Timnas Indonesia kembali mencetak tonggak sejarah dalam dunia sepak bola internasional. Pada update ranking FIFA terbaru, Garuda berhasil menembus posisi 118 dunia — sebuah pencapaian fenomenal yang menjadi peringkat terbaik dalam 19 tahun terakhir. Lompatan ini tidak hanya menjadi kebanggaan bagi para pencinta sepak bola tanah air, tetapi juga mencerminkan kemajuan signifikan yang telah dicapai oleh skuad Merah Putih dalam beberapa tahun terakhir.
Kenaikan peringkat ini menjadi sorotan di tengah usaha besar PSSI, pelatih Shin Tae-yong, serta para pemain yang tak kenal lelah memperjuangkan lambang Garuda di dada. Dengan pencapaian ini, Indonesia kini menjadi salah satu tim Asia Tenggara dengan perkembangan paling pesat dalam beberapa tahun terakhir.
Jejak Langkah Menuju Peringkat 118 Dunia
Perjalanan timnas Indonesia menuju peringkat 118 FIFA bukanlah sesuatu yang datang secara instan. Ini adalah hasil dari proses panjang yang dimulai sejak Shin Tae-yong ditunjuk sebagai pelatih pada akhir 2019. Pelatih asal Korea Selatan itu datang dengan visi yang jelas: membangun fondasi sepak bola modern berbasis fisik, taktik, dan mental juang.
Di bawah arahannya, timnas mulai menunjukkan peningkatan performa, baik di level senior maupun kelompok usia muda. PSSI juga memberikan dukungan penuh dengan menyediakan program pemusatan latihan jangka panjang, termasuk pemusatan latihan di Eropa dan partisipasi di berbagai ajang internasional.
Selama dua tahun terakhir, Indonesia mencatatkan sederet hasil positif yang secara langsung berdampak pada poin ranking FIFA. Kemenangan atas Vietnam, imbang melawan Irak, dan hasil-hasil meyakinkan di babak kualifikasi Piala Dunia menjadi katalis utama dalam kenaikan peringkat ini.
Dari Titik Terendah Menuju Titik Cerah
Untuk memahami besarnya pencapaian ini, kita perlu menengok kembali ke masa-masa suram sepak bola Indonesia. Pada tahun 2016, Indonesia sempat berada di posisi ke-185 dunia akibat sanksi dari FIFA yang melarang tim nasional berkompetisi karena kisruh organisasi. Saat itu, kompetisi dihentikan, dan tim nasional nyaris vakum.
Namun, sejak sanksi dicabut dan kompetisi kembali berjalan, perlahan-lahan Indonesia membangun kembali pondasinya. Kehadiran Shin Tae-yong menandai titik balik. Ia berani merombak skuad, mengutamakan pemain muda, dan mengusung filosofi bermain modern yang agresif dan efisien.
Kini, hanya dalam rentang waktu kurang dari lima tahun, Indonesia naik lebih dari 60 peringkat — sebuah capaian yang sangat jarang terjadi dalam sistem ranking FIFA, yang biasanya bergerak lambat.
Rincian Poin dan Hasil Penting
Dalam sistem peringkat FIFA, setiap pertandingan internasional memberikan poin, tergantung pada level pertandingan, kekuatan lawan, dan hasil akhir. Indonesia saat ini mengumpulkan 1.177,5 poin, naik signifikan dari 1.102 poin hanya satu tahun sebelumnya.
Berikut beberapa hasil penting yang menyumbang poin besar:
- Kemenangan 3-0 atas Vietnam di Kualifikasi Piala Dunia 2026 – kemenangan terbesar Indonesia atas rival ASEAN dalam lebih dari satu dekade.
- Hasil imbang 1-1 melawan Irak – sebuah hasil impresif mengingat Irak merupakan salah satu tim kuat di Asia.
- Kemenangan atas Filipina dan Brunei – kemenangan ini memperkuat dominasi Indonesia di kawasan ASEAN.
- Performa solid di Piala Asia 2023 – meskipun tidak sampai ke babak semifinal, Indonesia berhasil lolos dari fase grup untuk pertama kalinya, yang juga menyumbang poin.
Peringkat Tertinggi Sejak Era Emas 2006
Terakhir kali Indonesia mencapai peringkat lebih baik dari 118 adalah pada tahun 2006 ketika sempat menduduki posisi 117 dunia. Kala itu, Indonesia masih diperkuat oleh generasi emas seperti Bambang Pamungkas, Budi Sudarsono, dan Ponaryo Astaman. Namun, era tersebut tidak berlanjut akibat minimnya pembinaan dan kisruh organisasi.
Kini, dengan sistem pembinaan usia dini yang lebih baik dan komitmen federasi dalam membangun sepak bola secara menyeluruh, Indonesia kembali ke jalur prestasi. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa kita tengah memasuki era kebangkitan baru sepak bola Indonesia.
Shin Tae-yong Arsitek di Balik Kebangkitan
Salah satu sosok sentral dalam pencapaian ini tentu saja adalah Shin Tae-yong. Sejak awal, ia datang dengan reputasi besar: pernah membawa Korea Selatan ke babak 16 besar Piala Dunia 2018 dan mengalahkan Jerman.
Namun, membangun timnas Indonesia bukan perkara mudah. Ia harus menghadapi tantangan dalam hal disiplin, level fisik pemain, dan pola pikir. Shin mulai membentuk tim U-19 dan U-23 terlebih dahulu sebelum membangun tim senior. Ia juga memanggil banyak pemain diaspora seperti Jordi Amat, Sandy Walsh, dan Rafael Struick yang kemudian memberikan dampak signifikan.
Metode latihan intensif, rotasi pemain yang selektif, dan penggunaan teknologi analisis performa menjadikan skuad Indonesia lebih siap dalam menghadapi pertandingan internasional.
Peran Pemain Diaspora
Salah satu faktor penting lain dalam kenaikan peringkat Indonesia adalah kehadiran pemain diaspora. Dalam dua tahun terakhir, PSSI aktif mencari pemain keturunan Indonesia yang memiliki kualitas Eropa dan bersedia dinaturalisasi. Beberapa di antaranya:
- Jordi Amat (Spanyol) – bek tengah yang kini jadi pemimpin di lini belakang.
- Sandy Walsh (Belanda) – bek kanan yang menawarkan ketenangan dan distribusi bola yang baik.
- Rafael Struick (Belanda) – penyerang muda yang menunjukkan tajinya di ajang Piala Asia dan Kualifikasi Piala Dunia.
- Ivar Jenner, Justin Hubner, Jay Idzes – nama-nama yang kini jadi fondasi lini tengah dan belakang.
Pemain-pemain ini tidak hanya meningkatkan kualitas teknis tim, tapi juga memberikan dampak psikologis dengan membawa mentalitas profesional ke dalam skuad.
Harapan Menuju 100 Besar Dunia
Kini Indonesia berada di posisi 118 dunia — tetapi ambisi tidak berhenti di situ. PSSI dan tim pelatih menargetkan agar Garuda bisa masuk dalam jajaran 100 besar dunia dalam dua tahun ke depan. Untuk mencapainya, diperlukan konsistensi, jadwal pertandingan internasional yang berkualitas, dan performa positif di Kualifikasi Piala Dunia serta Piala AFF.
Sekjen PSSI, Yunus Nusi, menyatakan, “Ranking FIFA bukan hanya angka. Itu mencerminkan kemajuan program pembinaan, performa timnas, dan citra Indonesia di mata dunia. Kami menargetkan peringkat 100 besar sebagai milestone selanjutnya.”
Pengaruh Terhadap Kompetisi dan Pembinaan
Kenaikan peringkat FIFA Indonesia memberikan efek domino yang positif bagi dunia sepak bola nasional. Pertama, ini meningkatkan daya tarik Liga 1 Indonesia, karena federasi sepak bola dari negara lain mulai melirik kompetisi domestik kita.
Kedua, ini membuka peluang Indonesia menjadi tuan rumah berbagai turnamen internasional. Dengan ranking yang lebih baik, Indonesia memiliki kans lebih besar untuk mengikuti turnamen invitasi, seperti King’s Cup atau bahkan pertandingan persahabatan melawan tim-tim kuat Asia atau Eropa.
Ketiga, pemain-pemain Indonesia mulai lebih dilirik oleh klub-klub luar negeri. Dengan ranking timnas yang meningkat, paspor Indonesia menjadi lebih “bernilai” di mata federasi lain untuk perizinan transfer.
Respons Suporter Optimisme Menyala
Kabar kenaikan peringkat FIFA ini disambut meriah oleh para pendukung timnas. Di media sosial, tagar seperti #GarudaBangkit dan #Indonesia118 menjadi trending. Banyak suporter yang menyuarakan optimisme bahwa ini adalah awal dari era emas baru sepak bola Indonesia.
“Kita tidak lagi jadi pelengkap di Asia Tenggara. Sekarang kita mulai menantang Vietnam dan Thailand. Bahkan Malaysia sudah di bawah kita,” tulis seorang pengguna X (dulu Twitter).
Para pendukung juga menyoroti pentingnya menjaga momentum ini, terutama dengan tetap mendukung pemain dan pelatih, serta menuntut PSSI agar lebih serius dalam pembinaan dan manajemen.
Tantangan yang Masih Ada
Meski euforia meluap, Indonesia tetap menghadapi tantangan ke depan. Beberapa di antaranya:
- Konsistensi hasil – Ranking bisa turun drastis jika hasil buruk terjadi beruntun.
- Ketersediaan laga internasional – Butuh lawan yang kuat dan jadwal kompetitif untuk terus mendapat poin.
- Masalah regenerasi – Indonesia harus mulai menyiapkan generasi penerus pemain-pemain diaspora dan lokal yang kini jadi andalan.
PSSI menyatakan bahwa program Elite Pro Academy, Liga 1 usia muda, dan kerja sama dengan federasi luar negeri akan terus digenjot untuk menyiapkan fondasi jangka panjang.
Baca Juga: