1920x600-TOP-ID
ID
ID
previous arrow
next arrow

SBOTOP Derby Jatim Berakhir Sengit: Persebaya dan Persik Kediri Harus Puas Berbagi Poin 1-1

Pertarungan panas bertajuk Derby Jawa Timur kembali tersaji di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, ketika Persebaya Surabaya menjamu Persik Kediri dalam lanjutan kompetisi Liga 1 Indonesia musim ini. Laga yang sejak awal diprediksi berlangsung ketat benar-benar memenuhi ekspektasi publik: tempo tinggi, duel keras, adu taktik yang intens, dan tentu saja drama yang memikat dari awal hingga akhir.

Setelah 90 menit pertarungan yang melelahkan, papan skor menunjukkan hasil akhir 1-1. Kedua tim harus puas berbagi poin, meski masing-masing merasa pantas meraih kemenangan. Gol-gol dalam laga ini dicetak oleh Paulo Henrique untuk Persebaya pada menit ke-37 dan dibalas oleh Renan Silva dari Persik Kediri di babak kedua.

Namun hasil akhir bukan satu-satunya cerita. Derby ini menghadirkan banyak catatan menarik, mulai dari duel antar gelandang, keputusan strategis pelatih, hingga dukungan luar biasa dari ribuan Bonek dan Macan Putih yang memadati stadion. Laga ini menjadi bukti bahwa rivalitas klasik antar tim Jawa Timur tetap hidup, menyajikan pertarungan yang bukan sekadar perebutan poin, melainkan juga soal gengsi dan harga diri daerah.

Babak Pertama Persebaya Ambil Inisiatif Persik Menunggu Peluang

Sejak peluit awal dibunyikan, Persebaya langsung mencoba mendominasi jalannya permainan. Di bawah arahan pelatih Paul Munster, tim Bajul Ijo tampil agresif dengan pressing tinggi dan permainan sayap cepat yang menjadi ciri khas mereka musim ini.

Gelandang muda Ahmad Nurfiandani tampil energik di lini tengah, memimpin aliran bola dari belakang menuju lini depan. Sementara di sisi sayap, Ricky Kambuaya dan Rizky Ridho sering bertukar posisi untuk membingungkan pertahanan Persik. Strategi ini cukup efektif membuat Macan Putih kesulitan keluar dari tekanan pada 20 menit pertama.

Persik Kediri, yang ditangani oleh Marc Klok (pelatih caretaker pasca perubahan manajemen), memilih bermain sabar dengan blok pertahanan menengah. Mereka menunggu kesalahan dari lini tengah Persebaya untuk melancarkan serangan balik cepat. Duet Renan Silva dan Anderson Nascimento menjadi tumpuan utama dalam transisi cepat mereka.

Peluang pertama datang dari Persebaya di menit ke-25 ketika umpan silang dari Arif Cahyono berhasil disundul oleh Paulo Henrique, namun bola masih melambung tipis di atas mistar. Tidak lama berselang, Persik hampir membalas melalui tendangan bebas Renan Silva yang ditepis dengan gemilang oleh kiper Andhika Ramadhani.

Tensi pertandingan meningkat. Tekel-tekel keras mulai bermunculan, dan wasit harus beberapa kali menghentikan laga untuk menenangkan emosi pemain. Stadion pun bergemuruh setiap kali Persebaya menggempur area pertahanan Persik.

Gol yang ditunggu akhirnya datang pada menit ke-37. Melalui skema serangan dari sisi kanan, Rizky Ridho melepaskan umpan mendatar yang gagal dipotong bek Persik. Bola jatuh di kaki Paulo Henrique, yang dengan satu sentuhan keras mengarahkan bola ke tiang jauh. Gol! Persebaya unggul 1-0, dan sorakan Bonek menggema di seluruh stadion.

Keunggulan itu membuat kepercayaan diri Persebaya meningkat, namun Persik tidak tinggal diam. Mereka mulai menaikkan garis tekanan dan sempat mengancam lewat sepakan keras Renan Silva menjelang turun minum, tapi bola masih melebar tipis. Babak pertama pun berakhir dengan keunggulan tipis bagi tuan rumah.

Babak Kedua Persik Bangkit dan Ubah Arah Permainan

Memasuki babak kedua, Persik Kediri tampil dengan semangat baru. Pelatih Marc Klok melakukan perubahan taktik signifikan, mengganti satu gelandang bertahan dengan Fahmi Al Ayyubi untuk menambah daya serang dari sisi kanan. Perubahan itu langsung mengubah ritme permainan.

Persebaya, yang sebelumnya dominan, mulai tertekan oleh permainan cepat dan agresif Persik. Duet bek tengah Rachmat Irianto dan Kadek Raditya dipaksa bekerja ekstra menghadapi pergerakan tanpa bola dari Flavio Silva dan Septian Bagaskara.

Menit ke-58 menjadi titik balik. Dalam sebuah situasi serangan balik cepat, Renan Silva berhasil memanfaatkan umpan terobosan dari Flavio. Ia menggiring bola melewati satu pemain bertahan dan melepaskan tembakan mendatar ke pojok kiri gawang. Andhika Ramadhani tak mampu menjangkau bola, dan skor pun berubah menjadi 1-1.

Gol tersebut membangkitkan semangat tim tamu. Persik terus menekan, dan bahkan sempat memiliki dua peluang emas melalui Renan dan Flavio, namun penyelesaian akhir mereka kurang maksimal. Di sisi lain, Persebaya mencoba kembali mengambil kendali dengan memasukkan Hokky Caraka untuk menambah tenaga di lini depan.

Pertarungan semakin sengit di lini tengah. Kedua tim saling bergantian menekan, dan wasit beberapa kali harus memberikan kartu kuning akibat pelanggaran keras. Tempo tinggi membuat permainan menjadi lebih terbuka, tetapi tidak ada tambahan gol hingga waktu normal berakhir.

Drama Menjelang Akhir dan Ketegangan di Bangku Pelatih

Menjelang 10 menit terakhir, tensi pertandingan mencapai puncaknya. Persebaya meningkatkan intensitas serangan dengan memasukkan Marselino Ferdinan, yang langsung membawa energi baru. Ia hampir mencetak gol kemenangan di menit ke-85 setelah melepaskan tendangan jarak jauh spektakuler, namun bola membentur mistar gawang.

Di sisi lain, Persik juga memiliki peluang emas melalui Anderson Nascimento yang naik membantu serangan saat sepak pojok. Sundulannya tepat sasaran, namun berhasil ditepis refleks oleh Andhika.

Kedua pelatih terlihat emosional di pinggir lapangan. Paul Munster berulang kali memberi instruksi agar pemainnya tidak kehilangan fokus, sementara Marc Klok terus mendorong anak asuhnya untuk tetap menekan. Di menit-menit akhir, suasana stadion benar-benar menegangkan—setiap sentuhan bola disambut sorak atau teriakan dari suporter masing-masing.

Akhirnya, wasit meniup peluit panjang. Skor tetap 1-1. Persebaya dan Persik berbagi poin, tetapi laga ini jelas lebih dari sekadar angka di papan klasemen. Ini adalah pertarungan harga diri antara dua klub kebanggaan Jawa Timur yang menunjukkan semangat juang luar biasa hingga detik terakhir.

Reaksi Pelatih Antara Kepuasan dan Kekecewaan

Usai pertandingan, kedua pelatih menyampaikan pandangan mereka. Paul Munster terlihat kecewa karena timnya gagal mempertahankan keunggulan, meski ia tetap memuji kerja keras pemain.

“Kami menguasai pertandingan di babak pertama dan seharusnya bisa menambah gol. Tapi di babak kedua, kami kehilangan fokus dan membiarkan Persik membangun momentum. Ini pelajaran penting bagi tim muda seperti kami,” ujar Munster dalam sesi konferensi pers.

Sementara itu, pelatih Persik, Marc Klok, mengaku bangga dengan penampilan timnya. “Kami menunjukkan karakter kuat. Tertinggal di kandang lawan bukan hal mudah, tapi anak-anak tidak menyerah. Hasil imbang ini pantas untuk perjuangan mereka,” katanya.

Kedua pelatih sama-sama sepakat bahwa laga derby selalu memiliki tekanan emosional yang besar. Ketenangan, kata mereka, sering kali menjadi faktor pembeda antara menang dan kehilangan poin.

Performa Pemain Kunci Antara Tekanan dan Keberanian

Beberapa pemain menonjol dalam laga ini. Di kubu Persebaya, Paulo Henrique tampil impresif dengan satu gol dan beberapa peluang berbahaya. Penyerang asal Brasil itu tampak semakin nyetel dengan sistem permainan Munster, meski kurang mendapat suplai bola di babak kedua.

Gelandang muda Marselino Ferdinan juga layak diapresiasi. Meskipun hanya bermain di 15 menit terakhir, ia menunjukkan kualitas dan keberanian untuk mengontrol bola di bawah tekanan. Umpan-umpannya tajam dan hampir membuahkan gol kemenangan.

Dari kubu Persik, Renan Silva menjadi bintang lapangan. Selain mencetak gol penyama kedudukan, ia juga menjadi penggerak utama serangan tim tamu. Ketepatan visi dan pengalamannya membuat lini tengah Persik lebih hidup. Sementara Andhika Ramadhani di sisi Persebaya pantas mendapat pujian atas sejumlah penyelamatan krusial yang mencegah timnya kalah.

Atmosfer Stadion Rivalitas yang Tetap Penuh Respek

Derby Jatim selalu menghadirkan suasana yang unik. Ribuan Bonek memadati stadion dengan nyanyian dan koreografi spektakuler bertema “Kebanggaan Surabaya”. Di sisi lain, sekitar dua ribu suporter Persikmania yang mendapat jatah tiket di tribun tamu tetap menunjukkan dukungan militan bagi timnya.

Meski rivalitas panas terasa di lapangan, atmosfer pertandingan tetap berjalan tertib. Kedua kelompok suporter saling menghormati setelah laga berakhir—pemandangan yang kini semakin sering terlihat dalam sepak bola Indonesia yang mulai dewasa dalam hal sportivitas.

Pihak keamanan mengapresiasi perilaku suporter yang menjaga suasana kondusif. Bahkan beberapa momen viral menunjukkan Bonek dan Persikmania saling berjabat tangan dan bertukar syal usai laga. Sebuah pesan indah bahwa rivalitas bukan alasan untuk saling bermusuhan.

Dampak Hasil Imbang Terhadap Klasemen

Hasil imbang ini memiliki dampak signifikan pada posisi kedua tim di klasemen sementara. Persebaya tetap bertahan di peringkat keenam dengan 24 poin, sedangkan Persik naik satu tingkat ke posisi sembilan dengan 22 poin.

Bagi Persebaya, hasil ini memperpanjang rekor tak terkalahkan mereka di kandang menjadi enam laga beruntun. Namun bagi Paul Munster, tren banyak hasil imbang belakangan ini menjadi perhatian serius karena bisa menghambat peluang finis di empat besar.

Sementara Persik Kediri justru menganggap hasil ini sebagai modal positif. Bermain tandang di Surabaya dan mampu menahan tim sekelas Persebaya adalah bukti kemajuan tim yang musim lalu kerap kesulitan di laga besar.

Baca Juga:

TAGS:
CLOSE