Kembalinya Stefano Lilipaly ke pangkuan Timnas Indonesia mengundang banyak reaksi dari publik sepak bola nasional. Setelah beberapa tahun tidak mengenakan seragam Merah Putih, pemain yang akrab disapa Fano itu dipanggil kembali untuk memperkuat skuad Garuda di ajang internasional. Uniknya, di tengah berbagai spekulasi dan komentar beragam dari netizen, justru para legenda timnas menyambutnya dengan tangan terbuka. Mereka menegaskan tidak ada masalah dengan kembalinya sang pengatur serangan, bahkan menyebut kehadiran Lilipaly sebagai berkah tersendiri.
Lilipaly Sang Pengatur Serangan yang Tak Pernah Redup
Stefano Janite Lilipaly bukan nama asing di sepak bola Indonesia. Pemain kelahiran Arnhem, Belanda ini pertama kali membela Timnas Indonesia pada 2013, namun namanya melejit saat Piala AFF 2016. Golnya ke gawang Singapura di fase grup menjadi titik balik Timnas Indonesia saat itu hingga akhirnya mencapai final. Peran sentral Lilipaly di lini tengah membuatnya dijuluki sebagai “pengatur serangan” yang lincah, kreatif, dan penuh kejutan.
Meski dalam beberapa tahun terakhir ia tidak masuk dalam skuad utama, performa Lilipaly di level klub tak pernah mengecewakan. Ia menjadi andalan di Bali United, kemudian tampil konsisten bersama Borneo FC Samarinda. Statistiknya mencatat kontribusi besar, baik dari gol maupun assist.
Konsistensi ini pula yang membuat pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong, akhirnya meliriknya kembali. Keputusan ini dianggap mengejutkan, tapi sekaligus menunjukkan bahwa kualitas tetap menjadi tolok ukur utama dalam pemanggilan pemain.
Sambutan Positif dari Para Legenda Timnas
Salah satu tokoh yang menyambut baik kembalinya Lilipaly adalah legenda hidup Timnas Indonesia, Kurniawan Dwi Yulianto. Mantan striker berjuluk “Si Kurus” ini mengatakan bahwa tak ada alasan untuk mempermasalahkan pemanggilan kembali Lilipaly.
“Sepak bola itu soal performa. Kalau seorang pemain tampil konsisten dan bisa memberikan kontribusi, kenapa tidak dipanggil lagi? Lilipaly punya pengalaman dan kualitas. Kita harus bersyukur dia mau kembali membela Indonesia,” ujar Kurniawan.
Senada dengan Kurniawan, legenda lainnya, Firman Utina, juga menilai Lilipaly adalah sosok yang sangat dibutuhkan dalam skuad Garuda saat ini. Firman yang dulu juga berperan sebagai gelandang serang menilai, kreativitas Lilipaly adalah sesuatu yang sulit digantikan.
“Dia itu pemain yang punya visi. Cara dia melihat celah, memberikan umpan, bahkan mencetak gol, sangat istimewa. Di saat kita butuh pemain dengan kreativitas tinggi di tengah, Lilipaly bisa jadi jawaban,” kata Firman.
Menurut Firman, penting bagi publik sepak bola Indonesia untuk tidak terlalu terburu-buru menilai keputusan pelatih. “Biarkan pelatih menilai berdasarkan kebutuhan tim. Kalau memang Lilipaly bisa mengangkat performa tim, kenapa harus diragukan?”
Tak Ada Dendam Masa Lalu
Salah satu isu yang sempat menyeruak adalah alasan mengapa Lilipaly tidak dipanggil beberapa tahun ke belakang. Rumor menyebutkan adanya ketidakharmonisan antara Lilipaly dan staf pelatih atau bahkan federasi. Namun, dalam wawancara terbaru, Lilipaly menegaskan bahwa ia tidak pernah menutup pintu untuk Timnas.
“Saya selalu siap jika negara memanggil. Dulu mungkin situasinya belum tepat. Sekarang saya merasa sangat termotivasi dan siap memberikan yang terbaik,” ujar Lilipaly.
Pernyataan ini sekaligus menepis anggapan bahwa ada konflik internal yang membuatnya absen. Bahkan, pelatih Shin Tae-yong juga menyampaikan bahwa pemanggilan Lilipaly adalah murni berdasarkan kebutuhan taktik dan penilaian objektif atas performanya di klub.
“Kami butuh pemain yang bisa mengatur ritme permainan, dan Lilipaly punya itu. Dia juga bisa main di beberapa posisi, jadi fleksibilitasnya sangat membantu tim,” ungkap Shin.
Integrasi dengan Skuad Muda Timnas
Timnas Indonesia saat ini dipenuhi banyak pemain muda seperti Marselino Ferdinan, Rafael Struick, dan Justin Hubner. Kehadiran pemain senior seperti Lilipaly bisa memberikan keseimbangan antara pengalaman dan semangat muda.
Legenda lain, Bambang Pamungkas, menyoroti pentingnya peran senior dalam membimbing pemain muda.
“Kalau kamu punya pemain muda yang berbakat, itu bagus. Tapi kalau mereka bisa belajar langsung dari pemain senior yang sudah kenyang pengalaman, itu akan mempercepat proses kematangan mereka. Lilipaly bisa jadi mentor di lapangan, bukan hanya bermain tapi membimbing,” kata Bambang.
Integrasi semacam ini bukan hal baru dalam sepak bola modern. Banyak tim nasional sukses mengombinasikan pemain muda dan senior dalam satu skuad. Indonesia pun bisa meniru formula ini untuk menciptakan kestabilan tim di tengah transisi generasi.
Reaksi Netizen Terbelah Tapi Tak Menyulut Api
Media sosial selalu menjadi arena opini publik, dan pemanggilan Lilipaly tentu tidak luput dari sorotan. Ada yang menyambut positif, namun tak sedikit yang mempertanyakan mengapa pemain yang sempat absen bisa kembali dipanggil, sementara beberapa pemain muda lain tidak mendapat kesempatan.
Namun, seiring berjalannya waktu, banyak dari mereka yang perlahan mulai menerima keputusan tersebut, terutama setelah melihat performa Lilipaly yang tetap prima bersama klubnya.
Salah satu cuitan yang viral menulis:
“Kalau masih jago, masih layak main, ya dipanggil aja. Nggak usah drama. Kita butuh pemain yang bisa bantu menang.”
Bahkan, tagar #WelcomeBackFano sempat menjadi trending di X (dulu Twitter), sebagai bentuk antusiasme fans terhadap kembalinya Lilipaly.
Statistik Lilipaly yang Masih Mentereng
Untuk mendukung argumen bahwa pemanggilan Lilipaly adalah keputusan logis, mari kita lihat statistiknya:
Musim 2024/2025 (bersama Borneo FC):
- Pertandingan: 27
- Gol: 9
- Assist: 11
- Peluang tercipta per laga: 2,4
- Akurasi umpan: 84%
Angka-angka ini menunjukkan bahwa Lilipaly bukan hanya masih layak, tapi juga berada di atas rata-rata banyak gelandang serang lokal. Kontribusinya nyata dan terukur.
Peran Taktis dalam Formasi Shin Tae-yong
Dalam skema 3-4-3 atau 4-2-3-1 yang biasa digunakan Shin Tae-yong, Lilipaly bisa ditempatkan sebagai gelandang serang (nomor 10), sayap kiri, atau bahkan gelandang tengah. Fleksibilitas ini menjadi nilai tambah tersendiri.
Selain bisa mengatur tempo, ia juga dikenal sebagai pemain yang rajin menjemput bola, tidak egois, dan punya kemampuan bola mati yang mumpuni. Semua atribut ini cocok dengan gaya permainan cepat dan terstruktur yang diinginkan Shin.
Dalam sesi latihan, pelatih asal Korea Selatan itu terlihat memberi perhatian khusus pada kombinasi Lilipaly dengan Marselino dan Rafael Struick. Kombinasi ini dinilai bisa membongkar pertahanan lawan dengan cepat dan efektif.
Target di Depan Mata Lolos Putaran Keempat Kualifikasi Piala Dunia
Kembalinya Lilipaly bukan hanya simbol nostalgia, tapi juga bagian dari strategi jangka pendek. Indonesia sedang bersaing ketat di putaran kedua Kualifikasi Piala Dunia 2026. Pertandingan melawan China dan Jepang akan menentukan nasib skuad Garuda.
Pelatih butuh pemain yang matang, tidak gentar bermain di bawah tekanan, dan bisa membuat keputusan cepat. Lilipaly, dengan segala pengalamannya, menjadi pilihan ideal untuk laga-laga penting tersebut.
Legenda lain, Ponaryo Astaman, mengakui bahwa Lilipaly bisa menjadi “faktor X”.
“Di pertandingan yang keras dan krusial, kamu butuh pemain yang bisa bikin keputusan cerdas dalam sepersekian detik. Itu Lilipaly. Dia pernah ada di situasi seperti ini. Pengalaman semacam itu mahal,” jelas Ponaryo.
Profesionalisme yang Tak Pernah Luntur
Satu hal yang juga menjadi perhatian dari para legenda dan pelatih adalah profesionalisme Lilipaly. Meski tak lagi muda, semangatnya tetap menyala. Ia menjaga kebugaran, disiplin dalam latihan, dan tak pernah membuat kontroversi di luar lapangan.
Dalam salah satu unggahan Instagram, ia menulis:
“Saya tidak muda lagi, tapi semangat saya untuk bermain dan menang untuk Indonesia tidak pernah berkurang. Terima kasih atas kepercayaan ini. Ayo kita berjuang bersama.”
Ungkapan ini menjadi bukti bahwa dirinya masih punya motivasi besar untuk memberikan kontribusi terbaik, bukan sekadar ‘comeback’ belaka.
Baca Juga: