Kompetisi sepak bola nasional kembali memasuki babak baru. Liga 1 Indonesia musim 2025/26 telah resmi digelar dengan banyak sorotan, mulai dari pembenahan regulasi, penerapan teknologi baru, hingga perbaikan tata kelola kompetisi. Namun satu hal yang masih menjadi tantangan besar adalah peringkat liga Indonesia di kancah Asia, yang hingga saat ini belum menunjukkan perkembangan signifikan.
Salah satu suara yang paling lantang dalam mendorong perubahan datang dari Direktur Utama Persija Jakarta, Ambono Janurianto. Dalam sebuah konferensi pers di Jakarta, ia menegaskan bahwa memperbaiki peringkat Liga 1 bukan hanya tugas PSSI atau operator liga, tapi merupakan pekerjaan rumah (PR) bersama seluruh elemen sepak bola tanah air—klub, pemain, pelatih, ofisial, hingga suporter.
Pernyataan tersebut bukan sekadar retorika. Ambono, yang dikenal sebagai pemimpin progresif dan visioner, membeberkan sejumlah langkah konkret yang harus dilakukan agar Liga 1 Indonesia tidak terus tertinggal dari liga-liga lain di Asia Tenggara, seperti Thailand League, V.League Vietnam, atau bahkan Malaysia Super League. Ia juga menyinggung peran penting klub-klub besar seperti Persija dalam mempelopori standar profesional yang bisa menjadi panutan nasional.
Berikut ini adalah pembahasan lengkap tentang visi Ambono Janurianto untuk mengangkat kualitas dan peringkat Liga Indonesia, serta peran kolektif semua pihak dalam mewujudkannya.
Peringkat Liga Cerminan Kualitas Kompetisi
Peringkat liga di tingkat Asia—baik oleh AFC maupun dalam indeks klub global—bukan sekadar angka statistik. Ia merupakan indikator menyeluruh tentang kualitas kompetisi, tata kelola, infrastruktur, keuangan klub, hingga performa tim di level kontinental. Hingga pertengahan 2025, Liga 1 Indonesia masih tertahan di luar 10 besar Asia dan berada di bawah liga-liga dari Jepang, Korea Selatan, Iran, Qatar, Arab Saudi, dan bahkan Thailand.
Ambono menyebut hal ini sebagai situasi yang harus segera diubah. “Kita punya klub-klub besar dengan sejarah panjang, stadion megah, dan suporter luar biasa. Tapi kalau bicara peringkat liga, kita masih kalah jauh. Ini jadi cerminan bahwa ada sistem yang belum optimal,” ujar Ambono.
Menurutnya, selama bertahun-tahun sepak bola Indonesia terlalu fokus pada hiruk pikuk pertandingan dan rivalitas, tapi mengabaikan hal-hal mendasar seperti manajemen klub, pembinaan usia muda, dan standardisasi pelatihan pelatih serta ofisial. Akibatnya, ketika klub-klub Indonesia tampil di AFC Cup atau AFC Champions League, mereka kesulitan bersaing dengan wakil negara lain yang lebih rapi dan terstruktur.
“Persija sendiri pernah merasakan itu. Ketika tampil di AFC, intensitas dan tekanan lawan luar biasa. Kita kalah bukan karena kurang semangat, tapi karena sistem dan persiapan kita belum sampai ke level mereka,” tegas Ambono.
Transformasi Klub Sebagai Kunci Utama
Bagi Ambono Janurianto, transformasi manajemen klub adalah fondasi utama jika ingin Liga Indonesia naik peringkat. Ia mencontohkan bagaimana Persija telah berusaha menjadi klub yang dikelola secara profesional, dengan struktur bisnis yang sehat, tim kepelatihan dengan lisensi resmi, fasilitas pelatihan modern, hingga fokus pada pengembangan akademi.
“Transformasi tidak bisa instan. Di Persija, kita mulai dari infrastruktur—kita bangun fasilitas latihan modern di Sawangan. Lalu kita bentuk akademi dengan kurikulum yang jelas. Kita juga perbaiki sistem keuangan, pastikan tidak ada tunggakan gaji, dan mendigitalisasi pemasaran klub,” jelasnya.
Ambono mendorong klub-klub lain untuk tidak hanya mengejar hasil di lapangan, tapi juga memperhatikan aspek non-teknis yang sangat menentukan. Misalnya, pelaporan keuangan yang transparan, pemanfaatan big data dalam scouting pemain, serta pelatihan bagi staf pendukung agar sesuai standar internasional.
“Kalau semua klub punya standar minimal yang sama, maka liga akan naik kelas. Ini bukan soal kompetisi semata, tapi tentang membangun industri sepak bola nasional yang sehat,” tambahnya.
Kualitas Kompetisi dan Kepemimpinan Operator Liga
Ambono juga menyoroti peran PT Liga Indonesia Baru (LIB) sebagai operator liga. Menurutnya, peningkatan kualitas Liga 1 tidak bisa hanya dibebankan kepada klub. Operator liga juga harus mampu menciptakan ekosistem yang mendukung, mulai dari regulasi kompetisi, jadwal yang konsisten, penggunaan teknologi seperti VAR, hingga distribusi hak siar dan sponsor yang adil.
“Kalau jadwal kacau, pemain jadi kelelahan. Kalau hak siar tidak merata, klub kecil tidak bisa berkembang. Kalau regulasi berubah-ubah, pelatih bingung menyusun strategi. Ini semua harus dibenahi,” ujar Ambono.
Ia juga mendukung penerapan VAR secara menyeluruh di Liga 1 musim ini, meski diakui masih ada tantangan dalam pelatihan wasit dan kesiapan teknis. Menurutnya, kehadiran teknologi ini penting untuk menjaga integritas kompetisi dan membangun kepercayaan publik.
Di sisi lain, Ambono mengajak operator liga untuk membuka ruang diskusi lebih luas dengan klub-klub. Ia menilai komunikasi antara PT LIB dan klub harus lebih intensif dan solutif. “Kita butuh kemitraan, bukan hubungan satu arah. Kalau ada masalah, duduk bersama, cari solusi. Ini liga kita bersama,” katanya.
Peran Suporter dan Budaya Kompetisi Sehat
Ambono tidak lupa menyinggung peran besar suporter dalam mengangkat peringkat liga. Ia menyebut bahwa atmosfer pertandingan di Indonesia adalah salah satu yang terbaik di dunia. Namun, masih ada pekerjaan rumah dalam membangun budaya kompetisi yang sehat, termasuk edukasi kepada suporter tentang fair play dan anti-kerusuhan.
“Atmosfer GBK saat Persija main luar biasa. Tapi kalau ada flare, lemparan botol, atau bentrok antar suporter, citra kita rusak. Media luar hanya akan lihat sisi buruknya. Padahal kita punya potensi budaya suporter yang luar biasa positif,” ungkap Ambono.
Ia pun mengapresiasi peran kelompok suporter Persija, The Jakmania, yang telah menunjukkan komitmen membangun hubungan positif dengan klub. Melalui program edukasi, kegiatan sosial, dan pelibatan dalam diskusi klub, The Jakmania kini menjadi mitra strategis dalam membangun citra Persija yang modern dan profesional.
Ambono berharap budaya positif ini bisa diadopsi oleh klub-klub lain. Ia juga mendorong adanya forum nasional suporter lintas klub untuk saling belajar, berdialog, dan merumuskan kode etik bersama demi kemajuan sepak bola Indonesia secara menyeluruh.
Pembinaan Usia Muda dan Investasi Jangka Panjang
Salah satu poin penting dalam strategi menaikkan peringkat liga adalah pembinaan pemain usia muda. Ambono menyebut bahwa Indonesia tidak kekurangan bakat, tetapi masih minim dalam hal pembinaan berkelanjutan dan sistem akademi yang terintegrasi.
“Pemain muda kita luar biasa. Tapi mereka sering kali tidak punya jenjang pembinaan yang jelas. Setelah U-16, U-18, lalu apa? Banyak yang hilang arah. Di sini klub harus punya akademi yang bukan hanya sekadar ikut turnamen, tapi jadi tempat pendidikan karakter dan teknik secara serius,” ujarnya.
Di Persija, akademi kini menjadi salah satu pilar utama. Klub ini memiliki beberapa kelompok usia, dengan pelatih berlisensi dan metode pelatihan modern. Bahkan, beberapa lulusan akademi seperti Resa Aditya, Muhammad Taufik, dan Fahmi Al-Ayyubi mulai mendapat menit bermain reguler di tim utama.
Ambono juga menekankan bahwa investasi pembinaan bukan sekadar mengharapkan keuntungan jangka pendek. “Mungkin 3–4 tahun ke depan belum terlihat hasilnya. Tapi kalau semua klub mulai sekarang, 10 tahun ke depan liga kita akan dipenuhi pemain berkualitas dari dalam negeri sendiri,” tegasnya.
Mendorong Regulasi yang Progresif
Agar kompetisi lebih kompetitif, Ambono juga menyarankan perubahan dalam beberapa regulasi liga. Salah satunya adalah pembatasan pemain asing yang dinilainya harus tetap memberikan ruang tumbuh bagi pemain lokal, tetapi juga mendorong kualitas klub.
“Pemain asing harus jadi mentor dan inspirasi bagi pemain muda. Tapi kalau semua posisi diisi pemain asing, regenerasi lokal akan mandek. Kita harus cari keseimbangan,” ucapnya.
Ia juga menyarankan adanya kebijakan yang mendorong klub memainkan minimal dua pemain U-23 setiap pertandingan, bukan hanya sebagai formalitas, tetapi sebagai bagian dari strategi jangka panjang pembangunan tim.
Baca Juga:
- SBOTOP: Pemain Bali United Mulai Adaptasi dengan Metode Latihan Pelatih Baru demi Tingkatkan Performa
- SBOTOP: Rahmad Darmawan Ungkap Target Besar Bersama Liga Indonesia All Star di Laga Eksibisi Internasional
- SBOTOP Witan Sulaeman Soroti Jumlah Peserta Piala Presiden 2025: Turnamen Terasa Kurang Bergengsi