Menjelang bergulirnya kompetisi Liga 1 musim 2025/2026, Bali United mulai menunjukkan arah baru dalam pembangunan skuad. Tak hanya berfokus pada perekrutan pemain asing untuk mengisi slot regulasi yang ditetapkan PT Liga Indonesia Baru (LIB), Serdadu Tridatu juga tampak serius mengembangkan potensi talenta muda lokal sebagai fondasi jangka panjang. Pendekatan ganda ini dianggap sebagai strategi visioner yang tidak hanya bertujuan mengejar prestasi jangka pendek, tetapi juga membangun kekuatan berkelanjutan dalam tubuh tim.
Pelatih kepala Stefano “Teco” Cugurra memimpin langsung proses integrasi pemain muda dari akademi ke skuad senior, sekaligus terlibat aktif dalam pemantauan calon pemain asing baru yang diproyeksikan menjadi pengganti beberapa nama yang dilepas pada bursa transfer kali ini. Di tengah dinamika persaingan antar klub yang kian ketat, Bali United tampaknya tidak ingin sekadar ikut tren belanja besar, melainkan membangun keselarasan antara regenerasi internal dan kecermatan dalam merekrut pemain asing berkualitas.
Fokus Regenerasi Bibit Muda Disiapkan Sejak Pramusim
Sejak awal pramusim, Bali United telah mengundang lebih dari sepuluh pemain muda dari tim U-20 dan U-18 untuk ikut berlatih bersama tim senior. Di antaranya terdapat beberapa nama potensial seperti I Kadek Wiranata, Gede Alit Pradnya, dan Made Satya Arya—yang disebut-sebut sebagai calon penerus lini tengah Bali United.
Langkah ini bukan sekadar simbolis. Para pemain muda tersebut mendapatkan porsi latihan dan evaluasi yang sama seperti pemain senior. Dalam beberapa laga uji coba, Teco bahkan memberikan kesempatan bermain kepada mereka untuk membiasakan diri dengan tempo permainan di level profesional.
“Salah satu tujuan utama pramusim ini adalah memberi panggung bagi pemain muda. Kami ingin melihat siapa yang siap untuk berkontribusi musim ini, bukan hanya untuk masa depan,” ungkap Teco kepada awak media usai sesi latihan di Lapangan Tri Sakti, Legian.
Langkah ini disambut baik oleh manajemen klub. CEO Bali United, Yabes Tanuri, menyatakan bahwa klub ingin memastikan keberlanjutan performa tim tidak tergantung pada rekrutmen luar, tetapi juga pada kemampuan akademi dalam menghasilkan talenta berkualitas.
“Kami memiliki sistem pembinaan usia dini yang terus berkembang. Akan sangat disayangkan jika tidak dimanfaatkan maksimal. Tahun ini kami berkomitmen untuk memberi kesempatan lebih besar pada talenta lokal,” tegas Yabes.
Peran Akademi dan Sinergi dengan Tim Senior
Bali United Football Academy yang berdiri sejak 2019 menjadi tulang punggung proyek regenerasi ini. Dengan fasilitas modern dan pelatih berlisensi internasional, akademi tersebut telah menjadi magnet bagi talenta muda dari seluruh Indonesia, khususnya Bali dan wilayah timur Indonesia.
Salah satu metode yang diterapkan akademi adalah “Hybrid Coaching System”—di mana pelatih akademi bekerja sama langsung dengan staf pelatih tim senior untuk menyelaraskan filosofi permainan. Tujuannya adalah memastikan bahwa saat pemain muda dipromosikan, mereka sudah memahami kultur, pola latihan, dan strategi tim utama.
Selain itu, Bali United juga kerap mengirim pemain muda untuk menjalani training camp atau uji coba di luar negeri, bekerja sama dengan klub-klub mitra di Thailand dan Jepang. Pengalaman ini dinilai penting dalam membentuk mental kompetitif para pemain muda sebelum menghadapi ketatnya persaingan Liga 1.
Perombakan Skuad Asing Mencari Keseimbangan
Di saat yang bersamaan, manajemen Bali United juga tengah menyusun ulang komposisi pemain asing. Dengan aturan baru Liga 1 yang kembali memberlakukan skema 5+1 (lima pemain asing bebas, satu pemain asing Asia), klub harus cermat dalam memilih pemain yang benar-benar bisa memberikan dampak signifikan.
Beberapa pemain asing lama seperti Elias Dolah dan Brwa Nouri telah mengakhiri kontrak, sementara beberapa nama masih dalam tahap evaluasi. Hingga pertengahan Juli, dua pemain asing baru telah resmi diumumkan, termasuk seorang gelandang serang asal Korea Selatan, Kim Min-woo, yang mengisi slot Asia dan diharapkan bisa menambah kreativitas di lini tengah.
Pencarian untuk posisi striker dan bek tengah masih berlangsung, dengan sejumlah kandidat dari Brasil dan Afrika Selatan dikabarkan masuk dalam radar klub. Namun, Teco menegaskan bahwa proses perekrutan dilakukan secara selektif dan tidak tergesa-gesa.
“Kami tidak mencari pemain dengan nama besar saja, tapi yang cocok dengan sistem kami. Karakter, mental, dan komitmen bermain di Indonesia juga jadi pertimbangan utama,” ujarnya.
Membangun Keseimbangan Jangka Panjang
Gabungan antara pemain muda lokal dan pemain asing berpengalaman dinilai sebagai strategi ideal dalam membentuk tim yang stabil. Bali United, yang pernah menjuarai Liga 1 dua kali (2019 dan 2021), kini tengah mengatur ulang pendekatannya setelah dua musim terakhir menunjukkan performa yang belum konsisten.
Langkah ini juga sejalan dengan tren global, di mana klub-klub besar mulai lebih banyak memberi ruang bagi talenta akademi. Filosofi ini tidak hanya menciptakan ikatan emosional dengan komunitas lokal, tetapi juga memberi keuntungan finansial jangka panjang melalui penghematan biaya transfer dan kemungkinan penjualan pemain muda yang bersinar ke klub luar negeri.
Menurut analis sepak bola nasional, Tommy Wenas, apa yang dilakukan Bali United mencerminkan kedewasaan klub dalam mengelola siklus prestasi. “Ketika klub bisa mengintegrasikan pemain muda ke tim utama dan tetap kompetitif, itu tandanya mereka sudah punya kultur dan sistem yang mapan. Klub seperti ini tidak akan panik saat kehilangan pemain bintang,” jelasnya.
Respons Suporter Optimisme dengan Nuansa Lokal
Fanbase Bali United yang dikenal loyal pun menyambut langkah ini dengan antusias. Di berbagai forum daring, banyak suporter yang mengekspresikan kebanggaan melihat pemain muda Bali mendapatkan kesempatan di tim utama. Mereka juga menyadari pentingnya keseimbangan antara pemain lokal dan asing dalam menjaga identitas klub.
Komunitas suporter Semeton Dewata bahkan menginisiasi program “Adopsi Pemain Muda”, di mana mereka secara kolektif mengikuti perkembangan pemain akademi dan memberikan dukungan moral serta sosial. Salah satu penggagasnya, Komang Adi, mengatakan bahwa klub harus dibangun dari akar, dan akar itu adalah putra daerah.
“Kami tidak menolak pemain asing, tapi kami ingin pemain muda Bali juga mendapat tempat di hati klub. Kalau mereka diberi kesempatan, kami akan selalu dukung dari tribun,” tegas Komang.
Tantangan dan Harapan Musim 2025/2026
Dengan kombinasi regenerasi dan penyegaran skuad, musim ini akan menjadi penentu arah jangka panjang Bali United. Jika sukses, klub ini bisa menjadi model bagi klub-klub lain dalam mengelola pembinaan pemain lokal sambil tetap bersaing di level tinggi.
Namun tantangannya juga tidak kecil. Integrasi pemain muda ke kompetisi senior membutuhkan waktu dan kesabaran. Selain itu, pemain asing yang baru bergabung juga butuh waktu adaptasi, baik dari segi permainan maupun budaya.
Teco dan stafnya harus mampu menjaga keseimbangan antara tuntutan hasil dan proses pembentukan tim yang berkelanjutan. Konsistensi dalam filosofi dan keberanian memberi kesempatan akan menjadi kunci.
Baca Juga: