1920x600-TOP-ID
ID
ID
previous arrow
next arrow

SBOTOP Juara Tak Menjamin: Postecoglou Masih Digoyang Meski Antarkan Spurs ke Puncak Liga Europa

Musim 2024/2025 menjadi musim yang tak terlupakan bagi Tottenham Hotspur, dan bukan hanya karena mereka mengangkat trofi Liga Europa. Di bawah komando Ange Postecoglou, pelatih asal Australia itu akhirnya berhasil membawa Spurs mengangkat trofi bergengsi Eropa setelah puasa gelar selama hampir dua dekade.

Laga final yang digelar di Stadion San Mamés, Bilbao, menyajikan drama dan intensitas tinggi. Tottenham menghadapi Manchester United dalam duel sesama klub Inggris. Satu-satunya gol dalam pertandingan itu dicetak oleh Brennan Johnson di menit ke-76 setelah menerima umpan silang akurat dari Pedro Porro. Gol itu mengunci kemenangan 1-0 untuk Spurs, mengakhiri malam dengan pesta yang luar biasa.

Namun, yang mengejutkan adalah kenyataan bahwa meski berhasil membawa klub ke puncak Eropa, Postecoglou tidak otomatis mendapatkan jaminan masa depan yang aman. Justru, posisinya sebagai manajer masih terus dibicarakan dalam konteks ketidakpastian.

Konteks yang Lebih Kompleks

Mengapa seorang pelatih yang baru saja memberikan trofi besar justru digoyang? Jawabannya ada pada performa domestik Tottenham Hotspur di Liga Inggris.

Spurs mengakhiri musim di posisi ke-8 klasemen Liga Premier. Mereka gagal lolos langsung ke Liga Champions melalui jalur liga, dan hanya mengandalkan tiket otomatis dari kemenangan di Liga Europa. Lebih dari itu, Spurs hanya memenangkan 15 dari 38 pertandingan liga, dengan mencatatkan 13 kekalahan dan 10 hasil imbang. Permainan mereka dinilai tidak konsisten dan kerap kali tidak memiliki rencana cadangan ketika strategi awal gagal.

Banyak fans dan analis mulai bertanya-tanya: apakah Postecoglou adalah pelatih yang tepat untuk jangka panjang? Atau kemenangan di Liga Europa hanyalah pencapaian sekali saja yang menutupi masalah mendasar di skuad?

Gaya Bermain yang Dipertanyakan

Sejak awal, Postecoglou datang dengan filosofi bermain menyerang dan penguasaan bola tinggi. Ia ingin Spurs menjadi tim yang progresif dan berani mengambil risiko. Namun, gaya bermain ini seringkali membuat pertahanan Spurs rapuh dan mudah ditembus saat melawan tim-tim yang disiplin dalam bertahan dan tajam dalam serangan balik. Bahkan dalam kompetisi Liga Europa sendiri, Spurs beberapa kali harus menang secara dramatis. Kemenangan adu penalti atas Bayer Leverkusen di perempat final dan kemenangan tipis atas AS Roma di semifinal menimbulkan tanda tanya: apakah ini kebetulan, keberuntungan, atau memang karakter tim?

Meskipun Postecoglou konsisten pada ideologinya, banyak pihak di internal klub merasa taktiknya belum cukup fleksibel untuk menghadapi tuntutan kompetisi Liga Premier yang lebih berat dan cepat.

Sorotan dari Manajemen dan Media

Media Inggris dikenal tajam dalam mengkritisi kinerja manajer, terlebih untuk klub sebesar Tottenham. Setelah meraih trofi Eropa, ekspektasi publik adalah Spurs akan kembali menjadi penantang gelar domestik. Namun, dengan hasil yang stagnan di liga, manajemen klub dikabarkan mulai mengevaluasi kinerja Postecoglou secara menyeluruh.

Daniel Levy, chairman Spurs yang dikenal tegas dan penuh perhitungan, disebut sedang mempertimbangkan apakah perlu mempertahankan Postecoglou atau membawa pelatih baru untuk proyek jangka panjang. Beberapa nama telah beredar di media seperti Thomas Tuchel, Roberto De Zerbi, hingga pelatih muda dari Championship.

Levy punya sejarah dengan keputusan mengejutkan. Ia pernah memecat Mauricio Pochettino setelah membawa Spurs ke final Liga Champions. Jadi, tidak ada yang benar-benar aman, bahkan setelah mengangkat piala.

Pembelaan dari Para Pemain

Di tengah tekanan itu, sejumlah pemain kunci memberikan dukungan publik kepada sang pelatih. James Maddison dalam wawancara pasca final mengatakan:

“Tanpa Coach Ange, kami tidak akan ada di sini. Ia membawa visi, mentalitas juara, dan mempercayai kami di saat orang lain ragu.”

Hal senada juga diungkapkan oleh kapten tim, Son Heung-min, yang menyebut bahwa suasana ruang ganti Spurs saat ini adalah yang paling bersatu sejak bertahun-tahun lalu. Dukungan internal ini menjadi kekuatan besar bagi Postecoglou, namun belum tentu cukup untuk mengamankan posisinya.

Harapan yang Terlalu Tinggi

Salah satu faktor utama yang membuat posisi Postecoglou tidak aman adalah ekspektasi berlebihan dari suporter dan media. Setelah tahun-tahun penuh kegagalan di bawah Jose Mourinho, Nuno Espírito Santo, dan Antonio Conte, fans Spurs haus akan gelar dan konsistensi.

Kemenangan di Liga Europa dianggap banyak pihak sebagai langkah awal, bukan akhir. Oleh karena itu, ketika performa liga gagal memuaskan, kekecewaan langsung muncul. Seakan-akan, satu gelar belum cukup untuk menebus tahun-tahun sebelumnya yang mengecewakan.

Pro dan Kontra Mempertahankan Postecoglou

Argumen mempertahankan:

  • Telah membuktikan mampu membawa tim menjuarai kompetisi Eropa.
  • Gaya bermain menyerang yang atraktif, disukai fans.
  • Membangun tim muda dengan prospek cerah: Destiny Udogie, Kulusevski, Brennan Johnson.
  • Dukungan kuat dari pemain inti.

Argumen untuk mengganti:

  • Performa liga domestik buruk, inkonsisten sepanjang musim.
  • Tidak ada rencana cadangan saat taktik gagal.
  • Kualitas manajerial dinilai belum cukup matang untuk tantangan Liga Inggris dan Liga Champions sekaligus.
  • Sulit bersaing dengan tim elit seperti City, Arsenal, dan Liverpool dalam jangka panjang.

Apa yang Harus Dilakukan Spurs

Keputusan ada di tangan manajemen Tottenham. Mereka harus menjawab pertanyaan besar: Apakah klub membutuhkan pelatih yang bisa memberi stabilitas jangka panjang, atau mereka ingin hasil instan setiap musim?

Jika Spurs memecat Postecoglou, mereka harus memiliki pengganti yang jelas dengan filosofi yang sama atau bahkan lebih baik. Jika mereka mempertahankannya, maka perlu dukungan penuh dari klub dan investasi serius di bursa transfer untuk memperbaiki skuad.

Yang pasti, konsistensi adalah kunci. Gelar Liga Europa bisa menjadi pijakan untuk era baru atau hanya trofi sesaat dalam sejarah panjang Tottenham yang penuh naik turun.

Baca Juga:

TAGS:
CLOSE