Saat musim 2024/25 dimulai, Liverpool bukanlah favorit utama. Tanpa Jurgen Klopp, tanpa rekrutan baru, dan dengan kabar kepergian tiga bintang utamanya, banyak yang menilai Liverpool hanya akan menjadi pelengkap di papan atas. Superkomputer Opta bahkan hanya memberi mereka peluang 5,1% untuk menjadi juara, jauh di bawah Arsenal (12,2%) dan Manchester City (82,2%). Namun, Arne Slot mengubah keraguan menjadi kejayaan.
Di tangan pelatih asal Belanda ini, Liverpool tampil penuh energi, kolektif, dan berani. Momen-momen krusial, seperti kemenangan dramatis atas City di Anfield dan comeback luar biasa melawan Arsenal, menjadi titik balik yang membangun keyakinan dalam skuad. Tanpa gembar-gembor transfer, Slot mengandalkan pemain yang ada — termasuk mereka yang sempat diragukan masa depannya — untuk membentuk tim yang solid dan lapar akan prestasi.
Puncaknya tiba di Super Sunday, saat Liverpool hanya membutuhkan satu poin melawan Tottenham Hotspur untuk mengunci gelar. Dengan performa penuh determinasi, mereka melakukannya. Dari awal musim yang dipandang sebelah mata, hingga mengangkat trofi Premier League di musim perdananya, Arne Slot telah menulis babak baru dalam sejarah Liverpool — membuktikan bahwa kepercayaan, kerja keras, dan keberanian lebih kuat daripada prediksi mana pun.
Ketika Prediksi Salah Liverpool Membungkam Keraguan Carragher dan Neville
Menjelang musim 2024/25, bahkan legenda Liverpool sendiri, Jamie Carragher, hanya berani memprediksi The Reds finis di posisi ketiga. Carragher menilai ada banyak sektor yang perlu diperkuat, meski ia mengapresiasi ketenangan klub yang tak tergoda panik di bursa transfer. Di sisi lain, Gary Neville bahkan lebih pesimis — memperkirakan Liverpool terdampar di posisi kelima, di belakang Manchester United. Ia meragukan daya tahan lini tengah Liverpool tanpa Jurgen Klopp di balik layar, meyakini transisi ini akan membawa rasa sakit di sepanjang musim.
Namun yang terjadi justru sebaliknya. Di bawah Arne Slot, Liverpool menulis cerita berbeda: ketangguhan, solidaritas, dan ketajaman di saat yang paling menentukan. Lini tengah yang diragukan justru menjadi jantung kekuatan baru mereka, melibas keraguan dan prediksi keliru. Saat musim berakhir, Liverpool berdiri di puncak, membuktikan bahwa rasa sakit yang diramalkan tidak pernah datang — dan keraguan, sekali lagi, adalah bahan bakar terbaik untuk menciptakan keajaiban.
Dari Underdog ke Raja Kisah Transformasi Liverpool di Musim 2024/25
Liverpool memulai musim 2024/25 tanpa banyak ekspektasi, namun perlahan-lahan mengubah ketidakpercayaan itu menjadi keyakinan. Dapatkan odds terbaik untuk tim liverpool di SBOTOP situs taruhan olahraga terpercaya 2025, SBOTOP juga menyambut anda dengan penawaran bonus spesial 100% didepan yang akan membuat anda merasakan pengalaman bermain tidak tergantikan. Di saat banyak yang menyoroti cedera Rodri sebagai titik balik kegagalan Manchester City, Liverpool tahu perjalanan mereka baru benar-benar dimulai beberapa bulan kemudian.
Momentum mulai bergeser di periode krusial antara jeda internasional Oktober dan November. Dalam rentang waktu seminggu, The Reds mengamankan empat poin berharga atas Chelsea dan Arsenal — dua rival terdekat — yang menjaga asa mereka tetap hidup di jalur perebutan gelar.
Salah satu momen paling penting datang di Emirates Stadium. Tertinggal 1-0, kemudian 2-1, Liverpool menunjukkan mental baja dengan bangkit dan mengamankan hasil imbang 2-2. Comeback ini bukan sekadar menyelamatkan satu poin, tapi menjadi fondasi dari serangkaian kebangkitan spektakuler yang terus mereka bangun dalam sebulan berikutnya.
Saat tim-tim lain mulai goyah, Liverpool justru menemukan identitas baru: sebuah kekuatan yang tidak hanya bertahan, tapi bangkit lebih kuat dari keterpurukan. Inilah musim di mana Liverpool membalikkan semua keraguan — dan berakhir di puncak.
Ketika Momentum Berpihak Bagaimana Liverpool Mengunci Status Favorit Juara
Musim 2024/25 bukan hanya tentang kemenangan besar bagi Liverpool, tapi tentang bagaimana mereka bertahan dan bangkit saat diuji. Saat tertinggal 1-0 dari Brighton yang tajam di bawah Fabian Hurzeler, The Reds menunjukkan karakter sejati mereka. Sebuah ledakan di babak kedua mengubah arah pertandingan, memastikan tiga poin penting. Tak lama berselang, di laga penuh drama di Southampton, Liverpool kembali menunjukkan mental juara. Tertinggal 2-1 dengan hanya setengah jam tersisa, Mohamed Salah tampil sebagai pahlawan dengan dua gol yang membalikkan segalanya.
Momentum semakin menguat di akhir pekan 9 November. Kemenangan klinis 2-0 atas Aston Villa, dipadukan dengan kekalahan Manchester City di Brighton dan hasil imbang Arsenal di Chelsea, membawa perubahan besar dalam peta persaingan. Untuk pertama kalinya, Liverpool resmi dinobatkan sebagai favorit juara — baik oleh superkomputer Opta maupun bandar taruhan, yang menempatkan mereka di angka 6/5. Sementara itu, City dan Arsenal perlahan tergelincir di belakang.
Inilah momen saat dunia mulai mempercayai sesuatu yang di awal musim nyaris mustahil: Liverpool, tanpa Klopp, tanpa rekrutan gemerlap, justru melaju kencang menuju tahta Premier League.
Puncak Dominasi dan Kilatan Keraguan Perjalanan Liverpool di Musim 2024/25
Akhir November menjadi tonggak besar dalam kisah kejayaan Liverpool. Di Anfield, The Reds mengalahkan Manchester City 2-0 dalam performa yang jauh lebih dominan daripada sekadar skor di papan. Itu adalah kemenangan yang tidak hanya mengamankan tiga poin, tapi juga mencuri kepercayaan diri sang juara bertahan. Sejak hari itu, Liverpool tak lagi tergoyahkan. Pada 1 Desember, superkomputer Opta memberikan mereka peluang 80,4% untuk merebut gelar, meninggalkan Arsenal (9,8%) dan City (4,4%) di belakang.
Namun, jalan menuju tahta tak sepenuhnya mulus. “Blip” kecil muncul tak lama setelahnya, ketika hasil imbang melawan Newcastle dan Fulham di bulan Desember membuka ruang keraguan. Alexander Isak mengguncang lini belakang Liverpool dalam drama 3-3 di St James’ Park, memperjelas satu pertanyaan penting: apakah The Reds memiliki ujung tombak yang cukup tajam untuk membawa mereka sampai garis finis.
Di saat Mohamed Salah dan Bukayo Saka saling beradu keunggulan, perburuan gelar terasa kembali hidup. Tapi bagi Liverpool, kesalahan kecil itu bukan akhir — melainkan pengingat untuk tetap tajam, tetap lapar, dan terus berlari menuju mimpi yang mulai terasa nyata.
Dari Lubang di Pertahanan hingga Kekuatan Tanpa Henti Liverpool di Bawah Arne Slot
Di tengah laju gemilangnya, Liverpool sempat goyah. Pertahanan mereka, terutama di posisi bek sayap, mulai terlihat rapuh. Di Anfield, Antonee Robinson dari Fulham — yang bahkan sempat dikaitkan dengan transfer ke Liverpool — mengeksploitasi celah itu dalam hasil imbang 2-2. Itu menjadi alarm pertama saat The Reds kehilangan poin beruntun di musim ini.
Namun, seperti sebuah mesin yang tahu caranya memperbaiki diri, Liverpool bangkit secepat kilat. Kunci kebangkitan? Siapa lagi kalau bukan Mohamed Salah. Di awal 2024, sang superstar Mesir tampil buas dengan empat gol dan empat assist hanya dalam tiga laga, menghancurkan Tottenham, Leicester, dan West Ham dengan skor agregat mencolok 14-4. Ketika Arsenal kehilangan Bukayo Saka karena cedera panjang, Liverpool justru memiliki pemain terbaik Eropa di barisan mereka — dan itu menjadi momen yang mengubah seluruh persaingan.
Pada 1 Januari, Opta memperkuat gambaran dominasi ini: peluang Liverpool untuk menjadi juara melonjak hingga 91,35%, sementara Arsenal terpaut jauh di 7,7%.
Tahun Baru sempat membawa guncangan kecil saat Manchester United mencuri hasil imbang di Anfield, diikuti oleh keunggulan awal Nottingham Forest lewat Chris Wood. Namun di bawah Arne Slot, Liverpool menemukan kekuatan baru: keajaiban dari bangku cadangan. Mewarisi kebiasaan Klopp dalam mengubah jalannya pertandingan lewat pergantian pemain, Slot memperhalus seni itu — mengubah ketidakpastian menjadi kemenangan. Dan perlahan, gelar itu terasa semakin dekat.
Senjata Rahasia Liverpool Bangku Cadangan yang Mengubah Takdir
Di tengah tekanan menuju garis finis, Liverpool menemukan sekutu tak terduga: kekuatan para pemain cadangan. Ketika tertinggal dari Nottingham Forest, Arne Slot mengandalkan Kostas Tsimikas dan Diogo Jota — dua nama yang langsung mengubah jalannya pertandingan hanya dalam hitungan menit setelah masuk dari bangku cadangan.
Arsenal sempat mencium peluang, memperkecil jarak lewat kemenangan di derbi London Utara melawan Spurs. Tapi harapan The Gunners hanya bertahan sebentar. Di Brentford, Darwin Núñez menjadi pahlawan berikutnya dari bangku cadangan, mencetak dua gol dramatis di waktu tambahan dan mengunci kemenangan besar. Hanya berselang beberapa hari, Arsenal terpeleset lagi, membuang keunggulan dua gol di kandang Aston Villa.
Saat itu, pertarungan untuk gelar mulai tampak berat sebelah. Pada 18 Januari, Opta memperkirakan peluang Liverpool untuk merengkuh mahkota Liga Primer mencapai 91,5% — hampir tanpa bayang-bayang ancaman dari Arsenal (8,2%) maupun Manchester City (hanya 0,2%).
Dengan ketajaman strategi Slot dalam membaca momen, Liverpool membuktikan bahwa di musim ini, bukan hanya sebelas starter yang membawa mereka ke puncak — tapi seluruh armada yang siap mengubah hasil dari bangku cadangan.
Saat Ketegangan Menyulut Kekacauan Derbi Merseyside yang Mengubah Dinamika
Malam kelabu di Goodison Park menjadi momen langka ketika Liverpool, yang selama ini tampil tenang di bawah kendali Arne Slot, akhirnya retak. Gol telat James Tarkowski untuk Everton bukan hanya mencuri dua poin penting, tetapi juga mengusik kestabilan The Reds yang selama ini kokoh.
Amarah Slot meledak. Kritik keras kepada wasit Michael Oliver berujung pada larangan dua pertandingan untuk sang pelatih Belanda — tanda bahwa tekanan mulai terasa di Anfield. Seketika, riuhnya Goodison Park berubah menjadi suntikan semangat kecil untuk Arsenal, yang kembali bermimpi memburu gelar.
Dampak dari kekacauan itu pun merembet. Liverpool memang berhasil melewati hadangan Wolves yang tengah berjuang keluar dari zona degradasi, meski dengan performa jauh dari meyakinkan. Namun, ketidakstabilan yang tersisa terbukti mahal saat mereka kembali kehilangan poin di markas Aston Villa.
Dalam musim yang nyaris sempurna, derbi Merseyside menjadi pengingat bahwa bahkan raksasa pun bisa goyah — dan dalam sekejap, segalanya bisa berubah.
Liverpool Sudah Menang Gelar Juara yang Hampir Tertunda
Pada akhir pekan itu, dunia sepak bola tahu gelar juara Liga Primer sudah hampir pasti berada di tangan Liverpool. Meskipun secara resmi belum diumumkan, pergerakan di klasemen sudah mengarah ke sana. Kekalahan Arsenal di kandang sendiri melawan West Ham — ditambah cedera Gabriel Jesus dan Kai Havertz — membuka pintu bagi Liverpool untuk melangkah lebih jauh. Kini, mereka memimpin 11 poin atas The Gunners.
Di Etihad Stadium, sang juara bertahan, Manchester City, berhadapan dengan sang juara baru, Liverpool. Namun, kali ini, cerita berbeda. Di babak pertama, gol dan assist dari Mohamed Salah semakin menegaskan bahwa Liverpool bukan hanya menantang City — mereka benar-benar mengendalikan permainan. Keunggulan itu memperlihatkan dengan jelas bahwa Liverpool jauh lebih siap untuk menjadi juara.
Roy Keane, yang biasanya penuh analisis tajam, tak bisa menyembunyikan kenyataan pahit, “Mereka belum memenangkannya, jelas, tapi mereka sudah melakukannya.” Sementara Gary Neville juga mengakui kenyataan itu, “Semuanya telah berakhir.” Bukan hanya sekedar kata-kata, namun realitas di lapangan berbicara lebih keras dari perkiraan siapa pun.
Pada 23 Februari, Opta memberikan angka yang tak bisa disangkal: peluang Liverpool untuk meraih gelar juara melonjak menjadi 96,7%. Arsenal tersisa dengan hanya 3,3%, dan kemenangan itu sudah terasa sangat dekat.
The 99ers Liverpool di Ujung Tanduk Gelar Juara
Di tengah keraguan yang sempat muncul setelah kekalahan mengejutkan di final Carabao Cup melawan Newcastle dan tersingkirnya mereka di babak 16 besar Liga Champions oleh Paris Saint-Germain, Liverpool tetap berdiri tegak. Dengan keyakinan yang semakin kuat, derbi Merseyside menjadi momen yang mengubah segalanya. Kemenangan penting atas Everton membuka peluang besar bagi The Reds, yang kini memiliki kesempatan 99 persen untuk mengangkat trofi Liga Primer.
Sementara itu, Arsenal masih berjuang untuk tetap dalam perburuan gelar. Kemenangan 2-1 atas Fulham mengurangi jarak mereka menjadi sembilan poin, namun ancaman besar muncul saat Everton, yang dikelola oleh David Moyes, memberikan perlawanan sengit di babak pertama di Anfield. Arsenal, yang kehilangan Bukayo Saka kembali ke lapangan, terancam kehilangan momentum.
Namun, Diogo Jota, dengan ketenangannya yang khas, mencetak gol kemenangan yang membawa Liverpool selangkah lebih dekat ke kesuksesan. Kemenangan itu seolah menjadi penanda bahwa musim ini, meski penuh tantangan, Liverpool sudah hampir mencapainya. Di sisi lain, Arsenal semakin goyah saat kehilangan Gabriel di akhir pertandingan — sebuah pukulan yang memperkecil peluang mereka.
Pada 1 April, Opta memberikan angka yang tak terbantahkan: Liverpool 99% untuk juara, sementara Arsenal hanya memiliki 1% harapan. Semua mata kini tertuju pada The Reds yang sudah hampir mencium gelar, dan hanya satu langkah lagi untuk memastikan status mereka sebagai raja Liga Primer.
Baca Juga :