Wakil Ketua PSSI, Zainudin Amali, menegaskan beberapa kriteria penting yang harus dimiliki oleh calon pelatih Timnas Indonesia. Menurutnya, kemampuan berkomunikasi yang baik menjadi salah satu faktor utama yang wajib dimiliki oleh seorang nakhoda baru tim nasional.
“Kalau perlu, calon pelatih ini juga pernah menangani timnas lain sebelumnya. Dia harus memiliki kemampuan taktik dan strategi yang matang,” ungkap Amali dalam wawancara yang diunggah di kanal YouTube Kompas TV Jawa Barat.
Selain keahlian teknis, Amali menekankan bahwa calon pelatih tidak boleh bersikap pilih kasih terhadap pemain. Semua keputusan terkait pemilihan pemain harus berdasarkan performa dan kondisi fisik, bukan favoritisme.
“Tidak menganakemaskan pemain itu sangat penting. Yang dimainkan adalah pemain yang performanya bagus dan sedang fit. Ini sangat berpengaruh terhadap keseimbangan tim,” jelasnya.
PSSI Tunjuk Sumardji untuk Wawancara Kandidat Pelatih
Untuk proses seleksi, PSSI telah menugaskan Sumardji, Ketua Badan Tim Nasional (BTN) sekaligus anggota Komite Eksekutif (Exco), untuk melakukan wawancara terhadap lima calon pelatih Timnas Indonesia yang berada di Eropa.
Meski begitu, Amali menegaskan bahwa penilaian Sumardji belum tentu mencerminkan pandangan seluruh Exco yang berjumlah 15 orang. Oleh karena itu, ia meminta agar seluruh anggota Exco turut meng-interview para kandidat.
“Kami ada 15 orang di Exco, termasuk satu ketua, dua wakil ketua, dan 13 anggota lainnya. Jadi, penting agar masing-masing anggota bisa bergantian menanyakan hal-hal yang berbeda kepada calon pelatih. Pandangan Pak Sumardji tentu tidak selalu sama dengan Exco lainnya,” tutur Amali.
Target dan Tantangan Pelatih Baru
Selain kriteria teknis dan kepemimpinan, Amali juga menekankan beberapa target yang harus dicapai oleh pelatih baru. Fokus utama adalah membangun performa tim di kompetisi regional maupun internasional.
Pelatih baru diharapkan mampu membawa Timnas Indonesia bersaing di ajang FIFA ASEAN Cup 2026, Piala Asia 2027, dan menyiapkan pondasi untuk target jangka panjang di Piala Dunia 2030.
“Di FIFA ASEAN Cup, tentu pemain senior akan tampil. Kalau kita gagal menembus babak akhir di level ASEAN, itu menjadi evaluasi besar,” ujar Amali.
“Sedangkan Piala Asia, kita harus realistis melihat kekuatan negara-negara besar seperti Jepang dan Korea Selatan. Tidak realistis jika langsung menargetkan juara, tapi kita bisa mulai membangun performa tim,” tambahnya.
Profesionalisme dan Transparansi Menjadi Kunci
Amali menekankan bahwa pemilihan pelatih harus dilakukan dengan profesional dan transparan, mengingat posisi ini sangat strategis bagi masa depan sepakbola Indonesia. Pelatih baru tidak hanya dituntut memiliki strategi permainan yang matang, tetapi juga harus mampu menjaga disiplin, membangun komunikasi yang efektif, dan memperlakukan semua pemain secara adil.
Dengan langkah seleksi yang matang, PSSI berharap Timnas Indonesia bisa berkembang lebih kompetitif dan siap menghadapi berbagai turnamen internasional, sekaligus meningkatkan prestasi di tingkat Asia dan dunia.
BACA JUGA :












