1920x600-TOP-ID
ID
ID
previous arrow
next arrow

SBOTOP Pelatih Bali United Luapkan Kekecewaan: Soroti Keputusan Kontroversial Wasit

Dalam dunia sepak bola, keputusan wasit selalu menjadi bagian tak terpisahkan dari dinamika pertandingan. Namun, tidak jarang pula keputusan-keputusan tersebut memicu kontroversi dan meninggalkan rasa tidak puas di pihak yang merasa dirugikan. Hal inilah yang terjadi pada pertandingan terakhir Bali United, ketika pelatih mereka, Stefano “Teco” Cugurra, tak mampu menyembunyikan kekecewaannya terhadap sejumlah keputusan wasit yang dinilai merugikan timnya.

Usai pertandingan, suasana di konferensi pers pasca laga terasa tegang. Teco, yang biasanya dikenal tenang dan jarang berkomentar keras terhadap perangkat pertandingan, kali ini meluapkan emosi dengan nada kecewa yang jelas terdengar. Ia menilai bahwa beberapa keputusan krusial wasit tidak konsisten, dan bahkan mengubah arah permainan secara signifikan. Reaksi ini bukan semata karena hasil akhir, melainkan karena rasa frustrasi terhadap kualitas kepemimpinan di lapangan yang menurutnya belum sesuai dengan standar profesional kompetisi kasta tertinggi Indonesia.

Awal Pertandingan yang Menjanjikan Berakhir Pahit

Bali United memulai laga dengan penuh percaya diri. Bermain di hadapan pendukung sendiri di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, mereka tampil dominan sejak menit pertama. Kombinasi serangan dari sayap kanan yang diisi oleh Privat Mbarga dan pergerakan cerdas Eber Bessa di lini tengah membuat pertahanan lawan kewalahan.

Namun, momentum positif itu mendadak berubah setelah menit ke-35. Dalam satu momen serangan balik, pemain lawan terlihat melakukan pelanggaran terhadap Spasojević di area pertahanan sendiri, tetapi wasit justru membiarkan permainan terus berjalan. Hanya beberapa detik berselang, situasi berbalik menjadi malapetaka bagi Bali United ketika wasit menunjuk titik putih di kotak penalti mereka setelah insiden yang sangat diragukan kebenarannya.

Keputusan itu menjadi titik awal kemarahan Teco. Dari bangku cadangan, ia terlihat melambaikan tangan dengan ekspresi tidak percaya. Para pemain Bali United juga sempat mengerumuni wasit, menuntut penjelasan atas keputusan tersebut. Namun protes mereka hanya berbuah kartu kuning bagi salah satu pemain bertahan. Gol penalti yang tercipta kemudian mengubah momentum pertandingan secara drastis, membuat Bali United kehilangan fokus hingga babak pertama berakhir.

Kemarahan Teco “Kami Tidak Minta Bantuan, Hanya Keadilan”

Dalam sesi wawancara usai laga, Stefano “Teco” Cugurra berbicara dengan nada menahan emosi. “Saya tidak minta bantuan dari wasit. Kami hanya ingin keadilan di lapangan. Kalau pemain kami salah, berikan hukuman. Tapi kalau tidak salah, jangan buat keputusan yang mengubah jalannya pertandingan,” ujarnya dengan nada tegas.

Pernyataan itu mencerminkan rasa kecewa mendalam seorang pelatih yang merasa kerja keras timnya tidak dihargai secara adil. Teco menilai bahwa beberapa keputusan penting dalam pertandingan tampak tidak konsisten—terutama dalam hal pelanggaran dan pemberian kartu.

“Dalam laga ini, pemain kami disentuh sedikit langsung diberi kartu. Tapi ketika pemain lawan melakukan tekel keras, bahkan tidak ada peluit. Ini bukan tentang menang atau kalah, tapi soal konsistensi dalam memimpin pertandingan,” tambahnya.

Ucapan Teco itu disambut dukungan dari para pemain dan juga suporter Bali United yang memenuhi stadion. Media sosial klub dipenuhi komentar dari fans yang mengungkapkan kekecewaan serupa terhadap kepemimpinan wasit. Banyak yang menilai bahwa keputusan-keputusan kontroversial telah merusak ritme pertandingan dan membuat Bali United kehilangan momentum yang sudah mereka bangun sejak awal.

Kronologi Keputusan Kontroversial di Lapangan

Setidaknya terdapat tiga momen krusial yang menjadi sorotan dalam pertandingan tersebut:

  • Penalti untuk Lawan di Babak Pertama
    Wasit menunjuk titik putih setelah bola mengenai tangan salah satu pemain Bali United di kotak penalti. Namun dari tayangan ulang, terlihat jelas bahwa bola terlebih dahulu mengenai dada pemain sebelum memantul ke tangan. Dalam aturan FIFA terbaru, situasi seperti ini tidak seharusnya dianggap pelanggaran.
  • Gol Bali United yang Dianulir
    Pada menit ke-63, Bali United sempat mencetak gol melalui sundulan Spasojević setelah menerima umpan silang dari Fadil Sausu. Namun, gol tersebut dianulir karena Spaso dianggap offside. Tayangan ulang menunjukkan posisi yang sangat tipis, bahkan beberapa pengamat menilai bahwa Spaso sejajar dengan pemain bertahan terakhir.
  • Pelanggaran Keras yang Dibiarkan
    Menit ke-78 menjadi momen paling panas ketika Eber Bessa dijatuhkan keras di tengah lapangan tanpa adanya peluit. Saat para pemain Bali United berhenti menunggu pelanggaran, tim lawan justru melancarkan serangan balik cepat yang hampir berbuah gol. Situasi ini membuat bangku cadangan Bali United meledak dalam protes keras kepada perangkat pertandingan.

Momen-momen inilah yang akhirnya memicu kemarahan Teco. Ia menilai bahwa kurangnya konsistensi dan pemahaman situasional dari wasit membuat pemainnya sulit mempertahankan fokus dan strategi permainan.

Analisis Pengamat Wasit di Liga 1 Masih Perlu Evaluasi

Beberapa pengamat sepak bola nasional ikut menyoroti insiden tersebut. Menurut analis taktik dan mantan pemain nasional, Ansyari Lubis, kejadian seperti ini bukan hal baru di Liga 1. “Masalah utamanya bukan hanya soal salah ambil keputusan, tapi soal bagaimana wasit mampu mengelola pertandingan secara psikologis. Saat pemain mulai frustrasi, wasit seharusnya bisa menenangkan situasi, bukan malah memperburuknya,” ujarnya.

Selain itu, ia menilai bahwa teknologi seperti VAR (Video Assistant Referee) sebenarnya sudah sangat dibutuhkan di Indonesia. Dalam banyak kasus seperti penalti kontroversial atau offside tipis, keberadaan VAR bisa membantu wasit membuat keputusan yang lebih objektif dan mengurangi potensi protes dari tim.

“Kalau kita bicara profesionalitas liga, maka perangkat pertandingan juga harus naik kelas. VAR bukan hanya soal teknologi, tapi juga soal keadilan dan transparansi,” tambahnya.

Namun hingga kini, PSSI dan operator liga masih belum menerapkan VAR secara penuh, dengan alasan infrastruktur dan kesiapan sumber daya manusia. Hal inilah yang membuat insiden seperti yang dialami Bali United terus berulang tanpa penyelesaian konkret.

Reaksi Suporter Dari Stadion ke Media Sosial

Tidak butuh waktu lama bagi para suporter Bali United, terutama kelompok Semeton Dewata, untuk menyuarakan kekecewaan mereka. Usai pertandingan, tagar #JusticeForBaliUnited menjadi trending di media sosial X (Twitter) dan Instagram. Banyak dari mereka yang mengunggah cuplikan video insiden-insiden kontroversial dengan komentar pedas terhadap keputusan wasit.

Beberapa suporter bahkan menyerukan agar manajemen klub mengajukan protes resmi ke PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB). “Kami tidak ingin tim kami dirugikan hanya karena kelalaian wasit. Kalau dibiarkan, kepercayaan publik terhadap kompetisi akan turun,” tulis salah satu pengguna media sosial.

Namun sebagian lainnya mencoba bersikap lebih rasional. Mereka mengingatkan agar kemarahan tidak berubah menjadi tindakan destruktif seperti yang pernah terjadi di beberapa laga lain. “Kritik boleh, tapi tetap dengan cara elegan. Biarkan klub yang menempuh jalur resmi,” ujar seorang admin akun fanbase besar Bali United di Instagram.

Respons Manajemen Bali United

Manajemen klub tampaknya tidak tinggal diam. Melalui pernyataan resmi di situs klub, Bali United FC menyampaikan bahwa mereka akan melakukan evaluasi internal dan mempertimbangkan langkah resmi kepada operator liga terkait keputusan-keputusan kontroversial dalam laga tersebut.

“Sebagai klub profesional, kami menghormati semua pihak, termasuk perangkat pertandingan. Namun kami juga berhak mendapatkan keadilan dalam setiap laga. Kami akan mempelajari rekaman pertandingan dan menyampaikan laporan resmi kepada pihak terkait,” demikian isi pernyataan tersebut.

Langkah ini menunjukkan bahwa Bali United berupaya menempuh jalur formal untuk menyuarakan kekecewaannya, tanpa memperkeruh suasana atau menghasut publik untuk menyerang pihak tertentu. Sikap ini sejalan dengan filosofi klub yang selalu menekankan sportivitas dan profesionalisme di setiap aspek.

Konteks yang Lebih Luas Kualitas Perwasitan di Indonesia

Isu mengenai kualitas wasit sebenarnya bukan hal baru di sepak bola Indonesia. Dalam beberapa musim terakhir, banyak klub Liga 1—termasuk tim besar seperti Persib Bandung, Arema FC, dan Persija Jakarta—yang juga mengeluhkan hal serupa. Beberapa bahkan sempat mengirim surat resmi ke PSSI untuk meminta evaluasi terhadap kinerja wasit.

Masalah utama terletak pada inkonsistensi keputusan dan minimnya transparansi proses evaluasi. Tidak banyak publik yang tahu bagaimana mekanisme penilaian terhadap wasit dilakukan setelah pertandingan. Bahkan ketika ada keputusan fatal, jarang diumumkan secara terbuka apakah wasit tersebut mendapat sanksi atau pembinaan khusus.

Kondisi ini memunculkan persepsi negatif di kalangan suporter dan pemain. Mereka mulai kehilangan kepercayaan terhadap netralitas wasit, dan hal itu bisa merusak reputasi liga dalam jangka panjang. Beberapa pengamat bahkan menyebut bahwa tanpa reformasi serius di bidang perwasitan, sepak bola Indonesia akan sulit berkembang secara profesional.

Teco dan Filosofi Fair Play

Meskipun kecewa, Teco tetap menegaskan bahwa ia dan timnya tidak akan kehilangan semangat untuk bertanding dengan sportivitas tinggi. “Kami tidak akan membalas dengan emosi. Kami tetap bermain dengan cara kami, dengan disiplin dan kerja keras. Tapi saya harap ke depan, semua tim mendapat perlakuan yang sama,” ucapnya dalam nada lebih tenang.

Pelatih asal Brasil itu memang dikenal sebagai sosok yang sangat menghormati nilai fair play. Sejak awal melatih di Indonesia, Teco selalu menanamkan prinsip kepada pemainnya untuk tidak mudah terpancing provokasi dan tetap menghargai lawan serta perangkat pertandingan. Namun dalam laga kali ini, batas kesabarannya benar-benar diuji.

Beberapa asistennya bahkan mengakui bahwa ini adalah kali pertama mereka melihat Teco berbicara dengan nada setegas itu di depan media. “Biasanya dia tenang, tapi kali ini kecewa karena merasa tim sudah bermain bagus, namun hasil tidak mencerminkan perjuangan di lapangan,” kata salah satu staf pelatih.

Baca Juga:

TAGS:
CLOSE