Suasana panas gurun Qatar tak menyurutkan semangat para pemain Timnas Indonesia U-17 yang kini tengah mempersiapkan diri menghadapi laga penting melawan Zambia U-17. Dalam sesi latihan resmi yang digelar di Aspire Academy, Doha, para pemain Garuda Muda menunjukkan antusiasme dan keseriusan tinggi dalam menuntaskan setiap program latihan.
Pertandingan melawan Zambia menjadi salah satu ujian terberat bagi skuad asuhan Bima Sakti Tukiman, mengingat tim asal Afrika tersebut dikenal memiliki fisik tangguh, kecepatan luar biasa, serta kemampuan bertahan yang disiplin. Tak hanya itu, duel ini juga dianggap penting karena menjadi ajang pembuktian sejauh mana perkembangan permainan Timnas U-17 setelah menjalani berbagai persiapan dan uji coba sebelumnya.
“Kami fokus, kami siap. Laga melawan Zambia bukan sekadar pertandingan biasa, ini adalah ujian karakter bagi para pemain muda Indonesia,” tegas Bima Sakti saat ditemui usai sesi latihan sore.
Fokus Latihan Adaptasi Iklim dan Taktik Bertahan
Latihan resmi yang dilakukan di Qatar tak hanya difokuskan pada aspek teknis dan fisik, tetapi juga adaptasi terhadap kondisi cuaca ekstrem. Dengan suhu siang hari mencapai lebih dari 35 derajat Celcius, pelatih fisik Gilbert Simanjuntak menyesuaikan jadwal latihan menjadi dua sesi utama: pagi hari untuk latihan ringan dan sore menjelang malam untuk latihan intensitas tinggi.
“Kami ingin pemain terbiasa dengan kondisi lapangan dan iklim di sini. Karena di laga nanti, cuaca bisa jadi tantangan besar,” jelas Gilbert.
Selain adaptasi fisik, latihan kali ini juga difokuskan pada pola transisi bertahan dan serangan balik cepat. Zambia dikenal memiliki lini depan yang eksplosif dan kerap memanfaatkan ruang di antara bek tengah lawan. Karena itu, Bima Sakti memberikan porsi latihan tambahan pada koordinasi pertahanan, terutama bagaimana para bek dan gelandang bertahan menjaga kedisiplinan posisi.
Latihan dimulai dengan pemanasan dinamis, dilanjutkan dengan drill taktik zonal marking, serta sesi simulasi pertandingan dengan formasi 4-3-3 yang diadaptasi menjadi 4-2-3-1 saat bertahan. Para pemain juga dilatih untuk bermain cepat dari sisi sayap melalui kombinasi dua sentuhan.
“Kami ingin anak-anak bermain efektif. Jangan terlalu lama pegang bola, tapi juga jangan terburu-buru. Harus tahu kapan menyerang, kapan bertahan,” tambah Bima Sakti.
Suasana Latihan Penuh Semangat dan Kekeluargaan
Meski berada jauh dari tanah air, suasana latihan Timnas U-17 di Qatar tetap penuh semangat. Para pemain terlihat saling menyemangati, bahkan bercanda di sela-sela latihan. Namun begitu peluit tanda latihan dimulai, fokus mereka langsung berubah total — serius, disiplin, dan kompetitif.
Kapten tim, Rafli Pratama, menjadi sosok yang paling vokal di lapangan. Ia terus memberi arahan kepada rekan-rekannya, terutama saat sesi latihan pressing dan positioning.
“Kita harus tetap kompak dan saling percaya. Zambia tim kuat, tapi kalau kita solid, mereka bisa kita lawan,” ujar Rafli dengan lantang di tengah lapangan.
Selain itu, pelatih kiper Kim Hwan asal Korea Selatan juga mendapat perhatian karena menerapkan latihan refleks ekstrem untuk para penjaga gawang. Kiper utama, Dimas Rahadian, menjalani sesi penyelamatan dari jarak dekat menggunakan bola kecil berkecepatan tinggi. Latihan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kecepatan reaksi dan konsentrasi.
Kim menilai Dimas memiliki potensi besar untuk bersaing di level Asia. “Dia punya insting bagus, tinggal ditingkatkan keberanian dan komunikasi di belakang,” katanya dengan nada optimis.
Analisis Lawan Kecepatan dan Fisik Jadi Tantangan
Dalam persiapan menghadapi Zambia, tim pelatih Timnas U-17 juga melakukan analisis mendalam terhadap calon lawan. Berdasarkan hasil pengamatan dari video pertandingan Zambia U-17 di turnamen COSAFA, tim tersebut memiliki gaya bermain khas Afrika: fisik kuat, tempo cepat, dan permainan langsung ke depan.
Bima Sakti menyadari bahwa anak asuhnya tidak bisa meladeni permainan fisik secara langsung. Karena itu, ia menekankan agar Timnas U-17 bermain dengan intensitas tinggi tapi tetap mengandalkan teknik dan kecerdikan.
“Kita tidak bisa menang dengan adu fisik, tapi kita bisa menang dengan strategi dan kecerdasan bermain,” tegasnya.
Pelatih juga memberikan tugas khusus bagi dua gelandang tengah, Rizky Agung dan Bagas Maulana, untuk menjadi pengatur tempo permainan. Mereka diminta agar tidak terlalu cepat kehilangan bola, serta mampu menekan pemain Zambia di area tengah untuk memutus aliran serangan.
Persiapan Mental Jadi Kunci
Selain aspek taktik dan fisik, Timnas U-17 juga menjalani pelatihan mental dan motivasi. Pelatih psikologis tim, Rachmawati Yuliani, mengadakan sesi malam yang disebut “refleksi Garuda.” Dalam sesi tersebut, pemain diajak berbagi pengalaman dan perasaan mereka menjelang laga penting.
Rachmawati menjelaskan bahwa pemain muda sering kali tertekan saat menghadapi lawan yang secara fisik lebih kuat. Oleh karena itu, mereka diajarkan cara mengelola emosi, menjaga fokus, dan tetap tenang di bawah tekanan.
“Kami ingin pemain percaya diri tanpa arogan. Mereka harus tahu bahwa semangat dan keyakinan bisa menutup celah fisik,” ujar Rachmawati.
Beberapa pemain bahkan menulis catatan motivasi pribadi di buku latihan mereka. Salah satu di antaranya adalah kalimat sederhana dari penyerang muda Arkan Fadhilah: “Tidak ada yang mustahil jika kita berjuang untuk merah putih.”
Kondisi Tim Semua Pemain Fit dan Siap Tempur
Kabar baik datang dari tim medis. Semua pemain dalam kondisi fit tanpa cedera berarti. Hanya beberapa pemain yang mengalami kelelahan ringan akibat perubahan cuaca dan perbedaan waktu tidur, namun hal tersebut sudah diantisipasi dengan program pemulihan khusus.
Tim medis yang dipimpin oleh dr. Roni Gunawan menerapkan jadwal pemulihan dengan kombinasi pijatan, krioterapi, dan sesi peregangan air hangat. Selain itu, setiap pemain mendapat panduan gizi harian yang disusun oleh ahli nutrisi tim agar tetap bugar selama di Qatar.
Menu harian mereka diatur dengan ketat: sumber protein dari ayam dan ikan, karbohidrat kompleks dari nasi merah dan kentang, serta buah segar setiap hari. Makanan pedas dan gorengan dilarang keras menjelang pertandingan.
“Kondisi tubuh harus prima. Kami tak ingin ada pemain yang drop karena dehidrasi atau kelelahan,” ujar dr. Roni.
Peran Penting Pemain Senior di Usia Muda
Meski rata-rata usia pemain masih di bawah 17 tahun, beberapa nama di skuad Timnas U-17 sudah punya pengalaman bermain di kompetisi profesional, seperti EPA Liga 1. Pemain seperti Rafli Pratama, Bagas Maulana, dan Dimas Rahadian dianggap sebagai figur “senior” di tim karena memiliki pengalaman internasional.
Bima Sakti memanfaatkan keberadaan mereka sebagai pemimpin mini di lapangan. Mereka diminta untuk menjaga atmosfer positif di ruang ganti dan memberikan contoh kedisiplinan bagi pemain lain.
“Saya selalu bilang ke mereka, menjadi kapten bukan soal ban di lengan, tapi soal tanggung jawab dan sikap di lapangan,” jelas Bima.
Rafli sendiri mengaku bangga bisa menjadi bagian dari tim ini dan berjanji akan memimpin dengan hati. “Saya hanya ingin memastikan semua rekan bermain dengan penuh semangat dan tanpa takut,” katanya.
Suporter di Qatar Siap Beri Dukungan
Menariknya, meski laga digelar di luar negeri, dukungan untuk Timnas U-17 tetap besar. Komunitas warga Indonesia di Qatar, termasuk pelajar dan pekerja migran, telah menyiapkan diri untuk datang langsung ke stadion.
Koordinator suporter Indonesia di Qatar, Arif Rahman, mengatakan bahwa ratusan WNI akan hadir membawa bendera Merah Putih dan chant khas Garuda. “Kami ingin membuat suasana seperti main di rumah sendiri,” ujarnya.
PSSI pun berterima kasih atas dukungan tersebut. Melalui siaran pers, mereka menyebut bahwa kehadiran suporter bisa menjadi energi tambahan bagi para pemain muda di lapangan.
PSSI dan Pemerintah Tunjukkan Dukungan Penuh
Partisipasi Timnas U-17 dalam laga internasional di Qatar mendapat dukungan penuh dari PSSI dan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, menyebut bahwa ajang seperti ini adalah bagian penting dari rencana jangka panjang pembinaan sepak bola nasional.
“Kita tidak bicara menang atau kalah dulu. Yang penting, pemain kita belajar dari setiap pertandingan dan terus berkembang,” ujar Erick dalam konferensi pers sebelum keberangkatan tim.
Kemenpora juga turut berkontribusi melalui dukungan logistik dan fasilitas pelatihan. Menteri Pemuda dan Olahraga, Dito Ariotedjo, bahkan menyempatkan diri memberi semangat kepada para pemain sebelum berangkat ke Doha.
Zambia Lawan yang Tak Bisa Diremehkan
Zambia bukan lawan baru di level usia muda. Tim ini memiliki reputasi kuat di benua Afrika dengan sejarah panjang dalam turnamen junior. Mereka dikenal menghasilkan pemain-pemain bertalenta yang kemudian sukses di Eropa.
Dalam tiga pertandingan terakhir, Zambia U-17 mencetak total 10 gol dan hanya kebobolan dua kali, menunjukkan efektivitas serangan dan ketangguhan pertahanan mereka. Pelatih Zambia, Kalusha Mwansa, juga dikenal sebagai sosok yang gemar memainkan sepak bola menyerang berbasis kecepatan.
Bima Sakti menegaskan bahwa ia telah menyiapkan strategi khusus untuk mengimbangi kekuatan tersebut. “Kami akan menjaga keseimbangan antara bertahan dan menyerang. Fokus kami adalah transisi cepat dan disiplin posisi,” ujarnya.
Latihan Tertutup Menyimpan Strategi Rahasia
Menjelang dua hari sebelum pertandingan, Timnas U-17 menjalani latihan tertutup di lapangan utama Aspire Zone. Hanya tim pelatih, ofisial, dan media resmi PSSI yang diperbolehkan masuk. Menurut kabar internal, sesi tersebut digunakan untuk mencoba formasi alternatif 3-5-2, sebagai opsi jika tim kesulitan meladeni serangan Zambia.
Formasi ini diujicoba dengan skema penyerang ganda, menempatkan Arkan Fadhilah dan Bagas Maulana di lini depan untuk menekan pertahanan lawan sejak awal. Latihan juga difokuskan pada eksekusi bola mati, baik dari tendangan bebas maupun sepak pojok, yang menjadi salah satu senjata andalan Indonesia.
“Kami punya beberapa variasi bola mati. Siapa tahu itu jadi pembeda nanti,” ujar asisten pelatih Yusuf Rahman sambil tersenyum.
Semangat Garuda Tak Pernah Padam
Meski lawan yang dihadapi lebih berpengalaman, para pemain muda Indonesia berjanji akan memberikan segalanya di lapangan. Mereka tahu bahwa pertandingan ini bukan hanya tentang hasil, tetapi juga tentang kehormatan dan semangat Garuda.
“Kami tidak ingin hanya datang dan bermain, kami ingin menunjukkan bahwa Indonesia bisa bersaing,” kata gelandang muda Rizky Agung.
Latihan pun ditutup dengan tradisi unik: seluruh pemain berdiri melingkar, berpegangan tangan, dan menyanyikan “Indonesia Raya” bersama-sama. Suasana penuh emosi dan kebanggaan menyelimuti lapangan.
Baca Juga:












