1920x600-TOP-ID
ID
ID
previous arrow
next arrow

SBOTOP: Erick Thohir Jalin Dialog Hangat dengan Ultras Garuda Indonesia Bahas Masa Depan Suporter dan Sepak Bola Nasional

Dalam suasana penuh keakraban dan semangat kebersamaan, Ketua Umum PSSI Erick Thohir kembali menunjukkan komitmennya terhadap pembenahan sepak bola nasional. Kali ini, langkah itu diwujudkan dengan mengadakan pertemuan terbuka bersama perwakilan Ultras Garuda Indonesia, komunitas suporter fanatik yang dikenal memiliki loyalitas tinggi terhadap tim nasional Indonesia. Dialog tersebut menjadi ajang penting untuk menyatukan visi antara federasi dan suporter demi masa depan sepak bola tanah air yang lebih sehat, inklusif, dan berkelanjutan.

Pertemuan ini berlangsung di Jakarta dengan suasana yang jauh dari formalitas kaku. Alih-alih duduk di balik meja besar, Erick memilih format santai—duduk melingkar bersama perwakilan suporter di sebuah ruangan yang didekorasi dengan nuansa merah putih dan ornamen khas Garuda. Hal ini mencerminkan tekad Erick untuk membangun kedekatan emosional dengan akar kekuatan terbesar sepak bola Indonesia: para pendukungnya.

Dialog yang Menyentuh Banyak Aspek

Dalam pertemuan itu, berbagai topik penting menjadi bahan diskusi. Mulai dari tata kelola pertandingan, keamanan di stadion, hingga peningkatan kualitas hubungan antara suporter dan pihak federasi. Erick membuka pembicaraan dengan nada optimistis. Ia menegaskan bahwa tanpa dukungan dan kepercayaan publik, khususnya para suporter, sepak bola Indonesia tidak akan pernah benar-benar bangkit. “Suporter adalah denyut nadi sepak bola Indonesia. Tanpa mereka, atmosfer pertandingan akan hampa. Tapi saya juga ingin agar semangat itu diarahkan ke hal-hal positif, agar kita bisa dikenal sebagai bangsa yang berbudaya sepak bola, bukan hanya bersemangat tapi juga beretika,” ujar Erick membuka pembicaraan.

Perwakilan dari Ultras Garuda Indonesia, yang hadir dari berbagai daerah seperti Jakarta, Surabaya, Makassar, hingga Medan, menyampaikan berbagai aspirasi dan keluhan. Salah satu isu yang paling banyak dibahas adalah soal perlakuan terhadap suporter di stadion, termasuk keamanan, penataan tribun, serta transparansi dalam penjualan tiket. Mereka juga menyinggung pentingnya ruang komunikasi langsung antara federasi dan komunitas suporter agar tidak terjadi kesalahpahaman di lapangan.

Erick Thohir Dorong Profesionalisme dan Keterbukaan

Erick menjawab setiap keluhan dengan sikap terbuka. Ia tidak hanya mendengarkan, tetapi juga mencatat dan berjanji akan membawa hasil diskusi ini ke level kebijakan PSSI. Menurutnya, era baru sepak bola Indonesia harus ditandai dengan profesionalisme dan transparansi dalam segala lini, termasuk hubungan dengan suporter.

“Saya tidak ingin PSSI berdiri di atas menara gading. Kita harus hadir di tengah masyarakat, mendengarkan, dan berkolaborasi. Karena yang kita perjuangkan bukan hanya kemenangan di lapangan, tapi juga kepercayaan publik,” tegasnya.

Dalam kesempatan itu, Erick juga menjelaskan sejumlah program yang sedang dan akan dijalankan PSSI. Salah satunya adalah rencana pembentukan Suporter Engagement Unit, sebuah divisi khusus yang berfungsi sebagai jembatan komunikasi resmi antara federasi dan komunitas suporter. Unit ini akan berperan dalam menangani keluhan, memberikan edukasi, serta menciptakan sistem pelaporan yang terstruktur terkait kegiatan suporter.

Selain itu, PSSI juga sedang menyiapkan regulasi baru tentang Code of Conduct atau kode etik suporter yang diharapkan dapat menjadi panduan bagi seluruh kelompok pendukung untuk tetap bersemangat mendukung tanpa melanggar norma keamanan dan etika pertandingan.

Ultras Garuda Apresiasi Langkah PSSI

Respon positif datang dari pihak Ultras Garuda Indonesia. Mereka mengapresiasi langkah terbuka Erick Thohir yang dinilai jarang dilakukan oleh pejabat tinggi sepak bola sebelumnya. Menurut mereka, pertemuan semacam ini menjadi bukti bahwa federasi mulai menempatkan suporter sebagai bagian penting dari ekosistem sepak bola nasional.

“Selama ini kami hanya ingin didengar. Kami bukan musuh, kami bagian dari perjuangan. Kalau federasi mau terbuka dan melibatkan kami, kami pasti siap mendukung dengan cara yang lebih baik,” ujar salah satu perwakilan Ultras Garuda asal Yogyakarta.

Mereka juga menegaskan bahwa suporter Indonesia pada dasarnya mencintai tim nasional sepenuh hati. Namun, tanpa adanya ruang komunikasi yang jelas, seringkali terjadi salah paham antara pihak keamanan, panitia pelaksana, dan kelompok suporter. Karena itu, mereka berharap hasil dialog ini tidak berhenti di meja diskusi, tetapi benar-benar diwujudkan dalam bentuk kebijakan nyata.

Suporter Sebagai Mitra Perubahan

Salah satu gagasan menarik yang muncul dalam pertemuan tersebut adalah menjadikan suporter sebagai mitra aktif dalam pengembangan sepak bola nasional. Erick Thohir menilai bahwa suporter tidak hanya berperan sebagai penonton, tetapi juga agen perubahan yang dapat membantu menciptakan budaya positif di dunia sepak bola.

“Di banyak negara maju, suporter punya peran besar dalam menjaga integritas klub dan tim nasional. Mereka ikut terlibat dalam kampanye anti-rasisme, menjaga kebersihan stadion, hingga mengedukasi generasi muda tentang sportivitas. Saya ingin budaya itu hadir juga di Indonesia,” ucap Erick.

Untuk mewujudkan hal tersebut, PSSI akan mengembangkan sejumlah program sosial berbasis komunitas suporter. Beberapa di antaranya adalah pelatihan kepemimpinan suporter, kegiatan sosial di sekitar stadion, hingga pelibatan aktif kelompok pendukung dalam acara resmi PSSI seperti peluncuran tim, laga uji coba, dan turnamen nasional.

Tantangan di Lapangan dan Upaya Perbaikan

Meski banyak hal positif dibahas, Erick tidak menutup mata terhadap berbagai tantangan besar yang masih dihadapi dunia suporter Indonesia. Salah satunya adalah masih sering terjadinya gesekan antar kelompok suporter, baik di stadion maupun di media sosial. Erick menilai persoalan ini harus diselesaikan dengan pendekatan edukatif dan kolaboratif, bukan hanya dengan sanksi atau larangan.

“Kalau hanya dilarang, mereka akan mencari cara lain untuk meluapkan ekspresi. Tapi kalau kita ajak bicara, kita beri tanggung jawab, mereka akan belajar menjadi bagian dari solusi,” ungkap Erick.

PSSI juga akan berkoordinasi dengan aparat keamanan dan pemerintah daerah untuk menciptakan sistem pengamanan pertandingan yang humanis. Fokusnya bukan pada represifitas, melainkan pencegahan dan pendekatan persuasif yang lebih menenangkan. Erick mencontohkan bagaimana negara-negara seperti Jepang dan Inggris berhasil menekan angka kekerasan suporter dengan menumbuhkan rasa memiliki terhadap tim, bukan kebencian terhadap lawan.

Sinergi Antara Suporter Klub dan Federasi

Salah satu hasil konkret dari dialog ini adalah rencana pembentukan forum komunikasi tripartit antara PSSI, klub, dan komunitas suporter. Forum ini nantinya akan menjadi wadah strategis untuk membahas berbagai isu aktual, seperti penjadwalan pertandingan, peraturan tiket, serta koordinasi keamanan sebelum dan sesudah laga.

Erick menilai langkah ini penting untuk mencegah miskomunikasi yang selama ini sering menjadi sumber masalah. Ia berharap dengan sinergi yang baik, setiap pertandingan di Indonesia dapat berjalan dengan lancar, aman, dan penuh hiburan yang positif bagi semua pihak.

“Kita ingin stadion menjadi tempat keluarga, tempat anak-anak belajar cinta olahraga, bukan tempat yang menakutkan. Itu hanya bisa terwujud kalau semua pihak—PSSI, klub, dan suporter—jalan seiring,” kata Erick.

Baca Juga:

TAGS:
CLOSE