1920x600-TOP-ID
ID
ID
previous arrow
next arrow

SBOTOP Awan Kelabu di September: Timnas Indonesia Terancam Kehilangan Ole Romeny

Setelah penantian panjang dan proses naturalisasi yang memakan waktu serta perhatian publik, Ole Romeny akhirnya resmi menjadi bagian dari skuad Timnas Indonesia. Namanya mencuat bukan hanya karena kualitas permainannya di liga Belanda, tetapi juga karena ia dianggap sebagai simbol era baru sepak bola Indonesia: modern, kompetitif, dan berani. Namun harapan tinggi itu kini diselimuti awan kelabu. Jelang FIFA Matchday September mendatang, Timnas Indonesia dikabarkan terancam kehilangan jasa sang striker. Rumor ini bukan sekadar kabar angin, melainkan sinyal serius yang telah mengusik ruang ganti dan perhatian publik.

Siapa Ole Romeny

Ole ter Haar Romeny, pemain berdarah Belanda-Indonesia, lahir di Nijmegen, Belanda, dan berkembang di akademi NEC Nijmegen. Ia dikenal sebagai penyerang serba bisa: cepat, tajam, dan memiliki insting gol tinggi. Karier profesionalnya mencuat saat membela Willem II dan kemudian FC Utrecht. Performa impresifnya di Eredivisie membuatnya dilirik oleh PSSI untuk proyek jangka panjang naturalisasi, mengikuti jejak pemain keturunan lainnya seperti Jordi Amat, Sandy Walsh, dan Ivar Jenner.

Proses naturalisasinya berjalan mulus, dengan dukungan penuh dari pemerintah dan federasi. Saat diumumkan sebagai bagian dari skuad Garuda, euforia publik membuncah. Romeny bahkan sempat ikut sesi latihan di Jakarta dan menunjukkan performa apik dalam uji coba tertutup. Harapan publik pun mulai tumbuh: duet Romeny dan Rafael Struick bisa menjadi mimpi buruk bagi lini pertahanan lawan di Asia.

Masalah yang Tiba-tiba Muncul

Namun, menjelang bulan September 2025, kabar mengejutkan datang dari Belanda. Romeny dikabarkan mengalami cedera ringan dalam sesi latihan bersama klubnya. Meski awalnya dianggap sepele, cedera tersebut ternyata membutuhkan waktu pemulihan yang tak bisa diabaikan. Di sisi lain, jadwal pertandingan klub di Eredivisie yang padat juga menjadi pertimbangan utama. Manajemen klub dikabarkan tidak bersedia melepasnya ke Timnas untuk laga persahabatan dan kualifikasi Piala Asia, dengan alasan pemulihan dan rotasi.

Kondisi ini membuat PSSI dan pelatih Shin Tae-yong berada dalam dilema. Di satu sisi, mereka sangat membutuhkan Romeny untuk menguatkan lini depan yang masih inkonsisten. Di sisi lain, mereka tak bisa memaksakan pemain yang tidak fit, apalagi jika belum mendapatkan lampu hijau dari klubnya.

Dampak Kehilangan Ole Romeny

Ketidakhadiran Romeny bukan sekadar kehilangan satu pemain, melainkan hilangnya poros serangan yang dirancang untuk menjadi tulang punggung taktik baru Shin Tae-yong. Sejak awal 2025, Shin mulai menerapkan skema ofensif yang menitikberatkan pada kombinasi antara kecepatan, pressing tinggi, dan transisi cepat—sebuah sistem yang sangat cocok dengan gaya bermain Romeny.

Tanpa Romeny, Shin terpaksa memutar otak. Alternatif seperti Dimas Drajad, Muhammad Ferarri, atau bahkan mencoba menempatkan Rafael Struick sebagai false nine mulai dipertimbangkan. Namun tidak ada yang bisa menyamai profil dan karakteristik Romeny, terutama dalam duel satu lawan satu dan kemampuan memecah garis pertahanan.

Di luar aspek teknis, absennya Romeny juga berdampak secara psikologis. Publik yang terlanjur menaruh ekspektasi besar mulai mempertanyakan kelanjutan proyek naturalisasi. Sebagian bahkan menuding PSSI terlalu cepat mengandalkan pemain luar, tanpa membangun pondasi dari kompetisi lokal. Kritik semacam ini mulai menggema di media sosial, menambah tekanan bagi federasi.

Perspektif Klub vs Negara

Situasi Romeny juga memunculkan kembali perdebatan klasik antara kepentingan klub dan negara. Banyak yang memahami bahwa klub memiliki hak atas pemain yang sedang dalam masa pemulihan. Namun, dari sisi federasi dan suporter, kebanggaan mengenakan lambang Garuda dianggap sebagai prioritas tertinggi.

Dalam wawancara singkat dengan media Belanda, pelatih FC Utrecht menyatakan, “Kami memahami pentingnya membela negara, tapi kami juga bertanggung jawab atas kondisi pemain. Kami ingin Ole benar-benar pulih sebelum kembali ke lapangan, termasuk jika itu untuk Timnas.”

Pernyataan ini menuai reaksi keras dari netizen Indonesia. Beberapa akun menuding FC Utrecht sebagai penghambat kemajuan sepak bola Indonesia. Namun tak sedikit pula yang bersikap realistis, memahami bahwa pemain juga manusia, dan keputusan medis tak bisa diabaikan.

Respon PSSI dan Timnas

Menanggapi situasi tersebut, Ketua Umum PSSI Erick Thohir angkat bicara. Dalam pernyataan resminya, ia menegaskan bahwa kesehatan pemain adalah prioritas utama. “Kita ingin semua pemain yang membela Merah Putih dalam kondisi terbaik. Jika Ole belum fit, kami akan memberikan ruang baginya untuk pulih. Tapi kami juga akan mencari opsi terbaik agar Timnas tetap kompetitif,” ujar Erick.

Sementara itu, Shin Tae-yong dikabarkan tetap memasukkan nama Romeny dalam daftar sementara, sambil menunggu perkembangan medis dari klubnya. Ia juga mulai melakukan pendekatan terhadap beberapa pemain lain yang bisa mengisi posisi serupa, baik dari liga lokal maupun pemain diaspora lainnya.

Kondisi ini juga membuat PSSI lebih berhati-hati dalam menyusun agenda FIFA Matchday. Lawan-lawan yang awalnya dirancang sebagai uji coba bertaraf tinggi, mulai direvisi agar bisa menjadi panggung pembuktian bagi pemain pelapis.

Romeny Angkat Bicara

Di tengah spekulasi dan tekanan media, Romeny akhirnya mengeluarkan pernyataan melalui akun Instagram pribadinya. Dalam unggahan berupa foto dirinya mengenakan jersey Timnas, ia menulis:

“Mengenakan Garuda di dada adalah kehormatan besar. Saya selalu siap memberi segalanya untuk Indonesia. Tapi saat ini, saya harus mendengar tubuh saya dan menjalani pemulihan. Saya percaya, tim akan tetap kuat. Kita akan bertemu segera. Salam dari Belanda. #GarudaDiDadaku”

Unggahan itu mendapat respons luar biasa. Ribuan komentar dukungan membanjiri akun Romeny. Dari suporter, rekan tim, hingga legenda sepak bola Indonesia turut memberikan semangat. Kehangatan ini menjadi bukti bahwa meski belum bermain satu pertandingan pun secara resmi, Romeny sudah menjadi bagian dari hati publik Indonesia.

Membangun Ketahanan Tim

Kondisi ini justru menjadi cermin penting bagi masa depan Timnas. Ketergantungan pada satu pemain selalu menjadi risiko, dan absennya Romeny bisa menjadi momentum untuk membangun kedalaman skuad yang lebih solid.

Beberapa nama mulai naik daun dan digadang-gadang sebagai pengganti potensial. Marselino Ferdinan, yang mulai bermain lebih ofensif di klubnya, dinilai bisa menjadi motor serangan baru. Selain itu, pemain seperti Hokky Caraka dan Ramadhan Sananta terus menunjukkan perkembangan yang menjanjikan.

PSSI juga mempercepat scouting untuk pemain diaspora lainnya. Nama-nama seperti Thom Haye, Nathan Tjoe-A-On, dan Calvin Verdonk terus dipantau untuk memperkuat sektor lain di tim. Strategi ini diharapkan bisa membuat Timnas tidak hanya bergantung pada satu bintang.

Di Balik Awan Masih Ada Cahaya

Kabar ketidakhadiran Ole Romeny memang menjadi pukulan tersendiri bagi Timnas Indonesia. Namun di balik awan kelabu ini, tersimpan pelajaran penting: membangun tim bukan hanya soal menemukan pemain hebat, tapi soal merawat keberlanjutan dan kesiapan menghadapi segala kondisi.

Romeny mungkin absen di bulan September, tapi semangatnya, keinginannya untuk berjuang demi Indonesia, dan keyakinan publik padanya tidak akan padam. Ketika akhirnya ia kembali mengenakan jersey Merah Putih dan berdiri di atas lapangan, itu akan menjadi momen yang lebih dari sekadar pertandingan—itu akan menjadi simbol kesetiaan, harapan, dan tekad untuk terus maju.

Baca Juga:

TAGS:
CLOSE