PSSI hingga kini belum menentukan sosok pelatih baru Timnas Indonesia setelah memutuskan berpisah dengan Patrick Kluivert. Kekosongan kursi pelatih kepala ini menimbulkan tanda tanya besar di kalangan publik sepak bola nasional, terlebih Timnas Indonesia akan menghadapi agenda-agenda penting dalam waktu dekat. Karena itu, keputusan federasi dinilai sangat krusial, mengingat momentum perkembangan sepak bola Indonesia sedang berada di titik yang cukup positif.
Dalam beberapa minggu terakhir, nama yang paling sering dikaitkan dengan posisi pelatih Timnas adalah Giovanni van Bronckhorst, mantan pelatih Feyenoord dan Rangers, serta John Herdman, pelatih berpengalaman yang berhasil membawa Kanada lolos ke Piala Dunia 2022. Selain keduanya, nama Jesus Casas, mantan juru taktik Timnas Irak, juga ikut masuk sebagai kandidat potensial.
Proses pencarian pelatih ini tidak bisa dilakukan secara terburu-buru. Dengan kualitas skuad Indonesia yang kini disebut-sebut sebagai yang terbaik dalam lima hingga enam tahun terakhir, PSSI membutuhkan figur yang bukan hanya berkualitas, tetapi juga mampu bekerja cepat di tengah keterbatasan waktu pemusatan latihan.
Tantangan Besar di Balik Kursi Pelatih Timnas
Pengamat sepak bola nasional, Anton Sanjoyo, mengungkapkan bahwa melatih Timnas Indonesia bukan perkara sederhana. Dalam penjelasannya di kanal YouTube Nusantara TV, Anton menilai bahwa pelatih baru Timnas Indonesia akan menghadapi tantangan yang jauh lebih berat dibanding pelatih negara lain di kawasan Asia.
Menurut Anton, kualitas pemain Indonesia memang meningkat, tetapi tetap belum berada di level kelas dunia. Kondisi tersebut membuat penyatuan taktik dan ritme permainan membutuhkan waktu lebih lama dibanding tim-tim elite negara lain.
“Kita memiliki tim senior terbaik dalam beberapa tahun terakhir, tetapi terbaik di versi Indonesia itu bukan kelas dunia. Di Eropa pun yang kelas A mungkin hanya Jay Idzes, Calvin Verdonk, dan Kevin Diks. Yang lain menurut saya pemain Eropa kelas dua,” ujar Anton.
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa kualitas individu pemain Indonesia masih perlu banyak peningkatan. Artinya, pelatih tidak bisa berharap para pemain langsung paham instruksi hanya dalam dua sampai empat hari pemusatan latihan.
Anton menambahkan:
“Kita tidak bisa berharap para pemain ini berkumpul dua atau tiga hari lalu langsung menyatu. Itu berbeda dengan pemain seperti Lionel Messi atau Kylian Mbappe yang bisa langsung tune in karena mereka kelas dunia.”
Hal ini menjadi tantangan mendasar yang harus dipecahkan pelatih Timnas Indonesia berikutnya.
Perbandingan dengan Irak Era Jesus Casas
Anton kemudian menyinggung Jesus Casas, mantan pelatih Timnas Irak yang pernah beberapa kali menghadapi Indonesia. Menurut Anton, keberhasilan Casas mempertahankan stabilitas permainan Irak tidak lepas dari kemudahan akses terhadap pemainnya.
“Pemain Irak kebanyakan berkumpul di Liga Irak. Hanya tiga atau empat pemain yang bermain di luar. Tingkat kesulitannya tidak seperti Indonesia,” kata Anton.
Situasi itu berbanding terbalik dengan Indonesia. Banyak pemain Timnas yang berkarier di berbagai liga luar negeri—Belanda, Belgia, Jepang, Thailand, hingga Vietnam. Hal ini membuat pelatih lebih sulit merancang strategi dan menyatukan chemistry tim dalam waktu singkat.
Kondisi geografis dan minimnya waktu berkumpul menjadi tantangan yang tidak dialami oleh pelatih Irak pada masa Jesus Casas.
Uji Kemampuan Jika Pilihan Mengarah ke Van Bronckhorst atau John Herdman
Anton menilai bahwa jika PSSI benar-benar menjadikan Giovanni van Bronckhorst dan John Herdman sebagai kandidat utama, kedua pelatih tersebut harus menjalani uji kelayakan secara menyeluruh.
Van Bronckhorst memiliki reputasi besar di level klub. Ia sukses meraih gelar Eredivisie bersama Feyenoord dan bahkan membawa Rangers ke final Liga Europa. Namun ia belum pernah memimpin sebuah tim nasional.
Di sisi lain, John Herdman memiliki pengalaman spesifik sebagai pelatih tim nasional. Ia sukses membawa Kanada lolos ke Piala Dunia 2022 dan dikenal sebagai manajer yang ahli dalam membangun mentalitas tim.
“Siapa di antara dua orang ini yang mampu membuat Jay Idzes dan kawan-kawan berkumpul dua sampai empat hari lalu menjadi tim yang solid? Itu yang harus diuji. PSSI harus melakukan ujian terhadap mereka,” tegas Anton.
Artinya, bukan hanya nama besar yang penting, tetapi kemampuan adaptasi dan efektivitas kerja dalam waktu singkat.
Kesimpulan: PSSI Harus Tepat Memilih
Dengan kondisi pemain Indonesia yang tersebar di berbagai liga, waktu latihan yang terbatas, serta kebutuhan akan pelatih yang mampu berpikir cepat dan taktis, PSSI harus memilih dengan sangat hati-hati.
Anton Sanjoyo menegaskan bahwa siapapun pelatih Timnas Indonesia nanti akan menghadapi tantangan besar. Tidak hanya soal taktik, tetapi juga kemampuan membaca karakter pemain, menyatukan visi permainan dalam waktu singkat, serta menjaga stabilitas tim di tengah jadwal kompetisi yang padat.
Keputusan PSSI dalam waktu dekat akan menentukan arah perjalanan sepak bola Indonesia ke depan—apakah akan terus melaju naik atau kembali stagnan seperti era sebelumnya.
BACA JUGA :












