Dalam dunia sepak bola modern, pembinaan usia muda menjadi tulang punggung dari keberlangsungan sebuah klub. Filosofi bahwa “sepak bola bukan hanya tentang hari ini, tetapi juga tentang masa depan” menjadi dasar yang kini benar-benar dipegang teguh oleh Persebaya Surabaya. Klub berjuluk Bajol Ijo itu tengah berupaya menyempurnakan piramida pembinaan dengan menghadirkan sistem akademi yang solid melalui Persebaya Academy — wadah resmi untuk melahirkan bintang-bintang muda masa depan.
Langkah ini bukan sekadar proyek jangka pendek, melainkan fondasi emas yang akan menopang perjalanan panjang klub kebanggaan Kota Pahlawan tersebut. Dengan sistem pembinaan yang terstruktur, Persebaya ingin memastikan bahwa masa depan tim senior akan terus disuplai oleh pemain muda berkualitas yang lahir dari rahim sendiri.
Membangun Piramida Pembinaan dari Dasar
Konsep “piramida pembinaan” yang diterapkan Persebaya sejatinya adalah upaya menata sistem pemain dari usia dini hingga profesional. Piramida ini memiliki tiga lapisan utama: usia dini (U-10 hingga U-13), kelompok remaja Liga 1 (U-14 hingga U-17), dan jenjang profesional (U-20 ke atas).
Setiap lapisan memiliki peran yang saling berkaitan. Di tingkat dasar, fokus pembinaan ada pada penguasaan teknik dasar, karakter, dan pemahaman taktik sederhana. Anak-anak usia dini diajarkan bukan hanya cara mengoper dan menendang bola, tetapi juga nilai-nilai sportivitas, kerja sama tim, dan disiplin.
Naik ke jenjang remaja, pembinaan mulai menekankan aspek taktikal dan mental bertanding. Pemain diajak mengenal sistem permainan, pola serangan, dan filosofi sepak bola khas Persebaya. Hingga akhirnya di jenjang profesional, mereka siap bersaing di level kompetisi tinggi seperti Liga 1 atau bahkan tim nasional.
Bagi manajemen Persebaya, pembinaan bukan sekadar proyek akademi, tetapi investasi jangka panjang yang akan memastikan regenerasi tidak pernah terputus.
Persebaya Academy Dari Gagasan Jadi Kenyataan
Persebaya Academy resmi diperkenalkan sebagai bagian dari visi besar klub untuk menjadi klub profesional berkelanjutan. Akademi ini dirancang dengan sistem kurikulum modern yang mengacu pada standar internasional, tetapi tetap menanamkan nilai-nilai lokal khas Surabaya. Kepala Akademi, yang juga mantan pemain Persebaya era 2000-an, menjelaskan bahwa pembinaan di akademi tidak hanya fokus pada kemampuan teknis pemain. “Kami ingin mencetak pemain yang cerdas, disiplin, dan punya karakter khas Bajol Ijo — berani, pantang menyerah, dan berjiwa pejuang,” ujarnya.
Akademi ini juga telah bekerja sama dengan berbagai sekolah sepak bola (SSB) di Jawa Timur untuk melakukan pencarian bakat (talent scouting) yang lebih luas. Dengan metode seleksi ketat dan evaluasi berjenjang, hanya pemain dengan potensi dan etos kerja tinggi yang bisa bertahan di sistem akademi ini.
Filosofi ‘Bajol Ijo DNA’ dalam Pembinaan
Setiap klub besar di dunia memiliki DNA permainan yang khas — dan Persebaya juga menanamkan identitasnya sendiri melalui filosofi “Bajol Ijo DNA.” Filosofi ini menekankan permainan cepat, agresif, dan penuh semangat juang, mencerminkan karakter masyarakat Surabaya yang dikenal keras, jujur, dan pekerja keras.
Dalam latihan, pemain muda didorong untuk berpikir cepat dan mengambil keputusan berani. Mereka diajarkan bagaimana menekan lawan sejak awal, memanfaatkan ruang kosong, dan menjaga intensitas permainan selama 90 menit.
Pelatih di Persebaya Academy juga diharuskan menguasai metode pembelajaran modern, seperti game-based training dan pendekatan psikologis agar pemain bisa berkembang secara alami tanpa tekanan berlebihan. Tujuannya bukan sekadar menghasilkan pemain berbakat, tetapi juga manusia tangguh yang punya karakter juara.
Infrastruktur Modern untuk Pembinaan Berkelanjutan
Untuk mendukung visi besar ini, Persebaya telah menginvestasikan banyak sumber daya dalam pengembangan infrastruktur. Lapangan latihan akademi dibangun dengan standar profesional, lengkap dengan fasilitas gym, ruang analisis video, serta pusat rehabilitasi cedera.
Selain itu, teknologi modern seperti GPS tracker dan video performance analysis juga diterapkan untuk memantau perkembangan fisik dan performa pemain muda. Data yang dihasilkan membantu pelatih menentukan program latihan individual sesuai kebutuhan masing-masing pemain.
Infrastruktur ini menjadi simbol keseriusan Persebaya dalam mencetak pemain masa depan yang tidak kalah dari akademi klub-klub besar di Asia Tenggara.
Kolaborasi dengan Pelatih dan Akademi Luar Negeri
Untuk memperkuat sistem pembinaan, Persebaya menjalin kerja sama dengan sejumlah akademi dan pelatih dari luar negeri. Dalam beberapa tahun terakhir, klub ini telah mengirim pelatih dan pemain muda untuk mengikuti program pelatihan di Jepang, Belanda, dan Spanyol.
Melalui kolaborasi ini, Persebaya ingin memperkaya metode pelatihan serta memperluas jaringan internasional. “Kami tidak ingin tertinggal. Akademi kami harus bisa bersaing secara global,” ujar salah satu direktur pengembangan Persebaya.
Pertukaran pengalaman ini bukan hanya memperkaya wawasan pelatih, tetapi juga membuka peluang bagi pemain muda untuk dilihat oleh pencari bakat (scout) dari luar negeri.
Kisah Sukses Lulusan Akademi Persebaya
Beberapa pemain muda yang lahir dari sistem pembinaan Persebaya mulai menunjukkan hasil menggembirakan. Nama-nama seperti Rizky Ridho, Marselino Ferdinan, dan Arief Catur adalah contoh nyata pemain yang berkembang dari sistem akademi dan kini menjadi bagian penting tim utama, bahkan Timnas Indonesia.
Keberhasilan mereka menjadi bukti bahwa pembinaan jangka panjang memang berbuah manis. Kini, generasi baru pemain muda seperti Reza Eka dan Bagas Wahyu juga siap mengikuti jejak senior mereka, membawa semangat baru dalam skuad Bajol Ijo.
Kesuksesan ini menjadi inspirasi bagi pemain akademi lainnya untuk terus bekerja keras. “Kalau mereka bisa, kami juga bisa,” kata salah satu pemain U-17 Persebaya dengan penuh keyakinan.
Peran Suporter dalam Pembinaan
Bonek, sebagai suporter fanatik Persebaya, memiliki peran besar dalam mendukung proyek akademi ini. Mereka bukan hanya hadir di stadion saat tim senior bertanding, tetapi juga memberikan dukungan moral dan motivasi kepada tim-tim muda.
Bonek sadar bahwa pembinaan usia muda adalah investasi untuk masa depan klub kesayangan mereka. Bahkan, beberapa komunitas Bonek telah menginisiasi program “Adopsi Pemain Muda,” di mana mereka membantu mendukung biaya pelatihan atau peralatan pemain akademi yang kurang mampu.
Inilah yang membedakan Persebaya dari klub lain: semangat kebersamaan antara tim, manajemen, dan suporter yang tidak terpisahkan.
Tantangan dalam Membangun Akademi
Tentu, perjalanan membangun sistem pembinaan yang sempurna tidak selalu mudah. Tantangan terbesar datang dari konsistensi dan pendanaan.
Menjalankan akademi memerlukan biaya besar — mulai dari gaji pelatih, fasilitas, hingga kebutuhan logistik. Namun, manajemen Persebaya berkomitmen menjaga keberlanjutan akademi ini dengan sistem mandiri, termasuk menjajaki kerja sama dengan sponsor lokal dan nasional.
Selain itu, menjaga motivasi pemain muda agar tidak cepat puas juga menjadi tantangan tersendiri. Dunia sepak bola remaja penuh dinamika; pemain harus dilatih untuk tetap fokus dan disiplin agar bisa naik ke level profesional.
Visi Jangka Panjang Dari Surabaya ke Dunia
Persebaya tidak berhenti pada pembinaan lokal. Visi jangka panjang mereka adalah menjadikan Persebaya Academy sebagai pusat pembinaan terbaik di Asia Tenggara. Klub ini berencana membuka cabang akademi di beberapa kota besar lain di Jawa Timur, seperti Malang dan Gresik, untuk memperluas jangkauan pencarian bakat.
Lebih jauh lagi, manajemen menargetkan agar dalam lima hingga sepuluh tahun ke depan, ada pemain hasil akademi Persebaya yang bermain di liga top Asia atau bahkan Eropa. Langkah ini diyakini akan meningkatkan reputasi klub dan membawa nama Surabaya ke kancah internasional.
Persebaya dan Transformasi Sepak Bola Nasional
Apa yang dilakukan Persebaya lewat sistem pembinaan ini sesungguhnya menjadi contoh nyata bagi klub-klub lain di Indonesia. Di tengah isu ketergantungan klub terhadap pemain asing dan minimnya regenerasi, Persebaya justru melangkah dengan visi jangka panjang.
Dengan memaksimalkan potensi lokal dan membangun sistem berkelanjutan, klub ini ingin menjadi motor perubahan dalam sepak bola nasional. Seperti yang dikatakan oleh salah satu legenda Persebaya, “Kalau semua klub serius membina pemain muda seperti ini, timnas kita tidak akan kehabisan talenta.”
Sinergi dengan Program PSSI dan Tim Nasional
PSSI sendiri menyambut positif langkah Persebaya dalam memperkuat akademi mereka. Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, beberapa kali menegaskan pentingnya sinkronisasi antara klub dan federasi dalam pembinaan usia muda.
PSSI kini tengah membangun sistem database pemain muda nasional, di mana akademi seperti Persebaya akan menjadi kontributor utama. Dengan sistem ini, talenta muda terbaik bisa terpantau dan memiliki jalur karier yang jelas menuju tim nasional di berbagai kelompok umur.
Sinergi ini menegaskan bahwa apa yang dilakukan Persebaya bukan hanya untuk kepentingan klub, tetapi juga untuk masa depan sepak bola Indonesia.
Baca Juga: