Harapan Persebaya Surabaya untuk berlaga di AFC Champions Cup (ACC) 2025 pupus sudah. Meski tampil kompetitif sepanjang musim 2024/2025 di Liga 1, Bajol Ijo gagal finis di posisi yang memungkinkan mereka meraih tiket ke kompetisi Asia yang prestisius tersebut. Absennya Persebaya dari ACC jelas menjadi pukulan bagi klub, suporter fanatik Bonek dan Bonita, serta para pemain yang sempat menargetkan ajang internasional sebagai panggung unjuk gigi.
Namun, dalam situasi yang penuh kekecewaan itu, muncul satu suara menyejukkan dari penjaga gawang utama tim: Ernando Ari Sutaryadi. Kiper muda andalan Persebaya dan Timnas Indonesia itu justru memilih melihat sisi positif dari kegagalan tersebut. Dalam wawancara eksklusif yang dilakukan seusai sesi latihan pramusim di Surabaya, Ernando menyampaikan bahwa absennya Persebaya di ACC 2025 adalah kesempatan emas untuk evaluasi, memperkuat fondasi tim, dan mempersiapkan diri agar lebih siap menghadapi musim berikutnya.
Artikel ini akan membahas lebih dalam bagaimana Ernando menyikapi kegagalan Persebaya lolos ke ACC 2025, dampaknya terhadap tim, langkah evaluasi yang sudah dan akan dilakukan, serta refleksi atas peran penting sang kiper dalam menjaga mentalitas positif di ruang ganti.
Ernando Ari Lebih dari Sekadar Kiper
Ernando Ari bukan sekadar kiper utama bagi Persebaya. Ia adalah simbol dari regenerasi sepak bola Indonesia yang disiplin, rendah hati, dan penuh determinasi. Sejak promosi dari tim muda Persebaya dan tampil sebagai penjaga gawang nomor satu di usia belia, Ernando telah menunjukkan karakter kepemimpinan yang luar biasa. Tak heran, meski usianya masih tergolong muda, ia sudah menjadi panutan di ruang ganti Bajol Ijo.
Saat diwawancarai seusai sesi latihan, Ernando menyampaikan bahwa kegagalan lolos ke ACC bukan alasan untuk menyerah. “Memang kami kecewa, karena target awal kami adalah bisa mewakili Indonesia di kompetisi Asia. Tapi saya percaya ini bukan akhir. Ini adalah pengingat bahwa kami harus kerja lebih keras, bukan hanya bicara di media, tapi menunjukkan di lapangan,” ujarnya dengan tegas.
Menurut Ernando, dalam sepak bola profesional, hasil tak selalu sesuai ekspektasi. Namun bagaimana tim bereaksi atas kegagalan itulah yang membentuk karakter juara. “Yang penting sekarang, bagaimana kami belajar. Kita punya satu musim penuh ke depan untuk membuktikan bahwa Persebaya layak bersaing, tidak hanya di Indonesia tapi juga di Asia,” tambahnya.
Evaluasi Total Dari Lini Belakang hingga Penyelesaian Akhir
Ernando tak segan membicarakan kelemahan tim sepanjang musim lalu. Menurutnya, inkonsistensi pertahanan dan penyelesaian akhir menjadi dua faktor utama yang membuat Persebaya gagal meraih hasil maksimal. “Kami sering dominan secara penguasaan bola, tapi kalah dalam efektivitas. Kadang kami terlalu mudah kebobolan dari bola mati, atau gagal memanfaatkan peluang emas,” jelasnya.
Sebagai kiper, Ernando sangat sadar akan pentingnya koordinasi lini belakang. Ia mengaku sudah berdiskusi intens dengan pelatih kiper dan para bek tengah soal komunikasi dan positioning. “Kami sudah mulai perbaiki dari latihan pramusim ini. Saya pribadi ingin semua pemain belakang bisa lebih kompak, tahu kapan harus naik, kapan drop back. Itu harus jadi kebiasaan, bukan hanya saat bertanding,” katanya.
Selain itu, Ernando juga mendorong evaluasi menyeluruh dari segi taktik dan pendekatan pertandingan. Ia menekankan pentingnya keberanian pelatih untuk melakukan rotasi dan pendekatan baru. “Kita tidak bisa terus pakai cara lama dan berharap hasil berbeda. Perlu variasi, baik dari formasi maupun karakter pemain. Saya percaya coach Paulo Gomes dan tim pelatih punya rencana besar untuk itu,” tegasnya.
Sisi Positif Fokus Pembenahan dan Manajemen Beban
Meski gagal ke ACC 2025, Persebaya mendapat “bonus” dalam bentuk jadwal yang lebih longgar musim depan. Tanpa kewajiban tampil di level Asia, tim bisa lebih fokus menyiapkan strategi jangka panjang, memperkuat kedalaman skuad, dan menjaga kebugaran pemain agar tak terlalu diporsir di banyak kompetisi.
Ernando menganggap ini sebagai peluang emas. “Tanpa jadwal padat antarnegara, kami bisa benar-benar fokus memperbaiki diri di dalam negeri. Intensitas latihan bisa dimaksimalkan. Pemain bisa diberi waktu lebih untuk memahami taktik baru dan menjaga kondisi fisik. Saya pikir, ini kesempatan emas untuk konsolidasi tim,” ucapnya.
Ia juga menyebut bahwa dalam beberapa musim terakhir, banyak tim Indonesia yang justru drop performa karena beban kompetisi ganda. “Main di kompetisi domestik dan Asia itu berat, apalagi kalau kita belum punya kedalaman skuad. Jadi sekarang kita manfaatkan situasi ini untuk membangun fondasi tim yang lebih kuat. Tahun depan, saat peluang Asia datang lagi, kita sudah lebih siap,” ujarnya penuh semangat.
Kepemimpinan di Lapangan Peran Ernando Makin Penting
Dalam kondisi tim yang sedang berusaha bangkit dari kekecewaan, peran sosok seperti Ernando menjadi sangat vital. Tak hanya sebagai pemain yang tampil konsisten, Ernando juga dikenal sebagai pemain yang mampu menjaga semangat dan fokus rekan-rekannya. Ia bukan tipe pemimpin yang banyak berteriak, namun lebih banyak memberi contoh lewat sikap dan kerja keras.
Pelatih Paulo Gomes pun mengakui pentingnya kehadiran Ernando di tim. “Dia bukan hanya penjaga gawang yang hebat. Dia juga punya karakter kepemimpinan yang alami. Di ruang ganti, dia menjadi jembatan antara pemain muda dan senior. Di lapangan, dia berani ambil keputusan dan memotivasi rekan-rekannya. Ini aset besar untuk tim,” puji Gomes.
Selama latihan pramusim, Ernando aktif berkomunikasi dengan pemain baru, terutama yang datang dari luar negeri. Ia berusaha memastikan bahwa tidak ada pemain yang merasa asing di dalam tim. “Sepak bola itu soal chemistry. Kita bisa saja punya pemain berbakat, tapi kalau tidak menyatu, susah menang. Saya coba bantu teman-teman baru agar cepat adaptasi, baik soal bahasa maupun gaya main,” katanya.
Fokus ke Liga dan Turnamen Domestik
Dengan absennya dari ACC, Persebaya akan mengalihkan fokus penuh ke kompetisi domestik. Liga 1 tetap menjadi prioritas utama, namun turnamen seperti Piala Presiden dan potensi ajang Super Cup juga menjadi target realistis untuk menguji kedalaman skuad.
Ernando melihat ini sebagai tantangan positif. “Musim ini, kita tidak boleh puas hanya finis di papan tengah. Kita harus targetkan minimal posisi tiga besar. Dengan jadwal yang tidak sepadat tim-tim yang main di Asia, kita bisa lebih optimal di liga,” tegasnya.
Selain itu, ia juga menekankan pentingnya konsistensi dari awal musim. Menurutnya, banyak tim yang kehilangan momentum karena start yang lambat. “Kalau kita bisa mulai musim dengan kuat, itu akan membentuk mental juara sejak awal. Jadi pramusim ini sangat penting untuk itu. Kami latihan dua kali sehari, fokus, dan tidak main-main,” ungkap Ernando.
Suporter Tetap Jadi Energi Utama
Tak bisa dipungkiri, salah satu elemen paling vital dalam perjuangan Persebaya adalah dukungan suporter. Bonek dan Bonita adalah kekuatan luar biasa yang selalu memberi semangat di stadion maupun media sosial, bahkan saat tim mengalami masa sulit. Ernando sangat menyadari pentingnya keberadaan mereka.
“Bonek itu bukan cuma penonton, mereka bagian dari tim. Saya pribadi sangat termotivasi saat main di hadapan tribun penuh. Waktu kita kalah pun, mereka tetap bernyanyi. Itu tidak bisa dibeli,” ujar Ernando dengan mata berkaca-kaca.
Ia juga meminta agar suporter tetap percaya proses. “Kami tahu, ada rasa kecewa karena tidak bisa tampil di ACC. Tapi percayalah, kami di sini berjuang bukan hanya untuk menang, tapi untuk membuat Bonek bangga. Jangan berhenti dukung kami, karena energi dari tribun itu yang membuat kami terus bertahan,” katanya penuh haru.
Refleksi Pribadi Ernando dan Mimpi ke Luar Negeri
Meski fokus utamanya tetap di Persebaya, Ernando tidak menutup kemungkinan untuk berkarier di luar negeri. Ia mengaku sempat mendapat tawaran dari klub Asia Tenggara, namun menolaknya karena masih ingin memberi kontribusi maksimal untuk Bajol Ijo.
“Saya tidak menutup peluang ke luar negeri. Tapi saat ini, fokus saya masih di Persebaya. Saya ingin bantu tim ini juara dulu, atau minimal bawa mereka ke kompetisi Asia tahun depan. Setelah itu, baru saya pikirkan langkah selanjutnya,” ungkapnya jujur.
Ernando juga berkomitmen untuk terus belajar dan berkembang. Ia kerap menonton pertandingan Liga Jepang dan Korea Selatan untuk belajar posisi kiper, komunikasi, dan teknik penyelamatan. “Saya ingin jadi kiper yang lengkap. Bukan cuma jago reflex, tapi juga pintar baca permainan, bisa distribusi bola, dan bantu tim saat build-up. Itu yang sedang saya latih sekarang,” pungkasnya.
Baca Juga: