Kabar duka menyelimuti dunia sepak bola Indonesia. Mantan bek tangguh tim nasional, Herman Pulalo, dikabarkan tutup usia pada awal pekan ini. Sosok yang dikenal disiplin, rendah hati, dan berdedikasi tinggi tersebut meninggalkan duka mendalam bagi keluarga, rekan-rekan setim, serta para penggemar sepak bola Tanah Air. Kepergiannya menjadi kehilangan besar, bukan hanya bagi mereka yang pernah bermain bersamanya, tetapi juga bagi generasi muda yang mengaguminya sebagai panutan dalam sportivitas dan loyalitas terhadap Merah Putih.
Berita kepergian Herman Pulalo pertama kali disampaikan oleh mantan rekan setimnya di tim nasional pada era 1990-an. Ucapan belasungkawa pun langsung mengalir deras dari berbagai kalangan — mulai dari sesama mantan pemain, pelatih, hingga federasi sepak bola Indonesia. Dalam sekejap, media sosial dibanjiri ungkapan duka cita dan kenangan tentang kiprah sang legenda yang pernah memperkuat Timnas Indonesia di masa keemasannya.
Perjalanan Karier Dari Lapangan Kampung ke Tim Nasional
Herman Pulalo lahir di Ternate, Maluku Utara — daerah yang dikenal banyak melahirkan talenta sepak bola berbakat. Sejak kecil, ia sudah menunjukkan kecintaan luar biasa terhadap olahraga ini. Kisahnya dimulai dari lapangan tanah di kampung halamannya, di mana ia sering bermain bola tanpa alas kaki bersama teman-teman sebaya. Ketekunan dan semangatnya membuat bakatnya menonjol di antara pemain lain di usia muda.
Di usia remaja, Herman bergabung dengan klub lokal yang kemudian membuka jalan bagi karier profesionalnya. Tak butuh waktu lama bagi pelatih-pelatih di level provinsi untuk melihat potensi besarnya. Dengan postur ideal dan kemampuan membaca permainan yang luar biasa, ia menonjol sebagai bek tengah yang sulit dilewati lawan.
Penampilannya yang solid mengantarkan Herman direkrut oleh klub besar Indonesia di era Galatama, kompetisi semi-profesional yang menjadi cikal bakal Liga Indonesia. Di sana, ia berhadapan dengan para penyerang terbaik di Tanah Air, dan dari situlah kariernya mulai menanjak cepat. Tak lama kemudian, pelatih tim nasional memanggilnya untuk memperkuat skuad Garuda di turnamen internasional.
Momen Emas Bersama Tim Nasional
Berseragam merah putih adalah impian setiap pemain Indonesia, dan bagi Herman Pulalo, hal itu menjadi kenyataan pada usia yang relatif muda. Debutnya di tim nasional terjadi di awal 1990-an, saat Indonesia tengah berusaha membangun kembali kejayaan di pentas Asia Tenggara.
Sebagai bek tengah, Herman dikenal berkarakter keras namun fair. Ia bukan tipe pemain yang banyak bicara di lapangan, tetapi aksi dan ketegasannya selalu berbicara lantang. Banyak pemain lawan yang mengakui sulit menembus pertahanan yang dijaganya. Dengan naluri bertahan yang kuat, Herman menjadi tulang punggung lini belakang Indonesia di berbagai ajang, termasuk Piala Tiger, SEA Games, dan sejumlah laga kualifikasi Piala Asia.
Salah satu momen paling berkesan adalah ketika ia membantu Indonesia meraih hasil impresif di SEA Games pertengahan 1990-an. Meskipun Indonesia belum berhasil meraih emas, performa Herman dan rekan-rekannya kala itu mendapat apresiasi luas. Ia dianggap sebagai salah satu pemain paling konsisten, terutama dalam menghadapi tekanan besar di laga-laga penting.
Bahkan setelah pensiun, banyak pemain muda yang meniru gaya bermainnya. Ia dikenal tidak hanya kuat dalam duel udara dan tekel, tetapi juga tenang dalam mengawal bola dan memberikan instruksi kepada rekan setim. Perannya sebagai leader di lini belakang menjadi inspirasi bagi generasi berikutnya — termasuk beberapa bek nasional modern yang mengidolakan sosoknya.
Sikap Profesional dan Kepribadian Rendah Hati
Di luar lapangan, Herman Pulalo dikenal sebagai pribadi yang sangat rendah hati dan jauh dari sorotan media. Ia tidak pernah mengejar popularitas, melainkan fokus pada pengabdian terhadap tim dan negara. Rekan-rekan satu timnya mengenang bagaimana ia selalu menjadi sosok yang menenangkan di ruang ganti, memberikan semangat tanpa banyak bicara, dan selalu menempatkan kepentingan tim di atas segalanya.
“Bang Herman adalah orang yang sangat disiplin. Dia datang latihan paling awal dan pulang paling terakhir. Tidak pernah mengeluh, tidak pernah menuntut. Bagi kami, dia adalah contoh sejati profesionalisme,” ungkap salah satu mantan pemain nasional yang pernah bermain bersamanya.
Setelah pensiun, Herman tidak meninggalkan dunia sepak bola sepenuhnya. Ia aktif menjadi pelatih di akademi sepak bola daerah, membantu melatih generasi muda agar memahami dasar-dasar bermain dengan benar. Banyak yang mengakui bahwa gaya latihannya sederhana, namun penuh makna: menekankan pentingnya mental, disiplin, dan rasa hormat terhadap permainan.
“Dia sering bilang ke anak-anak: sepak bola bukan cuma soal menang, tapi soal bagaimana kamu menghargai proses,” cerita seorang pelatih muda yang pernah bekerja bersamanya.
Kontribusi untuk Sepak Bola Daerah
Usai menanggalkan sepatu, Herman Pulalo kembali ke tanah kelahirannya di Maluku Utara. Di sana, ia mendedikasikan waktunya untuk membangun fondasi sepak bola daerah yang lebih kuat. Ia menjadi mentor bagi banyak pemain muda yang bermimpi mengikuti jejaknya menembus tim nasional.
Melalui akademi kecil yang ia dirikan bersama rekan-rekan lamanya, Herman melatih anak-anak usia dini dengan fasilitas seadanya. Lapangan rumput sintetis tak ada, bola pun terkadang harus digilir, tetapi semangatnya tak pernah padam. Baginya, selama ada bola dan tekad, impian bisa dikejar.
Kontribusinya di akar rumput ini tak luput dari perhatian. Pemerintah daerah bahkan beberapa kali memberikan penghargaan simbolis atas dedikasinya dalam membina generasi muda. Namun, seperti biasanya, Herman tidak ingin sorotan. “Saya cuma ingin anak-anak di sini punya kesempatan seperti yang dulu saya dapat,” ujarnya dalam sebuah wawancara beberapa tahun lalu.
Berkat usahanya, beberapa murid binaannya berhasil menembus tim-tim profesional di Liga 1 dan Liga 2. Hal ini menjadi bukti nyata bahwa pengaruh Herman Pulalo dalam dunia sepak bola Indonesia tetap terasa, bahkan setelah ia tak lagi aktif bermain.
Reaksi Dunia Sepak Bola Indonesia
Kabar wafatnya Herman Pulalo langsung menjadi sorotan media nasional. PSSI, melalui laman resminya, menyampaikan belasungkawa mendalam dan mengenang jasanya bagi tim nasional. “Indonesia kehilangan salah satu bek terbaik yang pernah dimiliki. Herman Pulalo adalah sosok profesional sejati dan pahlawan sepak bola yang akan selalu dikenang,” tulis pernyataan resmi federasi.
Tak hanya federasi, klub-klub yang pernah diperkuat Herman juga ikut menyampaikan rasa duka. Di media sosial, unggahan tentang dirinya dipenuhi dengan komentar penuh penghormatan dari para penggemar. Banyak yang menulis kenangan masa kecil ketika menonton Herman bermain di televisi dengan semangat luar biasa membela Merah Putih.
Bahkan sejumlah pemain muda seperti Elkan Baggott dan Jordi Amat turut mengirimkan pesan belasungkawa, menyebut Herman sebagai sosok inspiratif yang meletakkan dasar kuat bagi generasi sekarang. “Kami berdiri di atas fondasi yang dibangun oleh legenda seperti beliau,” tulis salah satu pemain dalam unggahan pribadinya.
Upacara Perpisahan yang Penuh Haru
Prosesi pemakaman Herman Pulalo digelar dengan penuh khidmat di kota kelahirannya. Ratusan orang hadir — mulai dari keluarga, sahabat, mantan pemain, hingga masyarakat umum yang pernah mengenalnya. Upacara diawali dengan penghormatan dari komunitas sepak bola lokal yang mengibarkan bendera setengah tiang sebagai tanda duka.
Tangis haru pecah ketika peti jenazah dibawa menuju tempat peristirahatan terakhir. Beberapa mantan pemain nasional tampak hadir dan memberikan penghormatan terakhir, mengenakan seragam tim nasional sebagai simbol pengabdian terakhir kepada rekan seperjuangan mereka.
“Dia bukan hanya rekan setim, tapi juga saudara. Kami tumbuh bersama di lapangan, berjuang bersama untuk Merah Putih. Hari ini, kami kehilangan salah satu yang terbaik,” ujar salah seorang mantan kapten timnas yang hadir di lokasi.
Keluarga Herman pun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan moral dan doa. “Beliau sangat mencintai sepak bola dan selalu ingin melihat Indonesia maju. Semoga semangatnya terus hidup dalam setiap pemain muda,” kata salah satu anggota keluarga dengan mata berkaca-kaca.
Baca Juga: