1920x600-TOP-ID
ID
ID
previous arrow
next arrow

SBOTOP: Pelatih Bhayangkara Kecewa Atas Kontroversi Penalti untuk Arema

Pertandingan antara Bhayangkara FC melawan Arema FC di lanjutan kompetisi Liga 1 Indonesia 2025 meninggalkan cerita panas yang masih hangat diperbincangkan. Laga yang berlangsung di Stadion I Wayan Dipta, Bali, itu berakhir dengan skor imbang 1-1. Namun, bukan hanya hasil pertandingan yang menjadi sorotan, melainkan keputusan wasit yang memberikan hadiah penalti kepada Arema pada menit-menit krusial.

Keputusan itu sontak memicu protes keras dari kubu Bhayangkara, termasuk pelatih kepala mereka yang tak mampu menyembunyikan kekecewaan. Menurutnya, penalti tersebut tidak seharusnya diberikan karena dianggap minim kontak dan lebih terlihat sebagai “drama” dari penyerang Arema. Situasi ini kembali menyalakan perdebatan lama soal kualitas kepemimpinan wasit di Liga 1 yang kerap menjadi bahan kritik dari para pelatih, pemain, hingga suporter.

Jalannya Pertandingan

Sejak awal laga, Bhayangkara tampil cukup solid dengan permainan cepat dari kaki ke kaki. Mereka berhasil unggul lebih dulu di babak pertama lewat gol indah dari penyerang asing andalan mereka. Gol itu lahir dari skema serangan balik yang terorganisir, membuat pertahanan Arema kewalahan menghadapi kecepatan pemain Bhayangkara.

Arema mencoba bangkit di babak kedua. Dengan dukungan ribuan Aremania yang memadati stadion, Singo Edan menggempur pertahanan Bhayangkara. Meski beberapa peluang tercipta, kiper Bhayangkara tampil gemilang dengan sejumlah penyelamatan krusial.

Drama terjadi pada menit ke-82, ketika salah satu penyerang Arema terjatuh di kotak penalti setelah duel dengan bek Bhayangkara. Wasit tanpa ragu menunjuk titik putih, meskipun tayangan ulang memperlihatkan bahwa kontak yang terjadi sangat minim. Keputusan itu langsung menuai protes keras dari para pemain Bhayangkara. Pelatih mereka pun tampak emosional di pinggir lapangan, bahkan hampir diganjar kartu oleh ofisial keempat karena terlalu vokal.

Arema akhirnya berhasil menyamakan kedudukan lewat eksekusi penalti tersebut. Skor 1-1 bertahan hingga peluit panjang dibunyikan, meninggalkan rasa pahit bagi Bhayangkara yang merasa kemenangan sudah di depan mata.

Reaksi Pelatih Bhayangkara

Dalam konferensi pers pasca pertandingan, pelatih Bhayangkara tidak bisa menyembunyikan kekecewaannya. Ia menilai keputusan wasit merusak momentum positif yang sudah dibangun timnya.

“Saya sangat kecewa dengan keputusan itu. Pemain kami sudah bekerja keras sepanjang pertandingan, dan harusnya kami bisa pulang dengan tiga poin. Tapi semua buyar karena keputusan yang menurut saya sangat keliru,” ungkap sang pelatih dengan wajah penuh emosi.

Ia juga menyoroti pentingnya penggunaan teknologi pendukung seperti VAR (Video Assistant Referee) di Liga 1. Menurutnya, andai ada VAR, keputusan kontroversial seperti ini bisa dihindari.

“Sepak bola modern sudah banyak menggunakan teknologi. Kalau Liga 1 ingin maju, hal seperti ini harus segera dipikirkan. Pemain sudah berjuang mati-matian, tapi kalau keputusan wasit seperti ini, rasanya tidak adil,” tambahnya.

Perspektif Wasit dan Pihak Arema

Meski menuai kritik keras, wasit yang memimpin pertandingan tetap pada pendiriannya. Ia mengklaim melihat adanya kontak antara bek Bhayangkara dan penyerang Arema, sehingga keputusan memberikan penalti adalah hal yang sah.

Sementara itu, pelatih Arema memiliki pandangan berbeda. Ia menyebut keputusan itu sudah sesuai, bahkan memuji keberanian wasit.

“Kalau dilihat dari lapangan, pemain kami jelas terjatuh karena ada kontak. Wasit berada dekat dengan situasi itu, jadi saya rasa keputusannya tepat. Kami bersyukur bisa menyamakan kedudukan,” ujar pelatih Arema.

Komentar ini tentu saja semakin memanaskan suasana, mengingat Bhayangkara merasa dirugikan.

Kontroversi Penalti Masalah Lama di Liga 1

Kasus kontroversi penalti ini bukanlah hal baru di sepak bola Indonesia. Dalam beberapa musim terakhir, keluhan tentang kualitas wasit selalu muncul. Dari keputusan offside, pelanggaran, hingga penalti, semuanya kerap menjadi bahan perdebatan.

Banyak pengamat menilai bahwa masalah ini berasal dari kurangnya pelatihan intensif bagi wasit, serta minimnya penggunaan teknologi pendukung. Di liga-liga top dunia, VAR sudah menjadi standar untuk meminimalisasi kesalahan. Namun, di Indonesia, implementasi teknologi tersebut masih terbentur berbagai kendala, baik teknis maupun finansial.

Tak jarang, keputusan wasit yang dianggap kontroversial memicu kericuhan di lapangan maupun tribun. Kondisi ini tentu merugikan citra sepak bola Indonesia yang sedang berusaha membangun reputasi lebih baik di kancah internasional.

Dampak bagi Bhayangkara

Hasil imbang akibat kontroversi penalti ini membuat Bhayangkara kehilangan momentum penting. Tiga poin yang seharusnya mereka raih justru berubah menjadi satu poin saja. Situasi ini berdampak langsung pada posisi mereka di klasemen sementara.

Bhayangkara saat ini sedang berjuang keluar dari papan bawah. Tambahan dua poin tentu sangat berarti untuk mendekatkan mereka ke zona aman. Namun, dengan hasil imbang ini, perjuangan mereka menjadi semakin berat.

Selain itu, secara psikologis, pemain Bhayangkara merasa frustasi karena kerja keras mereka seolah tidak dihargai. Sang pelatih menekankan bahwa motivasi tim tidak boleh luntur, meskipun rasa kecewa masih membekas.

Dampak bagi Arema

Di sisi lain, hasil imbang ini memberi sedikit kelegaan bagi Arema. Meski tampil kurang efektif sepanjang laga, mereka tetap bisa menyelamatkan satu poin di kandang. Bagi Aremania, hasil ini tentu lebih baik daripada menelan kekalahan.

Namun, kontroversi penalti membuat Arema juga mendapat sorotan negatif. Beberapa pihak menilai kemenangan atau hasil positif yang diraih melalui keputusan wasit kontroversial akan menodai sportivitas.

Arema sendiri berusaha menghindari polemik lebih lanjut dengan fokus pada pertandingan berikutnya. Mereka menegaskan bahwa apa pun hasilnya adalah bagian dari sepak bola, dan semua tim pasti pernah mengalami situasi serupa.

Suara dari Suporter

Tak hanya pelatih dan pemain, suporter Bhayangkara pun meluapkan kekecewaan mereka di media sosial. Tagar #KeadilanUntukBhayangkara sempat menjadi tren di platform X (Twitter), dengan ribuan cuitan yang mengecam kualitas wasit Liga 1.

Sebaliknya, Aremania membela tim mereka dengan menyatakan bahwa keputusan wasit tidak bisa diubah. Mereka menegaskan bahwa sebagai tuan rumah, Arema wajar mendapat tekanan ekstra di kotak penalti lawan.

Perbedaan pandangan ini menambah panas rivalitas kedua kelompok suporter, meskipun sebagian besar berharap agar perdebatan tidak berujung pada konflik fisik di luar lapangan.

Analisis Taktis

Jika dilihat dari aspek taktik, Bhayangkara sebenarnya tampil lebih disiplin. Mereka sukses menutup ruang gerak lini tengah Arema dan mengandalkan serangan balik cepat. Gol pertama mereka lahir dari pola permainan tersebut.

Namun, kelemahan Bhayangkara terlihat di menit-menit akhir, di mana intensitas Arema semakin tinggi. Para pemain Bhayangkara cenderung bertahan terlalu dalam, sehingga memberi kesempatan lawan mendominasi. Kondisi inilah yang akhirnya membuka peluang kontroversial di kotak penalti.

Dari sisi Arema, meski tampil dominan di babak kedua, mereka kurang kreatif dalam menciptakan peluang bersih. Tanpa penalti tersebut, besar kemungkinan mereka gagal mencetak gol penyama kedudukan.

Perlunya VAR di Liga 1

Kontroversi ini kembali memunculkan tuntutan agar VAR segera diterapkan di Liga 1. Banyak pihak meyakini bahwa teknologi tersebut bisa mengurangi protes keras dan menjaga integritas kompetisi.

Meski demikian, implementasi VAR membutuhkan biaya besar dan infrastruktur memadai. Federasi sepak bola Indonesia (PSSI) masih menimbang kesiapan stadion dan perangkat teknis yang diperlukan. Beberapa pengamat menyarankan agar VAR diuji coba secara bertahap di pertandingan penting sebelum diterapkan secara penuh.

Jika Liga 1 ingin meningkatkan kualitas dan bersaing dengan liga-liga Asia lainnya, penggunaan VAR tampaknya menjadi kebutuhan mendesak.

Harapan Pelatih Bhayangkara

Meski kecewa, pelatih Bhayangkara tetap mencoba berpikir positif. Ia berharap insiden ini bisa menjadi pelajaran bagi semua pihak.

“Kami hanya ingin sepak bola Indonesia lebih baik. Bukan hanya Bhayangkara, semua tim berhak mendapat keputusan yang adil. Semoga ke depan ada perbaikan,” ujarnya.

Ia juga meminta para pemain untuk segera melupakan kekecewaan dan fokus pada laga berikutnya. Menurutnya, perjalanan liga masih panjang dan Bhayangkara masih punya kesempatan untuk bangkit.

Baca Juga:

TAGS:
CLOSE