kandidat kuat juara musim ini.

Baca Juga:

TAGS:
CLOSE