Timnas Indonesia berhasil menorehkan prestasi penting dengan melaju ke Putaran 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia, namun keberhasilan ini bukanlah akhir perjuangan—justru menjadi titik awal dari tantangan yang jauh lebih besar. Di babak ini, skuad Garuda harus menghadapi lawan tangguh seperti Arab Saudi dan Irak, dua kekuatan besar Asia yang memiliki pengalaman bertanding di ajang elite.
Dengan kekuatan lawan yang jauh di atas rata-rata, jadwal pertandingan yang padat, serta kondisi tim yang belum sepenuhnya solid, pelatih Patrick Kluivert dituntut untuk membawa Timnas Indonesia naik kelas, baik dari segi kualitas permainan, taktik, hingga kekuatan mental.
Arab Saudi & Irak: Ujian Berat di Grup B yang Tak Bisa Dianggap Remeh
Langkah Timnas Indonesia di Putaran 4 tak bisa dianggap enteng. Mereka tergabung di Grup B bersama negara-negara dengan sejarah panjang di sepak bola Asia. Arab Saudi, yang pernah tampil di Piala Dunia beberapa kali dan tampil mengejutkan di Qatar 2022, serta Irak, yang dikenal dengan permainan agresif dan disiplin tinggi, menjadi penghalang besar dalam ambisi Indonesia melangkah lebih jauh.
Pertandingan perdana kontra Arab Saudi dijadwalkan pada 8 Oktober 2025, disusul laga melawan Irak hanya tiga hari kemudian. Dua laga tandang dalam waktu singkat ini akan menguji ketahanan fisik, strategi, dan mental para pemain. Bermain di kandang lawan dengan atmosfer penuh tekanan adalah ujian tersendiri yang harus dilalui dengan persiapan matang.
Patrick Kluivert Butuh Lebih dari Sekadar Semangat: Tim Harus Naik Kelas
Pelatih asal Belanda ini sudah menunjukkan kemajuan dalam permainan Timnas Indonesia. Namun, untuk meladeni tim sekelas Arab Saudi dan Irak, semangat juang saja tidak cukup. Level permainan Timnas Indonesia harus ditingkatkan secara signifikan, terutama dalam hal kedalaman skuad dan pengalaman bertanding.
Oleh karena itu, peran pemain diaspora dan naturalisasi menjadi sangat krusial. Kehadiran mereka diharapkan bisa membawa standar permainan ke level internasional yang dibutuhkan saat melawan raksasa-raksasa Asia.
PSSI Bergerak Cepat: Tambahan Dua Pemain Naturalisasi Segera Bergabung
Menanggapi kebutuhan akan peningkatan kualitas skuad, Ketua Umum PSSI Erick Thohir tak tinggal diam. Dalam waktu dekat, dua pemain baru hasil naturalisasi dijadwalkan akan bergabung untuk menambal kekosongan, terutama setelah cedera Ole Romeny yang memaksa sang striker menjalani operasi engkel.
Meski dua nama tersebut menjadi kabar baik, pertanyaannya—apakah cukup hanya dengan dua tambahan pemain? Apalagi jika mempertimbangkan bahwa lawan yang akan dihadapi sudah berada beberapa langkah di depan dalam hal pengalaman dan kualitas tim.
Striker Baru Wajib Lebih Tajam, Bukan Sekadar Pengganti
Masalah utama Timnas Indonesia dalam beberapa tahun terakhir adalah kreativitas dan ketajaman di lini depan. Cedera Romeny memperparah situasi, dan kini Indonesia sangat membutuhkan striker yang benar-benar tajam dan siap tampil sejak menit pertama.
Menurut mantan pelatih PSM, Raja Isa Raja Akram Syah, penambahan striker harus dilakukan dengan cermat. “Kalau cuma setara Romeny, mending posisikan pemain baru untuk sektor lain yang juga lemah,” ujarnya.
Pertahanan Masih Jadi Titik Lemah: Harus Ada Perbaikan Cepat
Selain lini depan, pertahanan Indonesia juga masih menyimpan banyak celah. Kekalahan dari Jepang dan Irak di pertandingan sebelumnya menunjukkan bahwa lini belakang masih belum siap menghadapi tekanan dari tim-tim besar.
Raja Isa menekankan perlunya tambahan pemain belakang yang punya kualitas dan pengalaman tinggi. Menurutnya, tanpa perbaikan signifikan di lini ini, harapannya untuk lolos ke Piala Dunia 2026 bisa pupus lebih cepat dari yang dibayangkan.
Jika Bek Baru Tak Kunjung Datang, Taktik Harus Jadi Solusi
Jika upaya mendatangkan bek baru tak membuahkan hasil dalam waktu dekat, maka Kluivert harus menyesuaikan taktik permainan. Penempatan formasi, peningkatan koordinasi, hingga penguatan lini tengah sebagai benteng kedua harus menjadi fokus utama. Terlebih, dua laga pertama akan dimainkan di luar kandang, di mana tekanan dari suporter lawan akan sangat besar.
“Jangan lupakan, Irak selalu jadi momok bagi Indonesia. Mental pemain saat menghadapi Irak sering runtuh,” ujar Raja Isa. Maka dari itu, strategi pertahanan dan ketahanan mental harus menjadi prioritas dalam sesi latihan ke depan.
Kesimpulan: Naik Level Adalah Kewajiban, Bukan Pilihan
Kualifikasi Piala Dunia 2026 bukan sekadar ajang uji coba atau pembuktian. Ini adalah kesempatan emas bagi Indonesia untuk menunjukkan bahwa mereka bisa bersaing di level tertinggi Asia. Namun, untuk itu, semua aspek tim harus ditingkatkan—mulai dari kualitas individu pemain, kedalaman skuad, hingga strategi permainan.
Langkah yang dilakukan PSSI dan pelatih Kluivert patut diapresiasi, tetapi masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Musuh di depan terlalu kuat untuk dilawan dengan kondisi yang biasa-biasa saja. Jika ingin tampil di Piala Dunia untuk pertama kalinya sejak 1938, Timnas Indonesia harus tampil luar biasa mulai dari sekarang.
BACA JUGA :