1920x600-TOP-ID
ID
ID
previous arrow
next arrow

SBOTOP: Komisi VII Dorong TVRI Berbenah Setelah Kantongi Hak Siar Piala Dunia

Keputusan bahwa TVRI menjadi salah satu pemegang hak siar Piala Dunia mencuri perhatian publik. Bagi masyarakat Indonesia, hak siar ajang sepak bola paling bergengsi di dunia bukan hanya sekadar urusan bisnis, melainkan juga menyangkut kebanggaan dan akses tontonan. TVRI, sebagai televisi publik milik negara, kembali dipercaya untuk menayangkan kompetisi yang digandrungi jutaan rakyat Indonesia.

Namun, kebahagiaan itu datang bersama dengan tanggung jawab besar. Komisi VII DPR RI, yang membidangi energi, riset, teknologi, dan lingkungan hidup sekaligus mengawasi lembaga penyiaran negara, mengingatkan TVRI untuk tidak hanya puas dengan status pemegang hak siar. Mereka mendorong TVRI melakukan pembenahan menyeluruh agar benar-benar mampu menyajikan siaran berkualitas, berstandar internasional, dan relevan dengan kebutuhan audiens modern.

Artikel ini akan membahas panjang lebar tentang konteks pemilihan TVRI, tantangan yang dihadapi, bentuk dorongan dari Komisi VII, dampak bagi publik, hingga visi besar TVRI di era digital.

TVRI dan Hak Siar Piala Dunia Sebuah Nostalgia dan Kebanggaan

Bagi generasi lama, TVRI bukanlah nama asing dalam sejarah siaran olahraga, termasuk sepak bola. Pada era 1980-an hingga 1990-an, TVRI pernah menjadi satu-satunya saluran televisi yang menayangkan berbagai turnamen besar, termasuk Piala Dunia. Saat itu, layar kaca TVRI menjadi jendela utama masyarakat Indonesia untuk menyaksikan aksi bintang-bintang dunia seperti Diego Maradona, Roberto Baggio, hingga Ronaldo Nazário.

Kini, setelah sekian lama hak siar Piala Dunia dikuasai oleh televisi swasta, TVRI kembali hadir sebagai salah satu pemegang lisensi. Ini jelas bukan sekadar bisnis, melainkan momentum untuk mengembalikan citra TVRI sebagai televisi publik yang bisa menghadirkan tontonan kelas dunia untuk semua kalangan.

Dorongan Komisi VII TVRI Harus Berbenah

Komisi VII DPR menegaskan bahwa pemilikan hak siar tidak boleh hanya berhenti pada formalitas. Ada tanggung jawab besar yang melekat, yakni memastikan tayangan tersebut sampai kepada masyarakat dengan kualitas maksimal.

Beberapa poin dorongan yang disampaikan antara lain:

  • Peningkatan Kualitas Teknologi Siaran
    TVRI harus memastikan standar siaran, mulai dari resolusi gambar hingga kualitas audio, setara dengan televisi internasional. Era digital menuntut siaran minimal berkualitas HD, bahkan 4K, agar tidak kalah dari platform streaming.
  • Penguatan Infrastruktur Digital
    Selain tayangan di televisi konvensional, TVRI juga perlu memperkuat platform digital. Penonton muda kini lebih sering mengakses konten melalui ponsel dan layanan streaming.
  • Profesionalisme dalam Produksi Konten
    Komisi VII mengingatkan agar TVRI menghadirkan tim penyiar, komentator, dan analis yang mumpuni. Kehadiran figur yang ahli dan komunikatif bisa menambah daya tarik siaran.
  • Peningkatan Manajemen dan Transparansi
    Sebagai lembaga publik, TVRI harus mengelola hak siar dengan transparan, akuntabel, dan efisien. Publik perlu tahu bahwa dana yang digunakan benar-benar bermanfaat bagi kepentingan bangsa.

Tantangan yang Menghadang TVRI

Meski peluang besar terbuka, tantangan TVRI tidak bisa dianggap sepele.

  • Persaingan dengan Televisi Swasta
    Stasiun swasta selama ini dikenal lebih agresif, baik dari sisi teknologi maupun pemasaran. TVRI harus bisa menawarkan sesuatu yang berbeda agar penonton tetap setia.
  • Ekspektasi Publik yang Tinggi
    Masyarakat sudah terbiasa menonton tayangan olahraga dengan kualitas premium. TVRI harus bisa memenuhi ekspektasi ini agar tidak menuai kritik.
  • Keterbatasan Anggaran
    Sebagai televisi publik, anggaran TVRI sering kali lebih terbatas dibanding televisi swasta. Pengelolaan dana harus dilakukan secara cerdas dan kreatif.
  • Transformasi Digital yang Belum Maksimal
    TVRI masih dalam proses beradaptasi dengan dunia digital. Meskipun sudah memiliki layanan streaming, masih banyak ruang perbaikan dari sisi tampilan, aksesibilitas, dan stabilitas server.

Momentum Kebangkitan TVRI

Jika bisa mengelola hak siar Piala Dunia dengan baik, TVRI akan memperoleh momentum kebangkitan. Kepercayaan publik bisa meningkat pesat, apalagi generasi muda yang mungkin belum terlalu mengenal TVRI sebagai “televisi utama” akan mulai melirik.

Momentum ini bisa dimanfaatkan untuk:

  • Rebranding TVRI sebagai televisi publik modern.
  • Meningkatkan daya saing dengan televisi swasta dan platform digital.
  • Membangun kepercayaan sponsor yang akan membantu mendukung pembiayaan program-program besar.

TVRI sebagai Televisi Publik Antara Tugas dan Harapan

TVRI memiliki tugas khusus yang membedakannya dengan televisi swasta. Sebagai lembaga penyiaran publik, TVRI harus memastikan semua lapisan masyarakat, termasuk di daerah terpencil, dapat mengakses tayangan berkualitas tanpa hambatan.

Hak siar Piala Dunia harus dimaknai sebagai layanan publik, bukan semata bisnis. Itu berarti:

  • Siaran harus menjangkau daerah 3T (terdepan, terluar, tertinggal).
  • Tidak boleh ada diskriminasi akses hanya untuk kalangan tertentu.
  • Konten tambahan (analisis, dokumenter, program edukasi) bisa memperkaya pengalaman penonton.

Harapan Publik terhadap Siaran Piala Dunia di TVRI

Ketika TVRI diumumkan sebagai pemegang hak siar, reaksi masyarakat beragam. Banyak yang antusias karena berharap bisa menonton Piala Dunia secara gratis dan merata. Namun, ada juga kekhawatiran apakah TVRI mampu menghadirkan siaran dengan kualitas terbaik.

Publik berharap:

  • Akses Gratis dan Merata
    Piala Dunia adalah tontonan rakyat. Jangan sampai aksesnya dibatasi atau dibebani biaya tambahan.
  • Komentator dan Analis Berkualitas
    Kehadiran komentator yang komunikatif, analisis tajam, dan penyampaian menarik bisa membuat penonton lebih menikmati tayangan.
  • Siaran Tambahan yang Informatif
    Dokumenter perjalanan tim, analisis statistik, hingga liputan budaya negara peserta akan memperkaya pengalaman penonton.
  • Stabilitas Jaringan
    Terutama untuk layanan streaming, TVRI harus memastikan tidak terjadi gangguan yang merusak pengalaman menonton.

Digitalisasi Kunci Masa Depan TVRI

Komisi VII menekankan pentingnya transformasi digital. TVRI tidak boleh hanya mengandalkan siaran konvensional, melainkan juga harus membangun ekosistem digital yang kuat.

Langkah yang bisa ditempuh antara lain:

  • Mengembangkan platform streaming resmi dengan tampilan modern.
  • Mengintegrasikan media sosial untuk meningkatkan interaksi dengan audiens.
  • Menerapkan teknologi AI dan Big Data untuk memahami preferensi penonton.
  • Menyediakan konten on-demand, bukan hanya siaran langsung.

Jika langkah ini dijalankan, TVRI tidak hanya relevan di masa Piala Dunia, tetapi juga bisa bersaing dalam jangka panjang.

Analisis Ekonomi dan Industri Penyiaran

Hak siar Piala Dunia selalu bernilai fantastis. Dengan TVRI sebagai pemegang lisensi, ada pertanyaan besar: bagaimana dampaknya bagi industri penyiaran Indonesia?

  • Peluang Sponsor
    Meski TVRI bukan televisi komersial murni, hak siar Piala Dunia bisa menarik sponsor besar. Ini dapat membantu menopang biaya produksi dan distribusi.
  • Persaingan dengan Platform Streaming
    Netflix, Disney+, dan layanan OTT lain semakin populer. TVRI harus bisa menawarkan nilai unik agar tetap kompetitif.
  • Dampak Ekonomi Lokal
    Tayangan Piala Dunia biasanya memicu peningkatan konsumsi, dari penjualan televisi, internet, hingga produk makanan dan minuman.

Visi Jangka Panjang TVRI di Era Global

Momen ini seharusnya tidak berhenti di Piala Dunia saja. TVRI bisa menjadikannya batu loncatan untuk visi jangka panjang:

  • Menjadi televisi publik kelas dunia yang mampu menayangkan event internasional dengan kualitas terbaik.
  • Menjadi pusat produksi konten olahraga nasional, termasuk liga lokal, sehingga tidak hanya bergantung pada event luar negeri.
  • Menjadi bagian dari diplomasi budaya melalui tayangan yang memperkenalkan Indonesia ke dunia.

“Komisi VII Dorong TVRI Berbenah Setelah Kantongi Hak Siar Piala Dunia” adalah pesan penting bahwa hak siar bukan akhir, melainkan awal dari tanggung jawab besar. TVRI harus mampu memanfaatkan momentum ini untuk melakukan pembenahan total, baik dari sisi teknologi, manajemen, maupun visi jangka panjang.

Masyarakat Indonesia menaruh harapan besar agar Piala Dunia 2026 (dan seterusnya) yang ditayangkan TVRI bukan hanya sekadar tontonan, melainkan juga simbol kebangkitan televisi publik nasional. Jika berhasil, TVRI tidak hanya membanggakan di dalam negeri, tetapi juga bisa menjadi contoh televisi publik modern yang relevan di era digital global.

Baca Juga:

TAGS:
CLOSE