Musim 2024/25 menjadi babak penuh gejolak bagi AS Roma, salah satu klub paling bersejarah di Serie A Italia. Di tengah ketidakstabilan dan krisis performa, Roma mengalami pergantian pelatih yang cukup dramatis—sebuah situasi yang jarang terjadi dalam skala sebesar ini.
Awal musim dimulai dengan Daniele De Rossi sebagai pelatih kepala, namun perjalanan kariernya bersama Giallorossi harus berakhir lebih cepat dari yang diharapkan. Ivan Juric hadir menggantikan posisi tersebut, tetapi sayangnya, perubahan itu tidak langsung membawa hasil positif. Serangkaian kekalahan terus membayangi Roma, yang akhirnya tenggelam di zona merah klasemen.
Di tengah tekanan yang semakin membesar, manajemen klub mengambil langkah drastis dengan memanggil kembali Claudio Ranieri, pelatih veteran yang pernah memimpin Roma pada dua periode sebelumnya, yaitu 2009–2011 dan 2019. Kembalinya Ranieri di bulan November seolah menjadi titik terang di tengah kegelapan musim yang penuh tantangan.
Perubahan Dramatis Bersama Ranieri
Ranieri resmi kembali ke kursi pelatih pada 14 November 2024, ketika Roma sedang terjebak dalam krisis dan terancam degradasi. Namun, kehadirannya membawa angin segar. Dalam waktu singkat, ia berhasil membangkitkan semangat tim yang hampir patah dan membawa Roma mencatatkan rekor impresif: 19 pertandingan tanpa kekalahan. Perlahan tapi pasti, klub ibu kota ini kembali merangkak naik dan memperlihatkan taji dalam perburuan tiket Liga Champions.
Meski begitu, tak semua berjalan mulus. Pada pekan ke-36, Roma menelan kekalahan menyakitkan 1-2 dari Atalanta yang sempat mengancam peluang mereka. Namun, mentalitas juara Ranieri tetap terjaga, ditunjukkan lewat kemenangan 3-1 atas AC Milan di pekan terakhir, sekaligus menjadi pertandingan pamungkasnya di Stadio Olimpico.
“Terima kasih atas dukungan kalian semua. Enam puluh tahun lalu saya berdiri di tribun bersama kalian, dan kini saya kembali mengharapkan dukungan untuk langkah terakhir ini,” ungkap Ranieri penuh haru usai pertandingan, seperti dilansir Football Italia.
Penghormatan Penuh Emosi dari Romanista
Usai laga, seluruh pendukung Roma memberikan penghormatan khusus untuk Ranieri. Sebuah parade kehormatan digelar di lapangan sebagai bentuk terima kasih atas dedikasi dan perjuangannya bersama klub. Suasana penuh haru terasa kental di Stadio Olimpico.
Ranieri mengaku bangga dan tersentuh oleh penghormatan tersebut. “Dihargai oleh orang-orang yang sangat saya cintai adalah kebahagiaan yang luar biasa,” katanya dalam wawancara pasca-pertandingan.
Sebelum pertandingan dimulai, para fans di Curva Sud menampilkan koreografi besar dengan pesan ucapan terima kasih yang memenuhi tribun. Ranieri pun tak bisa menyembunyikan emosinya, “Saya sampai berharap wasit cepat meniup peluit karena rasanya sangat berat menahan perasaan ini.”
Kerja Keras dan Ketulusan Sang Pelatih
Ranieri menegaskan bahwa dirinya tidak pernah memasang target muluk untuk timnya. “Saya percaya pada kerja keras dan mental yang kuat, bukan pada target semata. Yang penting adalah bagaimana kita merespons setiap kemenangan atau kekalahan,” ujarnya.
Walaupun Roma berada di posisi kelima dan masih harus berharap rival tergelincir, Ranieri tetap percaya pada perjuangan tim. “Kami akan menghadapi Torino dengan karakter kami, lalu kita lihat hasil akhirnya,” katanya tenang.
Ia juga mengenang bagaimana para pemain setia mendukungnya sejak awal kedatangannya kembali. “Mereka tahu siapa saya, dan saya meminta mereka untuk berdiri bersama saya karena saya tidak bisa melakukannya sendirian.”
Penutup dari sosok pelatih tua ini sangat menginspirasi. “Mencapai rekor 19 pertandingan tanpa kalah adalah pencapaian yang sangat berharga dan membanggakan. Ini adalah warisan saya untuk Roma — datang untuk menyelamatkan dan pergi dengan kepala tegak.”
Musim 2024/25 Roma memang penuh liku, namun kehadiran Ranieri membuktikan bahwa dengan kerja keras dan semangat juang, sebuah klub besar bisa bangkit dari keterpurukan dan meninggalkan jejak yang membekas dalam sejarah.
BACA JUGA :