Sepak bola Indonesia kembali mencatatkan langkah strategis dalam mempersiapkan generasi masa depan tim nasional dengan menggulirkan proses naturalisasi pemain muda keturunan. Kali ini, perhatian publik tertuju pada Mauro Zijlstra, pemain muda berbakat yang berdarah Belanda-Indonesia. Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, secara resmi mengonfirmasi bahwa proses naturalisasi Zijlstra telah memasuki tahap lanjutan, yakni pengurusan di Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora).
Langkah ini menjadi bagian dari program jangka panjang PSSI yang bertujuan memperkuat Timnas Indonesia di berbagai kelompok usia, khususnya menghadapi agenda padat seperti Kualifikasi Piala Asia U-23, Piala AFF, dan persiapan menuju Piala Dunia 2034. Proses naturalisasi Mauro Zijlstra pun dinilai strategis karena ia dianggap sebagai salah satu pemain muda paling potensial yang memiliki kualitas Eropa dan bisa langsung beradaptasi dengan kultur sepak bola Indonesia.
Lantas, siapa sebenarnya Mauro Zijlstra? Apa alasan PSSI dan Erick Thohir begitu serius memproses naturalisasinya? Bagaimana prosesnya di Kemenpora? Dan apa dampak yang bisa ditimbulkan dari langkah ini bagi masa depan sepak bola Indonesia?
Mari kita ulas secara lengkap dan mendalam.
Mauro Zijlstra Pemain Muda dengan Darah Indonesia yang Bersinar di Belanda
Mauro Zijlstra merupakan pemain berusia 18 tahun yang saat ini bermain di tim muda FC Utrecht, salah satu klub peserta Eredivisie, liga utama Belanda. Ia menempati posisi sebagai bek tengah atau gelandang bertahan dan dikenal dengan gaya bermain agresif namun disiplin. Kelebihan Zijlstra terletak pada kemampuan membaca permainan, duel udara yang solid, serta umpan-umpan vertikal akurat dari lini belakang.
Lahir di Belanda dari ayah Belanda dan ibu asal Indonesia (berasal dari Sumatera Barat), Mauro secara hukum memungkinkan untuk menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) melalui jalur keturunan. Selain memiliki darah Indonesia, Mauro juga disebut memiliki ketertarikan besar membela Merah Putih sejak kecil. Dalam beberapa wawancara singkat di media Belanda, ia sempat menyatakan bahwa ia memantau perkembangan Timnas Indonesia dan ingin menjadi bagian dari proyek besar sepak bola Asia Tenggara itu.
Konsistensinya di akademi Utrecht dan peran penting dalam tim U-19 klub tersebut menarik perhatian pemandu bakat PSSI yang aktif memantau diaspora muda Indonesia di Eropa. Berdasarkan penilaian teknis, Mauro dinilai memenuhi semua aspek untuk menjadi bagian dari tim U-20 dan U-23 Indonesia di masa depan.
PSSI Serius Garap Naturalisasi Erick Thohir Turun Tangan Langsung
Sejak menjabat sebagai Ketua Umum PSSI pada 2023, Erick Thohir membawa paradigma baru dalam pendekatan pembangunan tim nasional. Salah satu strategi penting yang ia dorong adalah naturalisasi berbasis kebutuhan, bukan sekadar popularitas. Artinya, pemain diaspora yang dinaturalisasi harus memenuhi kriteria teknis, usia produktif, komitmen jangka panjang, dan memiliki keterikatan budaya dengan Indonesia.
Dalam konteks Mauro Zijlstra, Erick menyebut bahwa proses identifikasi sudah dilakukan sejak 2024, dan setelah melalui serangkaian evaluasi dari pelatih dan tim teknis, akhirnya PSSI memutuskan untuk memproses naturalisasinya.
“Kita tidak ingin asal ambil pemain luar. Kita butuh pemain muda yang bisa jadi aset jangka panjang. Mauro Zijlstra punya potensi besar, dan prosesnya kini sudah masuk tahap Kemenpora. Ini proses serius, bukan sekadar wacana,” ungkap Erick saat ditemui di sela-sela kegiatan evaluasi Timnas U-23 bulan lalu.
Menurut Erick, langkah berikutnya setelah Kemenpora menyetujui administrasi adalah menyampaikan berkas ke Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham), kemudian ke DPR RI, dan terakhir penandatanganan Keppres oleh Presiden RI. Seluruh proses ini diharapkan selesai pada kuartal terakhir tahun 2025 agar Mauro bisa tampil di Kualifikasi Piala Asia U-23 pada awal 2026.
Tahapan Naturalisasi di Kemenpora dan Peran Pemerintah
Masuknya berkas Mauro Zijlstra ke Kemenpora menandai bahwa PSSI telah menuntaskan tahapan awal berupa dokumen asal-usul, surat pernyataan komitmen, serta evaluasi teknis dari pelatih. Di Kemenpora, proses berlanjut pada verifikasi administratif dan pengkajian legalitas dokumen.
Kemenpora, di bawah kepemimpinan Dito Ariotedjo, telah menyatakan dukungan terhadap program naturalisasi berbasis kebutuhan teknis, dengan syarat bahwa pemain yang dinaturalisasi harus memiliki kontribusi jangka panjang, bukan hanya dipakai dalam satu turnamen lalu ditinggalkan.
“Kalau kita bicara Mauro, dia masih sangat muda. Artinya, dia bisa bermain untuk Timnas sampai lebih dari 10 tahun ke depan. Ini investasi besar, dan Kemenpora siap mendukung prosesnya,” ujar Dito.
Setelah tahap ini, jika dinyatakan lengkap dan layak, Kemenpora akan menerbitkan rekomendasi resmi ke Kemenkumham. Proses kemudian akan memasuki tahap pembahasan di Komisi III dan X DPR RI, yang selama ini dikenal sangat mendukung penguatan timnas lewat regulasi dan pengawasan ketat pada proses naturalisasi.
Dampak Strategis Naturalisasi Mauro Zijlstra bagi Timnas
Masuknya Mauro Zijlstra ke dalam proyek jangka panjang Timnas Indonesia memiliki dampak strategis yang luas. Pertama, dari sisi teknis, Indonesia akan memiliki bek tangguh berusia muda yang terbiasa bermain dengan sistem Eropa. Mauro tidak hanya bisa bermain di U-23, tetapi juga dipersiapkan untuk tim senior menuju Piala Dunia 2034 yang jadi target ambisius PSSI.
Kedua, dari sisi psikologis dan motivasi, kehadiran Mauro dan pemain diaspora lain menunjukkan bahwa Indonesia kini dianggap serius oleh pemain keturunan di luar negeri. Hal ini akan memberi efek domino, mendorong pemain lain untuk mendaftar dan mengajukan minat secara proaktif.
Ketiga, dari sisi transfer knowledge, pemain diaspora seperti Mauro akan membawa kultur kerja, mentalitas profesional, dan standar pelatihan yang bisa ditularkan kepada rekan-rekan setimnya di dalam negeri. Ini penting untuk meningkatkan level kompetisi dalam skuad timnas.
Pelatih tim U-23 Indonesia, Shin Tae-yong, pun menyambut baik rencana ini. “Saya sudah lihat video permainan Mauro. Dia cocok dengan gaya bermain kami. Kalau proses naturalisasi selesai tepat waktu, saya akan panggil dia ke TC (training camp) untuk Kualifikasi Piala Asia,” ujar pelatih asal Korea Selatan itu.
Kritik dan Pro-Kontra Naturalisasi Tetap Perlu Selektif
Meskipun mayoritas mendukung, kebijakan naturalisasi tetap menuai kritik dari sebagian pihak yang khawatir bahwa Indonesia terlalu bergantung pada pemain luar. Beberapa tokoh sepak bola menyuarakan agar naturalisasi tidak menutup ruang bagi pemain lokal yang sudah berjuang sejak usia muda di akademi lokal.
Namun Erick Thohir menanggapi hal ini dengan tenang. Ia menegaskan bahwa naturalisasi bukan untuk menggantikan pemain lokal, melainkan untuk menambah kedalaman skuad, terutama di sektor-sektor yang masih minim kualitas kompetitif di level internasional.
“Kalau pemain lokal bagus dan konsisten, tentu jadi prioritas. Tapi di beberapa posisi, kita masih butuh opsi tambahan. Dan Mauro Zijlstra hadir untuk mengisi kekosongan itu di tim U-20 dan U-23. Ini bukan soal asal luar negeri, tapi soal kualitas,” kata Erick.
Ia juga berjanji bahwa setiap pemain naturalisasi akan dievaluasi secara berkala, dan hanya mereka yang menunjukkan komitmen serta performa baik yang akan dipertahankan di skuad timnas.
Apa Kata Publik dan Pengamat
Publik sepak bola Indonesia menyambut positif proses naturalisasi Mauro Zijlstra. Di media sosial, banyak netizen yang memberi dukungan serta berharap proses bisa selesai sebelum turnamen besar tahun depan. Akun-akun penggemar Timnas bahkan mulai membagikan cuplikan permainan Mauro saat tampil bersama Utrecht U-19.
Di sisi lain, pengamat sepak bola nasional, Tommy Welly alias Bung Towel, menilai langkah ini adalah strategi yang bijak jika dilakukan selektif. “Saya lihat data dan statistik Mauro Zijlstra cukup menjanjikan. Usianya masih sangat muda. Kalau dia bisa beradaptasi dengan sistem Shin Tae-yong, kita bisa punya bek masa depan yang tidak kalah dari negara lain,” ujarnya dalam sebuah podcast sepak bola nasional.
Bung Towel juga menekankan pentingnya memberikan jaminan jenjang bermain bagi pemain seperti Mauro, agar mereka tidak merasa sekadar ‘dipakai’ sesaat. Ini bisa diwujudkan lewat pembinaan berkelanjutan, pemanggilan rutin ke pemusatan latihan, dan integrasi dalam kalender turnamen usia muda.
Menuju Masa Depan Potensi Duet Diaspora Lokal
Dengan masuknya Mauro Zijlstra, publik kini mulai berspekulasi soal kombinasi pemain belakang masa depan Timnas Indonesia. Jika melihat tren saat ini, Mauro berpeluang membentuk duet bek tengah dengan Justin Hubner, pemain keturunan Belanda lainnya yang sudah lebih dulu dinaturalisasi.
Keduanya memiliki profil yang saling melengkapi—Mauro dengan gaya agresif dan membaca bola, sementara Hubner unggul dalam build-up dan kontrol bola di kaki. Duet ini, jika benar-benar terwujud, bisa menjadi pasangan bek tengah andalan Timnas senior di masa depan.
Tak hanya itu, sektor belakang juga akan diperkuat oleh nama-nama seperti Elkan Baggott, Rizky Ridho, dan Arhan Pratama, menciptakan kombinasi yang sangat kompetitif dalam persaingan internal tim nasional.
Baca Juga:
- SBOTOP Dirut Persija Tegaskan PR Bersama: Saatnya Angkat Kualitas dan Peringkat Liga Indonesia
- SBOTOP: Pemain Bali United Mulai Adaptasi dengan Metode Latihan Pelatih Baru demi Tingkatkan Performa
- SBOTOP: Rahmad Darmawan Ungkap Target Besar Bersama Liga Indonesia All Star di Laga Eksibisi Internasional