1920x600-TOP-ID
ID
ID
previous arrow
next arrow

SBOTOP Dukungan Nyata untuk Sepak Bola Perempuan: Wamen PPPA Soroti Pentingnya Piala Pertiwi 2025

Sepak bola perempuan Indonesia kembali mendapatkan sorotan positif menjelang digelarnya turnamen nasional bergengsi, Piala Pertiwi 2025. Turnamen yang menjadi panggung utama bagi para pesepak bola perempuan dari berbagai provinsi ini tidak hanya menjadi ajang pencarian bakat, tetapi juga menjadi simbol perjuangan kesetaraan gender dalam dunia olahraga.

Dukungan kuat terhadap pelaksanaan Piala Pertiwi 2025 datang dari berbagai pihak, salah satunya dari Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Wamen PPPA), Nahar. Dalam sebuah konferensi pers nasional yang digelar bersama PSSI dan perwakilan tim peserta, Wamen Nahar menyampaikan apresiasi tinggi terhadap konsistensi penyelenggaraan turnamen ini serta menegaskan pentingnya keberlanjutan kompetisi perempuan sebagai bagian dari pembangunan manusia Indonesia yang berkeadilan.

“Piala Pertiwi bukan hanya soal pertandingan. Ini adalah panggung penting bagi pemberdayaan perempuan melalui olahraga,” tegas Nahar. Pernyataan ini menandai komitmen pemerintah dalam mendukung kesetaraan akses antara laki-laki dan perempuan, termasuk dalam sektor olahraga yang selama ini masih didominasi oleh pria.

Piala Pertiwi 2025 Lebih dari Sekadar Kompetisi

Piala Pertiwi merupakan turnamen sepak bola perempuan tingkat nasional yang diorganisasi oleh PSSI dan Asosiasi Sepak Bola Wanita Indonesia (ASBWI). Ajang ini rutin digelar sejak awal tahun 2000-an dan terus berkembang dari segi format, peserta, hingga kualitas penyelenggaraan.

Pada edisi 2025 ini, Piala Pertiwi dijadwalkan akan diikuti oleh 34 tim dari seluruh provinsi, termasuk beberapa akademi yang bekerja sama dengan klub profesional Liga 1 dan Liga 2. Turnamen ini dipandang sebagai salah satu jalur strategis untuk menjaring talenta-talenta muda yang kelak akan memperkuat Timnas Putri Indonesia di ajang internasional, seperti SEA Games, Piala AFF, hingga Kualifikasi Piala Asia Wanita.

Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, dalam sambutannya menyatakan bahwa Piala Pertiwi 2025 akan mendapat peningkatan fasilitas, termasuk siaran langsung di platform digital, pelatihan untuk pelatih perempuan, dan dukungan logistik yang lebih baik dari edisi sebelumnya. “Kita tidak bisa berbicara soal kemajuan sepak bola jika tidak memberi ruang yang adil untuk perempuan,” ujarnya.

Selain itu, dukungan dari instansi seperti Kementerian PPPA dinilai sangat vital, karena tidak hanya memandang olahraga dari sudut prestasi, tetapi juga dari aspek pemberdayaan sosial, pendidikan karakter, dan perlindungan hak perempuan.

Wamen Nahar Sepak Bola Bisa Ubah Hidup Perempuan

Dalam wawancaranya dengan media usai menghadiri acara peluncuran Piala Pertiwi 2025, Wamen PPPA Wamen Nahar menekankan bahwa sepak bola bisa menjadi jalan perubahan hidup bagi banyak perempuan, terutama mereka yang berasal dari daerah tertinggal.

“Banyak atlet perempuan berasal dari latar belakang ekonomi yang menantang. Dengan kompetisi seperti ini, mereka punya harapan baru. Ini bukan hanya soal menang, tapi tentang pengakuan, ruang tumbuh, dan kemandirian,” kata Nahar.

Ia juga menyinggung pentingnya pembinaan usia dini dan perlindungan terhadap atlet perempuan, terutama yang masih di bawah umur. Kementerian PPPA, kata Nahar, siap bekerja sama dengan PSSI dan Dinas PPPA di setiap provinsi untuk memastikan bahwa seluruh peserta Piala Pertiwi berada dalam lingkungan yang aman, bebas dari kekerasan dan diskriminasi.

Lebih lanjut, Wamen Nahar berharap agar kompetisi seperti Piala Pertiwi dapat dijadikan agenda tetap dalam kalender pembangunan perempuan, bukan sekadar turnamen tahunan. “Kami ingin ada kesinambungan, mulai dari regulasi, pendanaan, hingga pengawasan terhadap klub dan penyelenggara,” tambahnya.

Dampak Sosial Memberdayakan Komunitas Lewat Sepak Bola

Salah satu kekuatan Piala Pertiwi adalah kemampuannya dalam menjangkau lapisan masyarakat yang sering terpinggirkan. Tidak sedikit tim peserta berasal dari daerah pelosok, termasuk Papua, NTT, Kalimantan Utara, hingga pelosok Sulawesi.

Dalam setiap gelarannya, turnamen ini menciptakan dampak sosial yang luas: mulai dari membangkitkan kebanggaan daerah, memicu pertumbuhan ekonomi mikro lokal, hingga memperkuat jaringan komunitas perempuan yang bergerak di bidang olahraga.

Misalnya, tim Piala Pertiwi dari Kabupaten Tana Toraja tahun lalu, yang seluruhnya berasal dari komunitas petani kopi. Mereka berlatih dengan fasilitas terbatas, namun berkat turnamen ini, berhasil menarik sponsor lokal dan kini sedang membangun akademi sepak bola perempuan pertama di wilayahnya.

“Kalau bukan karena Piala Pertiwi, anak-anak ini tidak akan pernah punya mimpi sejauh ini,” ujar pelatih mereka, Yohana Rante, yang juga aktif di kegiatan pemberdayaan perempuan desa.

Ini adalah salah satu contoh bagaimana olahraga—khususnya sepak bola perempuan—bisa menjadi alat transformasi sosial. Maka dari itu, dukungan dari Wamen PPPA dipandang sangat tepat dan krusial dalam menjaga momentum kebangkitan sepak bola perempuan Indonesia.

Kolaborasi Pemerintah dan PSSI Masa Depan yang Lebih Cerah

Keseriusan pemerintah melalui Kementerian PPPA membuka ruang baru untuk kolaborasi lintas sektor. Dalam beberapa bulan ke depan, Wamen Nahar menyatakan akan menyusun program pendampingan untuk atlet perempuan, termasuk pelatihan kepemimpinan, literasi digital, kesehatan reproduksi, dan perlindungan hukum bagi atlet dari kekerasan atau pelecehan.

PSSI sendiri merespons positif rencana tersebut. Sekjen PSSI, Yunus Nusi, menyatakan bahwa pihaknya akan membuka jalur koordinasi formal dengan Kementerian PPPA agar program-program tersebut dapat diselaraskan dengan agenda pembinaan nasional.

“Ini bukan hanya tentang mencetak pemain bagus, tapi juga mencetak perempuan tangguh, cerdas, dan mandiri,” katanya.

Lebih lanjut, kerja sama ini juga akan menyasar aspek edukasi publik, dengan mengkampanyekan pentingnya partisipasi perempuan dalam olahraga melalui media sosial, sekolah, dan institusi keagamaan. Diharapkan, dengan dukungan berbagai pihak, stigma terhadap perempuan yang bermain bola perlahan akan sirna.

Baca Juga:

TAGS:
CLOSE