1920x600-TOP-ID
ID
ID
previous arrow
next arrow

SBOTOP Dewa United Klarifikasi: Tak Ada Hubungan dengan Klub Asal Kamboja Kompong Dewa

Isu mengejutkan muncul di pertengahan bursa transfer Liga 1 Indonesia musim 2025/26. Sebuah klub dari Kamboja yang baru terbentuk, bernama Kompong Dewa FC, mendadak jadi sorotan publik Tanah Air karena nama dan identitas visualnya yang dianggap mirip dengan Dewa United FC, klub profesional yang bermarkas di Tangerang. Kesamaan itu memicu spekulasi, bahkan tudingan bahwa kedua klub memiliki keterkaitan—baik dalam kepemilikan, kerja sama strategis, ataupun cabang ekspansi.

Namun, pihak manajemen Dewa United akhirnya angkat bicara. Dalam sebuah pernyataan resmi yang dirilis pada awal Juli 2025, mereka membantah segala bentuk keterkaitan dengan Kompong Dewa FC dan menyebut kesamaan nama hanya kebetulan semata.

Asal-Usul Isu Munculnya Kompong Dewa FC di Liga Kamboja

Kompong Dewa FC muncul ke permukaan publik saat diperkenalkan sebagai salah satu klub peserta Liga 2 Kamboja (Cambodian League 2) musim 2025. Klub ini berdiri di kota Kampong Cham, sebuah wilayah berjarak sekitar 120 km dari Phnom Penh. Dalam konferensi pers perdananya, Kompong Dewa memperkenalkan logo klub yang menggunakan warna dominan emas dan hitam—dua warna khas yang juga digunakan Dewa United.

Tak hanya itu, nama “Dewa” yang digunakan klub Kamboja ini sontak mengundang spekulasi dari publik sepak bola Asia Tenggara. Beberapa media lokal bahkan menulis bahwa Kompong Dewa FC diduga merupakan klub satelit dari Dewa United, atau setidaknya bagian dari kerja sama bisnis di bidang olahraga.

Isu ini dengan cepat menyebar di media sosial, terutama di kalangan pendukung sepak bola Indonesia. Banyak netizen mempertanyakan apakah Dewa United sedang mengikuti jejak beberapa klub elite dunia yang membentuk jaringan klub internasional seperti City Football Group (Manchester City) atau Red Bull Group (RB Leipzig, Red Bull Salzburg, dll).

Klarifikasi Tegas dari Manajemen Dewa United

Dalam konferensi pers yang digelar di Training Ground Dewa United di kawasan Pagedangan, Tangerang, CEO Dewa United FC, Ardian Satya Negara, akhirnya memberikan klarifikasi tegas.

“Kami ingin menegaskan bahwa tidak ada hubungan sama sekali antara Dewa United FC dengan klub asal Kamboja bernama Kompong Dewa FC. Tidak ada kepemilikan, tidak ada kerja sama, tidak ada komunikasi resmi, maupun tidak ada perwakilan dari kami di sana,” ujar Ardian di hadapan awak media, Senin (1/7).

Ia juga menyatakan bahwa pihak klub telah melakukan penelusuran internal dan tak menemukan adanya afiliasi bisnis atau individu yang terhubung ke Kompong Dewa FC.

“Kami menghargai kreativitas klub manapun di Asia Tenggara yang ingin tumbuh dan berkembang. Tapi bila ada kemiripan nama dan warna, kami harap publik bisa bijak menyikapinya. Kami tidak memiliki cabang di luar negeri, dan fokus kami adalah membangun klub ini dari akar di Indonesia.”

Nama “Dewa” Unsur Budaya atau Strategi Branding

Nama “Dewa” dalam konteks budaya Indonesia memang memiliki makna yang luas. Ia merujuk pada figur ilahi dalam tradisi Hindu dan Budha, dan kerap digunakan dalam berbagai konteks—baik nama orang, merek dagang, hingga nama tempat. Namun, penggunaannya dalam dunia sepak bola terbilang jarang, hingga Dewa United hadir di panggung nasional sejak 2021.

Dalam kasus Kompong Dewa, sejumlah pengamat menyebut kemungkinan bahwa penggunaan nama tersebut bisa jadi berkaitan dengan citra religius atau simbolik lokal. Di wilayah Asia Tenggara, termasuk Kamboja, konsep “dewa” juga memiliki arti penting dalam struktur sosial dan spiritual.

Dr. Thony Santosa, pakar branding olahraga dari Universitas Indonesia, menjelaskan:

“Dalam branding, nama dan warna memiliki daya tarik tersendiri. Ketika Kompong Dewa menggunakan nama dan warna mirip Dewa United, bisa saja itu tidak disengaja. Tapi publik tetap bisa menangkap kesan bahwa ada keterkaitan, apalagi di era digital saat visual dan nama sangat kuat membentuk persepsi.”

Keterbukaan dan Antisipasi Pelanggaran Merek

Meskipun Dewa United sudah memberikan klarifikasi, pertanyaan lanjutan muncul: apakah mereka akan mengambil langkah hukum atau membawa isu ini ke ranah hak kekayaan intelektual?

Dalam sesi tanya jawab, CEO Ardian menyatakan bahwa pihaknya masih mempelajari kemungkinan pelanggaran merek dagang, namun tidak ingin gegabah.

“Kami sudah mendaftarkan nama dan logo klub kami ke Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual Republik Indonesia dan melalui sistem internasional Madrid Protocol. Jadi, jika ada indikasi pelanggaran, tentu kami akan melindungi identitas klub ini sesuai hukum yang berlaku.”

Namun ia menambahkan bahwa untuk saat ini, klub lebih memilih jalur komunikasi diplomatis jika diperlukan, alih-alih langsung menggugat klub asing tersebut.

Reaksi Publik Dari Lelucon hingga Kekhawatiran

Respons publik sepak bola Indonesia terhadap isu ini cukup beragam. Di media sosial, muncul berbagai komentar bernada humor seperti:

“Jangan-jangan Kompong Dewa itu Dewa United versi franchise!”
“Kalau mereka juara di Kamboja, kita ngaku aja sepupu jauh.”

Namun tak sedikit pula yang menyuarakan kekhawatiran tentang perlindungan merek, citra klub, dan potensi komersial yang bisa terganggu bila tidak ditangani serius. Sejumlah pendukung Dewa United juga meminta manajemen lebih proaktif dalam menjaga identitas klub, apalagi di tengah ekspansi brand olahraga yang semakin kompleks di Asia Tenggara.

Eka Hermawan, anggota komunitas suporter Tangsel Warriors, mengatakan:

“Kalau memang nggak ada hubungan, bagus sudah diklarifikasi. Tapi klub juga harus jaga agar jangan sampai nama Dewa United disalahgunakan. Kita bangga sama identitas klub, jadi harus dijaga dong.”

Posisi Dewa United di Sepak Bola Indonesia

Sejak debutnya di Liga 1 pada musim 2022, Dewa United FC dikenal sebagai klub modern yang mengusung pendekatan profesional dan digital-savvy. Mereka aktif di media sosial, merilis konten kreatif, dan mengembangkan fasilitas latihan berstandar tinggi. Meskipun belum meraih trofi besar, Dewa United dipandang sebagai klub dengan visi jangka panjang yang jelas.

Musim 2024/25 lalu, Dewa United menutup kompetisi di papan tengah klasemen Liga 1, sebuah pencapaian stabil untuk klub yang baru beberapa tahun naik kasta. Kini, mereka fokus membangun skuad muda dan meningkatkan ekosistem pendukung melalui kerja sama akademi dan CSR.

Dengan reputasi ini, tak heran jika identitas mereka dianggap memiliki “nilai” yang bisa ditiru atau bahkan ditunggangi oleh pihak luar.

Fenomena Klub Kembar Globalisasi Nama dalam Sepak Bola

Kasus seperti Dewa United dan Kompong Dewa sejatinya bukan hal baru dalam dunia sepak bola. Globalisasi telah membuat nama klub, logo, hingga warna seragam menjadi bagian dari tren komersialisasi lintas negara.

Beberapa contoh fenomena serupa:

  • Red Bull Group: Memiliki klub di Austria, Jerman, Brasil, dan AS.
  • City Football Group: Mengelola Manchester City (Inggris), Melbourne City (Australia), hingga Mumbai City (India).
  • Lechia Gdańsk (Polandia) dan Lechia Zielona Góra: Dua klub berbeda yang berbagi nama “Lechia” karena akar historis yang sama.

Namun, perbedaan antara afiliasi resmi dan kesamaan nama yang kebetulan sangat penting. Klub harus tegas dalam menyampaikan perbedaan tersebut untuk menjaga nilai merek dan kepercayaan publik.

Peluang atau Ancaman

Beberapa analis melihat bahwa meskipun kasus Kompong Dewa FC menimbulkan polemik, ada juga peluang tersembunyi. Jika dikelola dengan baik, ini bisa menjadi awal komunikasi antar-klub di ASEAN yang mengarah pada kerja sama konkret.

Rizal Ramadhan, jurnalis sepak bola Asia Tenggara, mengungkapkan:

“Kalau Dewa United tertarik menjalin kemitraan internasional, justru ini bisa jadi momentum awal. Mungkin bukan dengan Kompong Dewa, tapi klub lain di ASEAN. Seperti bagaimana BG Pathum United di Thailand bekerja sama dengan tim Jepang.”

Namun ia juga menekankan bahwa itu harus diawali dari niat baik dan struktur legal yang jelas.

Baca Juga:

TAGS:
CLOSE