1920x600-TOP-ID
ID
ID
previous arrow
next arrow

SBOTOP Sekjen PSSI Resah: Rumor Jepang Keluar dari AFC Guncang Sepak Bola Asia

Isu mengejutkan tengah mengguncang dunia sepak bola Asia. Dalam beberapa minggu terakhir, beredar kabar bahwa Federasi Sepak Bola Jepang (JFA) tengah mempertimbangkan untuk keluar dari keanggotaan Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) dan bergabung ke konfederasi lain, bahkan disebut-sebut tertarik untuk menjadi bagian dari UEFA (Eropa).
Rumor ini langsung menimbulkan reaksi berantai di berbagai negara Asia, termasuk Indonesia. Sekretaris Jenderal (Sekjen) PSSI, Yunus Nusi, mengaku terkejut dan resah dengan kabar tersebut, mengingat Jepang adalah salah satu pilar utama dalam sistem kompetisi, pengembangan, dan reputasi sepak bola Asia selama beberapa dekade terakhir.

Kabar tersebut bukan hanya menciptakan spekulasi, tetapi juga menimbulkan pertanyaan mendasar: apa dampaknya bagi sepak bola Asia jika Jepang benar-benar keluar dari AFC?

Asal Mula Rumor yang Menghebohkan

Isu hengkangnya Jepang dari AFC berawal dari laporan media olahraga Jepang yang menyebut bahwa JFA sedang meninjau ulang hubungan dan posisi mereka di tingkat konfederasi.
Beberapa sumber internal mengungkapkan ketidakpuasan terhadap struktur kompetisi AFC, terutama dalam hal pembagian hak siar, kualitas turnamen, dan tingkat profesionalisme manajemen.

Dalam laporan yang sama, disebutkan bahwa beberapa petinggi JFA merasa sepak bola Jepang sudah “terlalu maju” dibandingkan banyak negara anggota AFC lainnya, sehingga mereka mulai mempertimbangkan opsi kerja sama lebih luas dengan Eropa.

Walau belum ada pernyataan resmi dari JFA, rumor ini langsung menyebar luas. Media di Korea Selatan, Tiongkok, hingga Australia mulai membahas kemungkinan besar Jepang mencari tantangan baru di luar Asia.

“Ini bukan sekadar isu administratif. Jika Jepang benar-benar keluar, sepak bola Asia akan kehilangan salah satu kekuatan terbesar yang selama ini menjadi tolok ukur,” ujar analis sepak bola Asia, Takumi Oda, kepada NHK Sports.

Reaksi Cepat dari Sekjen PSSI

Di Indonesia, kabar ini langsung sampai ke telinga Sekjen PSSI, Yunus Nusi, yang menyatakan kekhawatirannya terhadap dampak besar yang mungkin timbul.
Dalam wawancara bersama beberapa media nasional, Yunus menyebut bahwa langkah Jepang, bila benar terjadi, bisa mengubah peta kekuatan sepak bola Asia secara drastis.

“Kami sangat resah mendengar kabar ini. Jepang adalah salah satu motor utama pengembangan sepak bola Asia. Jika mereka keluar, AFC akan kehilangan banyak hal, bukan hanya prestasi, tapi juga sistem dan reputasi global,” kata Yunus.

Ia juga menambahkan bahwa Jepang selama ini menjadi mitra penting PSSI dalam program pembinaan pemain muda, pelatih, dan teknologi olahraga. Banyak pelatih Indonesia mengikuti kursus lisensi di Jepang, sementara klub-klub J.League juga rutin bekerja sama dengan klub-klub Indonesia.

“Kami masih menunggu klarifikasi resmi dari pihak JFA maupun AFC. Tapi jelas, kalau rumor ini benar, ini bukan hanya urusan Jepang — seluruh Asia akan merasakannya,” tambahnya.

Jepang Pilar dan Inspirasi Sepak Bola Asia

Sejak awal 1990-an, Jepang menjadi model utama perkembangan sepak bola modern di Asia.
Didukung oleh manajemen profesional dan visi jangka panjang, JFA berhasil membangun liga domestik (J.League) yang kini menjadi salah satu liga terbaik di dunia.

Keberhasilan Jepang juga tercermin dari prestasi tim nasional mereka di panggung internasional.

  • 5 kali juara Piala Asia (1992, 2000, 2004, 2011, 2023)
  • Kehadiran rutin di Piala Dunia sejak 1998
  • Kesuksesan di level junior dan wanita (Timnas Jepang Putri juara dunia 2011)

Selain itu, Jepang memiliki infrastruktur dan sistem pembinaan usia muda yang menjadi acuan negara-negara Asia lain, termasuk Indonesia. Akademi sepak bola, sport science, dan integrasi antara pendidikan serta olahraga di Jepang membuat mereka menjadi contoh ideal pembangunan sepak bola berkelanjutan.

Dengan posisi sekuat itu, wajar jika kabar tentang kepergian Jepang dari AFC dianggap sebagai guncangan besar yang bisa mengubah tatanan sepak bola Asia.

Dampak Langsung Jika Jepang Keluar dari AFC

Jika skenario terburuk benar terjadi dan Jepang meninggalkan AFC, konsekuensinya akan sangat luas, baik dari sisi kompetisi, ekonomi, hingga reputasi.

  • Penurunan Kualitas Kompetisi

Tanpa Jepang, level kompetitif turnamen seperti AFC Asian Cup dan AFC Champions League akan menurun drastis. Klub-klub J.League yang sering menjadi juara atau semifinalis akan hilang, mengurangi daya tarik dan standar permainan.

  • Kerugian Finansial

Jepang merupakan kontributor besar dalam hal sponsor dan hak siar televisi AFC. Beberapa perusahaan besar asal Jepang seperti Panasonic, Sony, dan Yokohama Tires selama ini menjadi sponsor tetap berbagai ajang AFC.
Jika Jepang keluar, potensi kerugian finansial bagi AFC bisa mencapai jutaan dolar setiap tahunnya.

  • Kehilangan Reputasi Global

Jepang dikenal sebagai wajah sepak bola Asia di dunia. Mereka punya kredibilitas dan pengaruh besar di FIFA. Kepergian mereka bisa menurunkan reputasi AFC sebagai konfederasi kompetitif.
Ini bisa berdampak pada peluang Asia dalam mendapatkan slot tambahan di Piala Dunia atau proyek kolaborasi global lainnya.

  • Efek Domino ke Negara Lain

Keluarnya Jepang bisa memicu negara lain dengan infrastruktur kuat — seperti Korea Selatan atau Australia — untuk mempertimbangkan langkah serupa.
Jika itu terjadi, maka AFC akan kehilangan daya tarik dan kredibilitas sebagai organisasi regional.

Mengapa Jepang Diduga Tak Puas dengan AFC

Meski belum ada pernyataan resmi, sejumlah pengamat menilai Jepang mulai frustrasi dengan beberapa kebijakan AFC.

Pertama, masalah transparansi dan efisiensi manajemen.
Beberapa keputusan strategis AFC, termasuk pembagian hak siar, dianggap tidak adil bagi negara-negara maju secara ekonomi dan prestasi. Jepang merasa kontribusi mereka tidak sebanding dengan pengaruh yang diberikan dalam pengambilan keputusan.

Kedua, kurangnya kompetisi yang menantang.
Beberapa klub Jepang merasa kualitas kompetisi di AFC Champions League tidak lagi memberikan tantangan signifikan. Dominasi tim Jepang dan Korea dalam beberapa tahun terakhir menimbulkan rasa jenuh, terutama di babak awal turnamen.

Ketiga, ambisi global JFA.
Jepang punya ambisi besar untuk menjadikan sepak bola sebagai salah satu industri utama di negaranya. Dengan infrastruktur dan teknologi yang sudah sangat maju, mereka ingin bersaing langsung dengan Eropa — bukan hanya Asia.

“JFA bukan ingin meninggalkan Asia karena sombong, tapi karena ingin berkembang di level lebih tinggi. Mereka ingin mengukur diri dengan standar Eropa,” ujar jurnalis olahraga Jepang, Ryo Takahashi, dalam podcast Football Nippon.

Posisi AFC Antara Tegas dan Diplomatis

Pihak AFC hingga kini masih belum mengeluarkan pernyataan resmi terkait isu ini. Namun, seorang sumber internal dari AFC yang dikutip oleh media Qatar menyebut bahwa mereka sedang memantau situasi dan siap melakukan dialog diplomatis dengan JFA.

AFC tentu memahami betapa vitalnya posisi Jepang dalam struktur sepak bola Asia. Selain sebagai anggota berpengaruh, Jepang juga menjadi pionir dalam pengembangan teknologi VAR, lisensi kepelatihan, dan sistem akademi.

Beberapa pejabat AFC disebut telah mengontak langsung JFA untuk memastikan kabar tersebut tidak berkembang menjadi keputusan politik.
Mereka berharap dapat menawarkan reformasi sistem manajemen dan kompetisi agar semua pihak merasa diuntungkan.

Reaksi dari Negara-Negara Asia Lain

Kabar ini juga mendapat reaksi cepat dari berbagai federasi di Asia.

  • Korea Selatan (KFA) menyatakan bahwa mereka akan “sangat kecewa” jika Jepang benar-benar hengkang, karena rivalitas sehat antar dua negara selama ini justru menjadi pendorong kemajuan bersama.
  • Australia (FFA) menilai keputusan seperti itu harus dipertimbangkan dengan hati-hati, karena akan mengubah keseimbangan kompetisi di Asia.
  • Vietnam dan Thailand juga menyoroti pentingnya Jepang sebagai mentor dalam pengembangan sepak bola kawasan.

Bagi Indonesia, seperti diungkapkan Yunus Nusi, kepergian Jepang akan menjadi kehilangan besar bagi proses pembinaan.

“Kami banyak belajar dari sistem Jepang. Jika mereka keluar dari AFC, kami kehilangan rekan strategis yang selama ini membantu banyak dalam peningkatan SDM sepak bola,” ujarnya.

Dampak terhadap Indonesia dan ASEAN

Secara langsung, Indonesia akan terkena dampak besar jika Jepang meninggalkan AFC.
Pertama, kerja sama teknis seperti program pelatih muda dan pertukaran pemain akan terganggu. PSSI selama ini menjalin kemitraan dengan beberapa klub J.League, seperti Tokyo Verdy dan Cerezo Osaka, dalam pengiriman pemain muda Indonesia.

Kedua, dalam konteks kompetisi, klub-klub ASEAN akan kehilangan kesempatan berharga untuk menghadapi tim sekelas Urawa Reds, Kawasaki Frontale, atau Yokohama F. Marinos yang selama ini memberi pengalaman penting bagi klub Asia Tenggara.

Ketiga, proyek lisensi pelatih AFC yang banyak mengadopsi sistem Jepang juga akan terdampak.
Banyak pelatih muda Indonesia menimba ilmu di JFA Academy dan mendapatkan sertifikasi dari instruktur Jepang. Jika Jepang keluar, PSSI harus mencari mitra baru dengan standar serupa, yang tentu tidak mudah.

Analisis Apakah Jepang Benar-Benar Akan Pergi

Beberapa pengamat menilai peluang Jepang benar-benar meninggalkan AFC masih kecil.
Langkah seperti itu akan membutuhkan izin resmi dari FIFA, dan prosesnya bisa sangat rumit.
Selain itu, perpindahan konfederasi akan berdampak langsung pada status kompetisi domestik, jadwal internasional, hingga slot Piala Dunia.

Bergabung ke UEFA, misalnya, bukan langkah yang mudah. Jepang harus mendapatkan persetujuan mayoritas anggota UEFA, serta menyesuaikan kalender kompetisi Eropa yang sangat padat.

Namun, rumor ini bisa jadi adalah “tekanan diplomatis” agar AFC memperbaiki sistemnya.
Dengan memunculkan isu keluar, Jepang mungkin ingin menegosiasikan reformasi besar-besaran dalam struktur manajemen, transparansi, dan hak ekonomi di tingkat Asia.

“Saya rasa ini lebih ke strategi politik sepak bola. Jepang ingin memastikan suaranya lebih didengar,” ujar analis olahraga internasional, Hassan Al-Rahim, dari Doha Sports Network.

Baca Juga:

TAGS:
CLOSE