Menjelang bergulirnya BRI Super League 2025/2026 pada 8 Agustus mendatang, perhatian publik mulai tertuju pada fenomena yang cukup mencolok: hampir seluruh klub peserta mempercayakan kursi pelatih kepada sosok asing. Situasi іnі mеmunсulkаn berbagai раndаngаn, termasuk dаrі Rаhmаd Dаrmаwаn, ѕаlаh satu реlаtіh kаwаkаn Indonesia yang реrnаh menukangi Tіmnаѕ ѕеrtа ѕеjumlаh klub besar seperti Pеrѕірurа Jayapura dаn Persija Jаkаrtа.
Rahmad Darmawan: Ilmu Pelatih Lokal Tak Kalah dari Pelatih Asing
Mеlаluі реrnуаtааnnуа di kanal YouTube SAPA, Rahmad Dаrmаwаn mеnуuаrаkаn раndаngаnnуа secara lugаѕ. Menurutnya, kuаlіtаѕ реngеtаhuаn dan kеіlmuаn pelatih lоkаl tіdаk jаuh berbeda dеngаn pelatih dari luar nеgеrі.
“Kalau bicara soal ilmu kepelatihan, sebenarnya tidak ada perbedaan signifikan. Kursus lisensi Pro yang diikuti oleh pelatih Indonesia, seperti AFC Pro, UEFA Pro, hingga FIFA, semuanya memiliki standar dan materi yang serupa karena berasal dari sumber yang sama,” ujar pelatih asal Lampung ini.
Pengalaman Kompetisi Jadi Pembeda
Meski demikian, Rahmad tak memungkiri bahwa pelatih asing umumnya memiliki lebih banyak kesempatan menangani tim-tim di liga dengan kualitas kompetisi yang lebih tinggi. Hal ini memberikan mereka pengalaman menangani pemain-pemain yang terbiasa tampil dalam intensitas tinggi.
“Mereka terbiasa melatih di liga yang secara kualitas jauh lebih tinggi dari Liga Indonesia. Tentu pengalaman mereka mengelola intensitas permainan dan profesionalitas tim lebih kaya,” tambahnya.
Namun, ia menekankan bahwa pengalaman di luar negeri bukan jaminan sukses di Indonesia. Perbedaan budaya bermain, kondisi kompetisi, dan karakter pemain menjadi tantangan tersendiri.
“Bukan berarti karena mereka sukses di luar, otomatis mereka akan sukses juga di Liga Indonesia. Permainannya berbeda, intensitasnya juga tak selalu sama. Jadi sebenarnya, kesuksesan itu tetap bergantung pada banyak faktor,” katanya.
Optimisme dan Semangat Pelatih Lokal
Meskipun dominasi pelatih asing di Liga 1 saat ini begitu mencolok, Rahmad Darmawan tetap menunjukkan sikap positif. Ia menyebut fenomena ini sebagai tantangan sekaligus motivasi bagi para pelatih lokal untuk terus meningkatkan diri.
“Sebagai pelatih lokal, saya tetap memacu diri untuk selalu siap jika kesempatan itu datang. Memang sekarang belum, tapi saya percaya, momen itu akan datang dan kita harus siap bersaing,” ungkapnya.
Ia juga menyoroti perubahan besar dalam dunia sepak bola Indonesia, khususnya terkait industrialisasi olahraga dan pengaruh media sosial. Menurutnya, citra pelatih kini sangat dipengaruhi oleh persepsi publik, termasuk oleh para pemilik klub.
“Kini bukan hanya kualitas yang diperhatikan, tapi juga image. Media sosial punya peran besar membentuk persepsi. Owner klub pun bisa terpengaruh oleh hal-hal seperti ini. Mungkin karena itu mereka memilih revolusi dengan lebih banyak mendatangkan pelatih asing,” ucapnya.
Hampir Tak Ada Pelatih Lokal di Liga 1
Fenomena “hijrahnya” kursi pelatih ke tangan asing kini bukan lagi hal baru. Dalam musim kompetisi kali ini, hampir seluruh tim di BRI Liga 1 diasuh oleh pelatih dari luar negeri. Hal ini tentu menjadi peringatan sekaligus tantangan besar bagi para pelatih dalam negeri untuk terus meningkatkan kompetensi, membangun reputasi, dan menunjukkan bahwa mereka juga layak mendapat kepercayaan.
Rahmad Darmawan memberikan sudut pandang yang berimbang terhadap tren meningkatnya jumlah pelatih asing di BRI Super League 2025/2026. Meski menyadari tantangan yang dihadapi pelatih lokal, ia menekankan bahwa kompetensi dan semangat untuk berkembang tetap menjadi kunci. Kesempatan akan datang bagi mereka yang siap dan mampu bersaing, apapun latar belakangnya.
BACA JUGA :