Mantan penjaga gawang Persipura Jayapura asal Korea Selatan, Yoo Jae-hoon, memberikan sorotan tajam dan pandangan jujur terkait peluang dan tantangan berat yang akan dihadapi tim nasional Indonesia di putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia. Dalam wawancara eksklusif dengan media olahraga Asia, Yoo mengungkapkan kekagumannya terhadap perkembangan tim Garuda, namun juga mengingatkan bahwa tantangan di depan akan jauh lebih berat dari sebelumnya.
Sebagai sosok yang pernah lama merumput di Liga Indonesia dan memiliki pemahaman budaya sepak bola Tanah Air, pendapat Yoo Jae-hoon kerap dianggap relevan dan bernilai. Ia juga dikenal sebagai mantan pelatih kiper yang pernah aktif di Korea Selatan setelah pensiun sebagai pemain. Kini, dari posisinya sebagai pengamat sekaligus mentor sepak bola Asia, Yoo menyampaikan analisis strategis yang mendalam mengenai peluang Indonesia untuk lolos ke Piala Dunia—sesuatu yang menjadi impian besar masyarakat Indonesia selama puluhan tahun.
Perjalanan Gemilang hingga Putaran Keempat
Timnas Indonesia mencuri perhatian sejak babak kedua Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia, ketika skuad asuhan Shin Tae-yong tampil mengejutkan dengan performa konsisten. Kemenangan penting atas Vietnam dan imbang melawan Irak di laga kandang membawa Garuda keluar dari bayang-bayang sejarah dan masuk ke dalam daftar 18 tim terbaik Asia yang melaju ke putaran keempat.
Keberhasilan ini merupakan pencapaian historis, karena untuk pertama kalinya dalam dua dekade terakhir, Indonesia melangkah sejauh ini di jalur menuju Piala Dunia. Namun, euforia ini tidak boleh membuat tim terlena. Seperti yang ditegaskan Yoo Jae-hoon, tantangan ke depan akan jauh lebih berat dan membutuhkan strategi serta mentalitas yang berbeda.
“Melaju ke putaran keempat adalah prestasi besar, tapi di sinilah ujian sebenarnya dimulai,” kata Yoo dalam wawancara yang dipublikasikan oleh Korean Football Weekly. “Indonesia akan menghadapi lawan-lawan yang memiliki pengalaman dan struktur sepak bola yang jauh lebih matang.”
Peta Kekuatan Lawan di Putaran Keempat
Dalam putaran keempat, Indonesia akan bergabung dengan negara-negara elite Asia seperti Jepang, Korea Selatan, Iran, Australia, Arab Saudi, Qatar, dan Uzbekistan. Format kompetisi ini mempertemukan 18 tim yang dibagi ke dalam tiga grup, masing-masing terdiri dari enam tim. Dua tim teratas dari setiap grup otomatis lolos ke Piala Dunia 2026, sementara posisi ketiga dan keempat masuk ke babak playoff zona Asia.
Bagi Indonesia, ini adalah zona yang sangat kompetitif. Bahkan untuk menempati posisi ketiga saja akan membutuhkan performa luar biasa. Yoo Jae-hoon pun menyoroti bahwa pengalaman dan kedalaman skuad akan menjadi pembeda utama.
“Negara seperti Jepang dan Korea sudah bermain di Piala Dunia secara reguler. Mereka memiliki pemain-pemain yang berkompetisi di liga top Eropa. Indonesia harus bekerja dua kali lebih keras, baik secara taktik maupun fisik,” jelas Yoo.
Kelebihan Indonesia Menurut Yoo Jae-hoon
Meski menyoroti tantangan berat, Yoo Jae-hoon juga tidak lupa memberikan apresiasi terhadap perkembangan timnas Indonesia. Ia secara khusus memuji peran pelatih Shin Tae-yong yang menurutnya mampu mengangkat mentalitas dan kualitas pemain Indonesia ke level yang lebih tinggi.
“STY (Shin Tae-yong) bukan hanya membawa pendekatan baru dalam taktik, tetapi juga dalam disiplin. Tim ini sekarang jauh lebih terorganisir, baik saat bertahan maupun menyerang,” kata Yoo.
Ia juga menyoroti peran pemain naturalisasi seperti Ivar Jenner, Rafael Struick, dan Shayne Pattynama yang dinilainya telah meningkatkan kualitas teknis dan kekuatan mental tim secara keseluruhan. Namun, Yoo mengingatkan bahwa naturalisasi harus diiringi dengan pengembangan pemain lokal agar terjadi keseimbangan jangka panjang.
“Saya lihat Indonesia punya banyak talenta lokal bagus. Marselino Ferdinan, Witan Sulaeman, dan Rizky Ridho adalah contoh nyata. Mereka harus terus mendapatkan menit bermain agar tidak tertinggal,” tambahnya.
Aspek yang Masih Perlu Ditingkatkan
Meski mengakui progres signifikan timnas Indonesia, Yoo Jae-hoon tetap menyoroti beberapa aspek yang menurutnya harus segera ditingkatkan jika ingin bersaing di putaran keempat kualifikasi. Salah satu hal yang menjadi perhatiannya adalah transisi bertahan.
“Lawan di putaran keempat adalah tim-tim yang sangat cepat dalam serangan balik. Indonesia masih beberapa kali terlihat lambat saat kehilangan bola. Ini bisa sangat fatal jika menghadapi tim seperti Jepang atau Iran,” jelasnya.
Selain itu, Yoo juga menyoroti pentingnya kedalaman skuad. Menurutnya, Indonesia masih terlalu bergantung pada 11–13 pemain inti. Padahal, dalam kualifikasi panjang seperti ini, rotasi pemain dan kemampuan pengganti untuk menjaga intensitas permainan sangatlah penting.
“Shin Tae-yong harus terus mencari solusi cadangan yang bisa menjaga kualitas permainan. Jika ada dua atau tiga pemain kunci yang cedera, tim harus tetap solid,” tegasnya.
Kondisi Fisik dan Kalender Padat Liga 1
Yoo Jae-hoon juga tidak menutup mata terhadap kondisi liga domestik Indonesia. Ia menganggap Liga 1 sudah mulai mengalami peningkatan kualitas, namun kalender pertandingan yang padat dan kurangnya jeda bisa berdampak negatif bagi kebugaran pemain timnas.
“Pemain akan mudah kelelahan jika tidak ada rotasi atau pengelolaan fisik yang baik. Ini penting dibicarakan antara PSSI, klub, dan pelatih timnas,” katanya.
Ia menyarankan agar Indonesia mulai memperkenalkan sistem pemantauan kebugaran dan training load seperti yang dilakukan oleh federasi besar. Ini akan membantu dalam mencegah cedera dan menjaga konsistensi performa pemain selama kualifikasi.
Mentalitas Bertanding Kunci Utama di Putaran Keempat
Yoo Jae-hoon meyakini bahwa salah satu tantangan terbesar bukan hanya soal taktik, melainkan mentalitas. Dalam banyak kasus, tim-tim Asia Tenggara cenderung kehilangan kepercayaan diri ketika menghadapi lawan-lawan kelas dunia. Ini yang menurutnya harus diubah oleh para pemain Indonesia.
“Indonesia harus percaya bahwa mereka bisa bersaing. Jangan hanya bermain bertahan dan berharap keberuntungan. Harus ada keberanian untuk bermain menyerang, mengatur ritme, dan mengontrol pertandingan,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa pengalaman bertanding melawan tim besar bisa menjadi pelajaran berharga yang membentuk mental juara. Kekalahan bukan akhir, tetapi alat ukur sejauh mana tim bisa berkembang.
Optimisme dan Saran untuk Timnas Indonesia
Meski realistis terhadap tantangan yang ada, Yoo Jae-hoon tetap optimistis bahwa Indonesia memiliki potensi untuk membuat kejutan. Menurutnya, jika segala aspek—fisik, taktik, mental, dan sinergi—bisa disatukan, peluang untuk lolos ke babak berikutnya tetap terbuka.
“Di sepak bola, tidak ada yang tidak mungkin. Arab Saudi pernah dikalahkan Vietnam, Jepang pernah kalah dari Oman. Jika Indonesia bermain tanpa beban dan penuh disiplin, mereka bisa menciptakan sejarah,” ujarnya.
Yoo pun memberi saran agar timnas Indonesia memperbanyak uji coba internasional melawan tim-tim dari Afrika dan Amerika Latin, guna meningkatkan pengalaman dan kemampuan adaptasi taktik.
Baca Juga: