1920x600-TOP-ID
ID
ID
previous arrow
next arrow

SBOTOP: Ange Postecoglou Catat Rekor sebagai Pelatih dengan Masa Jabatan Tersingkat Kedua di Liga Inggris

Liga Inggris kembali mencatat sejarah yang tidak biasa. Setelah berbagai pergantian pelatih yang terjadi dalam beberapa musim terakhir, kini nama Ange Postecoglou ikut menambah daftar panjang manajer yang kariernya berakhir terlalu cepat di kompetisi paling kompetitif di dunia. Pelatih asal Australia itu resmi berpisah dengan Tottenham Hotspur setelah hanya menjabat selama beberapa bulan—menjadikannya pelatih dengan masa jabatan tersingkat kedua dalam sejarah Premier League.

Keputusan mengejutkan ini sontak menjadi perbincangan hangat di kalangan pecinta sepak bola Inggris. Banyak pihak menilai pemecatan Postecoglou sebagai langkah tergesa-gesa, sementara sebagian lainnya melihatnya sebagai konsekuensi logis dari penurunan performa tim dalam beberapa pekan terakhir.

Awal yang Penuh Harapan

Ketika Tottenham mengumumkan penunjukan Ange Postecoglou pada awal musim, banyak pihak menyambut dengan antusias. Rekam jejaknya di Celtic—di mana ia mempersembahkan treble winners di Skotlandia—memberikan harapan besar bahwa Spurs akhirnya menemukan sosok yang bisa membawa perubahan positif setelah era Antonio Conte dan Cristian Stellini yang penuh ketegangan.

Gaya permainan menyerang yang diusung Postecoglou dianggap cocok dengan DNA sepak bola Tottenham. Ia berjanji akan menghadirkan permainan atraktif dan ofensif, mengandalkan pressing tinggi serta pergerakan cepat dari sayap. Di awal masa kepemimpinannya, tanda-tanda kebangkitan itu memang terlihat jelas.

Dalam enam pertandingan pertama Premier League, Spurs tidak terkalahkan. Mereka bahkan sempat memuncaki klasemen sementara. Fans mulai bermimpi bahwa ini mungkin menjadi awal era baru—sebuah kebangkitan pasca kepergian Harry Kane yang hengkang ke Bayern München.

Namun, seiring berjalannya waktu, mimpi itu perlahan pudar.

Penurunan Performa dan Awal Krisis

Setelah jeda internasional pertama musim ini, performa Tottenham menurun drastis. Cedera pemain kunci seperti James Maddison, Son Heung-min, dan Cristian Romero membuat struktur permainan mereka tidak seimbang. Sistem “build-up dari belakang” yang diandalkan Postecoglou kerap menjadi bumerang.

Tottenham mulai kehilangan ritme. Mereka kesulitan mencetak gol, sementara lini belakang sering membuat kesalahan elementer. Dalam sepuluh pertandingan terakhir di bawah asuhan Postecoglou, Spurs hanya meraih dua kemenangan—sisanya berakhir dengan hasil imbang atau kekalahan.

Kekalahan telak dari Liverpool dan Manchester City menjadi titik balik. Kritik mulai datang dari berbagai arah. Media Inggris menyoroti kurangnya fleksibilitas taktik Postecoglou yang dianggap terlalu kaku dengan filosofi menyerang, bahkan ketika timnya dalam kondisi tidak stabil.

Fans juga mulai mempertanyakan keputusan sang pelatih yang kerap menurunkan pemain muda di posisi krusial, sementara pemain berpengalaman justru duduk di bangku cadangan. Dalam beberapa laga, Tottenham kehilangan keunggulan di menit-menit akhir, yang memunculkan pertanyaan soal manajemen waktu dan mentalitas tim.

Keputusan Cepat dari Manajemen Spurs

Manajemen Tottenham dikenal tidak sabar ketika hasil tidak sesuai ekspektasi. Setelah hasil buruk di empat pertandingan beruntun—termasuk kekalahan memalukan dari klub papan bawah—pihak klub akhirnya mengambil keputusan tegas: mengakhiri kerja sama dengan Postecoglou lebih cepat dari yang diperkirakan.

Dalam pernyataan resmi klub, ketua Tottenham Daniel Levy menyampaikan,

“Kami berterima kasih kepada Ange atas dedikasi dan komitmennya selama menjabat. Namun, kami merasa bahwa klub membutuhkan arah baru untuk mencapai target yang telah ditetapkan.”

Keputusan ini diambil hanya 143 hari setelah Postecoglou secara resmi menjabat, menjadikannya pelatih dengan masa kerja tersingkat kedua dalam sejarah Liga Inggris, hanya kalah dari Les Reed (Charlton Athletic, 2006) yang bertahan selama 40 hari.

Bagi klub sebesar Tottenham, yang ambisius menembus empat besar dan kembali ke Liga Champions, kegagalan menjaga konsistensi dianggap sebagai kesalahan fatal. Meski banyak penggemar merasa keputusan ini terlalu cepat, manajemen menilai langkah tersebut perlu dilakukan demi stabilitas jangka panjang.

Reaksi Publik dan Dunia Sepak Bola

Kabar pemecatan Postecoglou langsung menjadi topik utama di berbagai media olahraga Eropa dan Australia. Banyak yang terkejut dengan secepat itu Spurs memutuskan hubungan kerja, mengingat reputasi Postecoglou sebagai pelatih visioner dan idealis.

Mantan pemain Tottenham, Ledley King, menilai keputusan tersebut sebagai langkah emosional.

“Saya rasa ini terlalu cepat. Ange membawa gaya permainan yang menarik, tapi butuh waktu untuk beradaptasi. Tidak ada pelatih yang bisa membangun proyek besar dalam empat bulan,” ujarnya di Sky Sports.

Legenda Liverpool, Jamie Carragher, juga memberikan pandangannya:

“Masalah Tottenham bukan hanya pelatih. Ada persoalan mendalam soal mentalitas dan struktur klub. Anda bisa mengganti pelatih berkali-kali, tapi hasilnya tidak akan berubah jika sistem di atasnya tidak diperbaiki.”

Sementara itu, sejumlah suporter Tottenham meluapkan kekecewaan di media sosial dengan tagar #ThankYouAnge. Mereka memuji filosofi sepak bola menyerang yang sempat menghadirkan euforia di awal musim, meskipun akhirnya berakhir dengan kecewa.

Filosofi “Angeball” yang Tak Terselamatkan

Salah satu alasan mengapa masa jabatan Postecoglou begitu singkat adalah karena filosofi permainannya yang tidak kompromistis. Ia menolak menyesuaikan gaya bermain bahkan saat menghadapi lawan kuat.

Postecoglou dikenal dengan “Angeball,” sistem berbasis penguasaan bola dan pressing intens. Formasi dasar 4-3-3 miliknya menuntut bek sayap maju tinggi, sementara dua gelandang serang bertugas membuka ruang untuk kombinasi cepat. Sistem ini efektif ketika tim memiliki kepercayaan diri tinggi dan pemain dalam kondisi fit. Namun ketika cedera melanda, sistem ini justru membuka celah besar di lini pertahanan.

Dalam beberapa pertandingan terakhir, kelemahan itu terlihat jelas. Lawan-lawan seperti Aston Villa dan Newcastle dengan mudah mengeksploitasi ruang kosong di belakang lini tengah Tottenham. Statistik mencatat, Spurs kebobolan 15 gol dalam enam laga terakhir sebelum pemecatan Postecoglou—angka yang membuat posisi sang pelatih kian sulit dipertahankan.

Namun bagi banyak pengamat, sistem itu sebenarnya tidak salah, hanya butuh waktu untuk diterapkan secara konsisten di Premier League yang tingkat intensitasnya jauh lebih tinggi dibanding Skotlandia atau Jepang, tempat Postecoglou pernah sukses sebelumnya.

Postecoglou “Saya Tidak Menyesal”

Dalam wawancara eksklusif bersama BBC setelah pengumuman resmi pemecatan, Postecoglou tampil tenang dan elegan. Ia tidak menyalahkan klub, melainkan menganggap hal ini sebagai bagian dari risiko dalam dunia sepak bola modern.

“Saya tidak menyesal sedikit pun. Saya datang ke sini untuk membawa perubahan, bukan sekadar bertahan. Kadang perubahan butuh waktu, kadang tidak semua orang sabar menunggu. Tapi saya bangga dengan apa yang kami coba bangun,” katanya.

Ia juga menambahkan bahwa dirinya tetap menghormati keputusan klub dan berharap Tottenham bisa melanjutkan proyek dengan lebih stabil. “Saya hanya ingin melihat mereka sukses. Fans Tottenham luar biasa, dan mereka pantas mendapatkan tim yang bisa membanggakan mereka,” ujarnya.

Pernyataan tersebut mendapat banyak pujian karena menunjukkan profesionalisme dan kedewasaan Postecoglou dalam menghadapi situasi sulit.

Dampak bagi Tottenham Hotspur

Pemecatan Postecoglou bukan hanya mengguncang tim secara emosional, tetapi juga berdampak besar pada stabilitas internal. Beberapa pemain, terutama yang dekat dengan sang pelatih seperti James Maddison dan Destiny Udogie, dikabarkan kecewa dengan keputusan manajemen.

Dalam jangka pendek, Spurs akan ditangani oleh asisten pelatih sementara hingga klub menemukan pengganti permanen. Nama-nama seperti Graham Potter, Julen Lopetegui, dan bahkan mantan pelatih Spurs Mauricio Pochettino disebut-sebut masuk dalam daftar kandidat.

Namun, yang paling mengkhawatirkan adalah efek domino terhadap mental pemain. Mereka harus beradaptasi lagi dengan filosofi baru, sementara kompetisi Premier League tidak memberi waktu banyak untuk beristirahat. Pergantian pelatih di tengah musim hampir selalu menimbulkan ketidakstabilan performa.

Statistik dan Rekor yang Tercatat

Meski masa jabatannya singkat, Postecoglou meninggalkan beberapa catatan menarik selama menangani Tottenham:

  • Total pertandingan: 17 laga Premier League
  • Kemenangan: 6
  • Imbang: 5
  • Kekalahan: 6
  • Rasio kemenangan: 35,2%
  • Gol tercipta: 24
  • Gol kebobolan: 25
  • Clean sheet: 4

Angka tersebut menunjukkan performa yang fluktuatif. Meski di awal musim terlihat menjanjikan, inkonsistensi hasil di paruh kedua membuat posisinya rapuh.

Jika dibandingkan dengan pelatih sebelumnya, Antonio Conte, rasio kemenangan Postecoglou memang lebih rendah, tetapi gaya bermainnya jauh lebih progresif. Sayangnya, di Premier League—di mana hasil lebih penting dari proses—hal itu tidak cukup untuk mempertahankan jabatan.

Pelatih dengan Masa Jabatan Tersingkat di Liga Inggris

Rekor pelatih dengan masa jabatan tersingkat dalam sejarah Premier League masih dipegang oleh Les Reed (Charlton Athletic), yang hanya bertahan 40 hari pada tahun 2006. Kini, Postecoglou menempati posisi kedua dengan 143 hari, disusul oleh Frank de Boer (Crystal Palace, 77 hari), dan René Meulensteen (Fulham, 75 hari).

Daftar ini menjadi pengingat bahwa Liga Inggris memang kejam bagi para manajer. Tekanan tinggi dari pemilik klub dan fans membuat kesabaran menjadi barang langka. Satu rentetan hasil buruk saja bisa cukup untuk mengakhiri karier seorang pelatih.

Warisan yang Ditinggalkan Idealisme yang Tak Padam

Meski singkat, masa kepelatihan Postecoglou meninggalkan jejak penting bagi Tottenham. Ia membawa semangat baru dengan filosofi sepak bola menyerang, yang sempat membuat fans kembali menikmati permainan tim mereka.

Bagi banyak pendukung, Postecoglou bukan gagal total—ia hanya datang di waktu yang salah, dengan ekspektasi terlalu besar dalam waktu terlalu singkat.

Seorang pendukung Tottenham menulis di forum klub:

“Dia membawa optimisme yang sudah lama hilang. Sayang sekali klub tidak memberinya cukup waktu. Kami akhirnya kembali ke siklus yang sama: membangun, lalu menghancurkan sebelum sempat berkembang.”

Selain itu, beberapa pemain muda seperti Pape Sarr dan Udogie berkembang pesat di bawah bimbingannya. Hal ini menjadi warisan nyata bahwa meski singkat, pengaruh Postecoglou tetap terasa dalam proyek jangka panjang klub.

Baca Juga:

TAGS:
CLOSE