Laga panas antara Barito Putera dan Persela FC di Stadion Demang Lehman, Martapura, berakhir dengan hasil mengecewakan bagi tuan rumah. Dalam pertandingan yang seharusnya menjadi momentum kebangkitan Barito Putera di kompetisi, justru berubah menjadi panggung kontroversi. Pasalnya, sejumlah keputusan wasit Juandi dinilai sangat merugikan tim berjuluk Laskar Antasari. Akibatnya, kubu Barito Putera pun melayangkan protes resmi kepada PSSI dan Komite Wasit.
Kemenangan Persela dengan skor tipis 1-0 tidak hanya meninggalkan luka di papan klasemen bagi Barito, tetapi juga menimbulkan kekecewaan mendalam di hati pemain, pelatih, dan ribuan suporter setia yang memenuhi tribun. Atmosfer panas pasca laga bahkan berlanjut hingga konferensi pers, di mana pelatih kepala Amiruddin Al Rachman tak dapat menyembunyikan emosinya terhadap kepemimpinan wasit di lapangan.
Pertandingan yang Sarat Emosi dan Tekanan
Sejak menit awal, pertandingan antara Barito Putera dan Persela FC berlangsung dengan intensitas tinggi. Kedua tim sama-sama menampilkan permainan terbuka dan agresif. Barito, yang tampil di kandang sendiri, mencoba menguasai jalannya laga melalui dominasi lini tengah dan pressing ketat. Sementara Persela tampil lebih sabar, menunggu celah lewat serangan balik cepat.
Namun, tensi mulai meningkat ketika beberapa pelanggaran keras yang dilakukan oleh pemain Persela tidak berujung kartu dari wasit Juandi. Situasi ini membuat pemain Barito mulai kehilangan kesabaran. Puncaknya terjadi di menit ke-36 ketika striker Barito, Rizky Pora, dijatuhkan di dalam kotak penalti. Seluruh pemain Barito melakukan protes keras karena merasa ada kontak jelas dari pemain belakang Persela, namun wasit justru melambaikan tangan tanda permainan dilanjutkan.
Keputusan itu sontak memicu kemarahan di bangku cadangan Barito. Amiruddin terlihat meluapkan protesnya di pinggir lapangan, sementara suporter di tribun berteriak “wasit berat sebelah!” dalam nada kecewa.
Gol Kontroversial yang Menjadi Titik Balik
Drama semakin memanas di babak kedua. Ketika laga memasuki menit ke-68, Persela berhasil mencetak gol lewat skema tendangan bebas. Bola hasil umpan silang disundul oleh striker Fahrul Ananda, dan bola sempat memantul di tubuh bek Barito sebelum masuk ke gawang.
Namun, tayangan ulang menunjukkan bahwa Fahrul terlihat berada dalam posisi offside ketika bola dikirimkan. Asisten wasit tampak ragu, tetapi tidak mengangkat bendera. Wasit Juandi pun tetap mengesahkan gol tersebut.
Pemain dan ofisial Barito langsung mengepung wasit, menuntut penjelasan. Namun, keputusan tidak berubah. Gol itu tetap disahkan dan menjadi satu-satunya gol di pertandingan. Situasi di lapangan semakin panas, bahkan beberapa kali pertandingan harus dihentikan sementara karena suasana yang tak kondusif.
Reaksi Pelatih Amiruddin “Kami Dirugikan Terlalu Banyak”
Usai laga, pelatih Barito Putera, Amiruddin Al Rachman, dengan nada kecewa menilai bahwa kepemimpinan wasit sangat memengaruhi hasil akhir.
“Kami bermain dengan disiplin, semangat, dan penguasaan bola yang baik. Tapi bagaimana bisa menang kalau keputusan-keputusan seperti ini terus terjadi? Dua penalti tidak diberikan, satu gol lawan jelas offside, tapi disahkan. Ini bukan tentang kalah atau menang, tapi soal keadilan,” ujar Amiruddin dalam konferensi pers.
Amiruddin juga menekankan bahwa timnya akan segera melayangkan protes resmi kepada operator liga dan PSSI. Ia berharap ada evaluasi menyeluruh terhadap kinerja wasit Juandi yang dinilainya “tidak layak memimpin pertandingan sebesar ini”.
“Saya bukan ingin menyalahkan wasit untuk menutupi kekurangan tim. Tapi fakta di lapangan terlalu jelas. Kami dirugikan. Ini harus ada tindak lanjut, karena sepak bola tidak boleh tercoreng oleh keputusan yang tidak adil,” tambahnya dengan tegas.
Manajemen Turut Bereaksi Akan Kirim Surat Resmi ke PSSI
Selain pelatih, manajemen Barito Putera juga memberikan tanggapan keras. Melalui pernyataan resmi klub, manajemen menegaskan bahwa mereka sudah menyiapkan laporan resmi dan bukti video untuk diserahkan kepada Komite Wasit PSSI.
Direktur Operasional Barito Putera, M. Riyadi, mengatakan bahwa pihak klub memiliki rekaman dari beberapa sudut kamera yang menunjukkan pelanggaran dan situasi offside dalam gol Persela.
“Kami tidak ingin hanya mengeluh di media. Kami akan ambil langkah konkret. Semua bukti akan kami kirim secara resmi. Kami menghargai kerja wasit, tapi ketika ada kesalahan fatal yang mengubah jalannya pertandingan, kami berhak menuntut evaluasi,” ungkap Riyadi.
Ia juga menegaskan bahwa protes ini bukan sekadar karena kekalahan, tetapi karena klub merasa integritas pertandingan harus dijaga. “Kalau dibiarkan, hal seperti ini bisa merusak kepercayaan publik terhadap kompetisi,” katanya.
Suporter Geram dan Tagar #JusticeForBarito Jadi Viral
Tak hanya manajemen dan pelatih, para suporter Barito Putera pun ikut meluapkan kekecewaannya di media sosial. Tagar #JusticeForBarito sempat menjadi trending topic di platform X (dulu Twitter) di Indonesia beberapa jam setelah pertandingan berakhir.
Ribuan komentar dari penggemar sepak bola muncul, banyak di antaranya menyoroti buruknya kualitas wasit di kompetisi kasta tertinggi. Beberapa suporter bahkan mengunggah video-video yang menunjukkan dugaan pelanggaran di kotak penalti Persela yang diabaikan oleh wasit.
“Kita kalah bukan karena permainan, tapi karena keputusan yang tidak adil,” tulis salah satu akun pendukung Barito.
“VAR belum ada, tapi minimal wasit harus jujur dan tegas. Ini merusak semangat pemain,” tulis akun lain dengan nada kecewa.
Kemarahan suporter itu juga memunculkan seruan agar PSSI segera memperbaiki sistem penunjukan dan pembinaan wasit agar lebih profesional.
Pandangan Pengamat “Masalah Klasik yang Tak Pernah Selesai”
Pengamat sepak bola nasional, Taufik Hidayat, menilai bahwa kasus seperti ini sudah terlalu sering terjadi di sepak bola Indonesia. Menurutnya, Barito Putera punya hak penuh untuk melayangkan protes, karena video pertandingan memang menunjukkan beberapa keputusan kontroversial.
“Kalau kita lihat secara objektif, ada dua momen krusial: penalti yang tidak diberikan dan gol offside. Dua keputusan itu sangat menentukan. Ini menunjukkan bahwa kualitas dan konsistensi wasit kita memang masih jadi pekerjaan rumah besar,” ujar Taufik.
Ia juga menambahkan bahwa jika protes Barito diterima, maka Komite Wasit seharusnya tidak ragu memberikan sanksi atau pembinaan terhadap wasit yang bersangkutan.
“Tidak ada salahnya mengevaluasi. Wasit juga manusia, bisa salah. Tapi kalau kesalahan itu berulang dan tidak ada sanksi, artinya sistemnya yang bermasalah,” ujarnya.
PSSI Buka Suara Akan Evaluasi dan Pelajari Bukti
Menanggapi protes keras dari Barito Putera, pihak PSSI melalui juru bicara Komite Wasit mengonfirmasi bahwa laporan sudah diterima. Mereka berjanji akan meninjau ulang seluruh keputusan wasit Juandi dalam laga tersebut melalui rekaman pertandingan.
“Kami sudah menerima laporan resmi dari pihak Barito Putera. Komite Wasit akan memeriksa dengan teliti setiap momen yang dipermasalahkan. Jika ditemukan kesalahan signifikan, akan ada evaluasi dan tindakan disiplin,” ungkap pernyataan resmi tersebut.
Namun, PSSI juga meminta agar semua pihak tetap menahan diri dan menunggu hasil investigasi. Mereka berharap isu ini tidak berujung pada kegaduhan yang bisa memperburuk citra sepak bola nasional.
Mental Pemain Diuji Fokus Tetap pada Laga Berikutnya
Meski dihantui rasa kecewa, pelatih Amiruddin memastikan bahwa timnya tidak akan larut dalam kekecewaan. Ia menegaskan bahwa para pemain harus segera bangkit dan fokus menghadapi pertandingan selanjutnya.
“Kami tidak boleh tenggelam dalam amarah. Tugas kami sekarang adalah memperbaiki diri dan bermain lebih kuat. Kami akan gunakan rasa sakit ini sebagai motivasi,” ujar Amiruddin dalam sesi latihan keesokan harinya.
Ia juga memuji semangat para pemain yang tetap berlatih dengan disiplin meski moral sempat terpukul. Baginya, dukungan suporter dan solidaritas tim menjadi energi positif untuk kembali bangkit.
Baca Juga: