Liga 1 Indonesia 2024/2025 telah memasuki fase krusial. Di tengah euforia perebutan gelar juara dan tiket ke kompetisi Asia, ada narasi lain yang tak kalah dramatis: perjuangan tiga tim besar untuk bertahan hidup di kasta tertinggi sepak bola nasional. Semen Padang, PSS Sleman, dan Barito Putera menjadi “tiga serangkai dalam bahaya”, terjebak di dasar klasemen dan dihantui mimpi buruk degradasi.
Ketiganya bukan tim sembarangan. Mereka memiliki sejarah, basis suporter fanatik, serta peran penting dalam peta sepak bola Indonesia. Namun musim ini, badai hasil buruk, inkonsistensi performa, hingga faktor teknis dan non-teknis menyeret mereka ke situasi genting. Berikut adalah gambaran lengkap perjuangan tiga tim tersebut dalam upaya mereka menghindari jurang degradasi.
Semen Padang Kebangkitan yang Tertunda
Semen Padang sempat menghilang dari Liga 1, namun berhasil kembali berkat performa solid di Liga 2. Kembalinya Kabau Sirah disambut antusias oleh para pendukung fanatiknya, Urang Awak. Namun, harapan tinggi itu belum dibarengi dengan hasil memuaskan.
- Statistik Buruk dan Masalah Efektivitas
Hingga pekan ke-32, Semen Padang hanya mampu meraih 5 kemenangan, 9 imbang, dan menderita 18 kekalahan. Dengan torehan 24 poin, mereka bertengger di posisi ke-17 klasemen, hanya unggul tipis dari juru kunci.
Masalah utama Semen Padang terletak pada lini serang yang tumpul. Mereka menjadi salah satu tim dengan jumlah gol terendah musim ini. Kelemahan dalam transisi dari bertahan ke menyerang serta buruknya penyelesaian akhir menjadi momok yang sulit diatasi.
- Perjuangan Pelatih dan Tekanan Publik
Pelatih kepala Semen Padang, Delfiadri, mengakui bahwa tekanan besar datang tidak hanya dari manajemen, tetapi juga dari suporter yang menginginkan hasil instan. “Kami sadar harapan besar dari publik Padang. Tapi membangun tim kompetitif tidak bisa dilakukan dalam semalam,” ujarnya dalam konferensi pers usai laga imbang melawan Persik Kediri.
Kini, dua laga tersisa akan menjadi ujian terbesar bagi Semen Padang. Mereka harus menang dan berharap tim lain di zona bawah terpeleset. Misi bertahan hidup ini menjadi harga mati demi menyelamatkan martabat klub legendaris ini.
PSS Sleman Super Elja di Ujung Tanduk
PSS Sleman menjadi salah satu klub dengan basis suporter paling militan di Indonesia: Slemania dan BCS (Brigata Curva Sud). Atmosfer stadion Maguwoharjo selalu panas dan menggema. Namun sayangnya, semangat suporter belum mampu mengangkat performa tim secara konsisten.
- Awal Musim yang Buruk
PSS memulai musim dengan performa inkonsisten. Beberapa hasil mengejutkan di awal musim sempat memberikan harapan, namun ketidakstabilan performa terus menghantui. Hingga pekan ke-32, PSS mengumpulkan 28 poin, berada di peringkat ke-16 — batas akhir zona degradasi.
Meski demikian, kemenangan dramatis 2-1 atas Persija Jakarta menjadi suntikan moral besar. Kemenangan itu bukan hanya soal angka, tetapi simbol bahwa Super Elja belum menyerah.
- Rotasi Pelatih dan Harapan Baru
PSS mengalami pergantian pelatih di tengah musim, sebuah langkah yang dianggap berisiko namun perlu. Kehadiran pelatih baru, asal Argentina, Marcelo Rospide, mulai memberikan warna permainan berbeda.
Rospide lebih memilih pendekatan taktik pragmatis, memperkuat lini tengah dan menekankan disiplin bertahan. Dalam konferensi persnya, ia menyebut: “Kami tidak bermain untuk indah saat ini. Target kami satu: bertahan di Liga 1.”
Dua laga sisa menghadapkan PSS pada dua lawan tangguh — satu di antaranya adalah sesama tim papan bawah. Hasil imbang pun bisa fatal. Semua tergantung pada ketepatan taktik, keberanian pemain, dan doa ribuan penggemar.
Barito Putera Antara Tradisi dan Ancaman Nyata
Klub kebanggaan Kalimantan Selatan, Barito Putera, menjadi nama ketiga dalam daftar tim yang belum aman dari degradasi. Meski secara historis lebih stabil di Liga 1, musim ini mereka dirundung inkonsistensi dan rentetan hasil buruk di fase penting.
- Keunggulan yang Mulai Terkikis
Dengan 30 poin dari 32 laga, Barito memang sedikit lebih unggul dibanding Semen Padang dan PSS. Namun posisi mereka belum aman. Selisih poin sangat tipis, dan jadwal berat menanti di dua pekan terakhir.
Masalah terbesar Barito terletak pada pertahanan yang rapuh dan terlalu sering kebobolan di menit-menit akhir. Catatan kebobolan di atas 50 gol musim ini menjadi peringatan serius bagi lini belakang mereka.
- Peran Penting Pemain Senior
Barito masih menggantungkan harapan pada pemain-pemain senior seperti Rizky Pora dan Bayu Pradana. Kepemimpinan mereka sangat dibutuhkan untuk menjaga stabilitas di ruang ganti dan di atas lapangan. Selain itu, striker asing Rafael Silva yang sempat kesulitan di awal musim mulai menunjukkan tanda-tanda kebangkitan.
Pelatih Rahmad Darmawan pun mengakui bahwa konsentrasi di momen-momen krusial menjadi kunci. “Di akhir musim seperti ini, kekuatan mental lebih penting dari teknik. Pemain harus tahan tekanan.”
Persaingan Zona Degradasi Sekali Salah Tamat Sudah
Hanya tiga tim terbawah yang akan terdegradasi. Saat ini, peringkat 15 hingga 18 hanya dipisahkan oleh jarak dua hingga tiga poin. Ini artinya, setiap pertandingan menjadi laga hidup mati. Kemenangan bisa mengangkat tim ke zona aman, sementara kekalahan bisa mengirim tim ke Liga 2.
Komposisi papan bawah sementara:
- Peringkat 15 – Arema FC – 31 poin
- Peringkat 16 – PSS Sleman – 28 poin
- Peringkat 17 – Semen Padang – 24 poin
- Peringkat 18 – RANS Nusantara – 23 poin
Barito Putera berada di peringkat 14 dengan 30 poin, tapi dua kekalahan bisa menjerumuskan mereka langsung ke zona merah. Tak ada jaminan aman hingga peluit akhir pekan ke-34 dibunyikan.
Faktor Non-Teknis Wasit Jadwal dan Tekanan Suporter
Dalam situasi krusial seperti ini, faktor non-teknis bisa menjadi penentu nasib tim. Kontroversi keputusan wasit menjadi sorotan di beberapa laga tim papan bawah. Semen Padang sempat melayangkan protes resmi usai penalti kontroversial diberikan kepada lawan di laga penting.
Jadwal yang padat dan kadang tidak ideal juga menjadi keluhan. PSS harus menjalani laga tandang hanya berselang tiga hari dari pertandingan sebelumnya. Fatigue dan cedera menjadi momok serius.
Tekanan dari suporter juga tak bisa diabaikan. Stadion yang penuh bisa menjadi senjata dua mata: menyemangati atau membebani mental pemain. Bahkan, media sosial menjadi ruang yang tak kalah panas, penuh harapan sekaligus kemarahan dari para fans.
Peluang dan Prediksi Siapa yang Bertahan
Jika melihat tren permainan, PSS Sleman menunjukkan tanda-tanda perbaikan, terutama setelah kemenangan atas Persija. Semen Padang justru terlihat mulai kehilangan arah dan semangat, sementara Barito Putera masih mengandalkan pengalaman dan keberuntungan.
Prediksi sementara:
- PSS Sleman: Peluang 60% bertahan jika mampu mencuri poin di laga tandang terakhir.
- Barito Putera: Peluang 70% bertahan, tapi tergantung pada hasil Arema dan PSS.
- Semen Padang: Peluang hanya 30% bertahan, harus menang dua laga dan berharap tim lain kalah.
Namun sepak bola tidak bisa ditebak. Satu gol, satu keputusan wasit, atau satu momen magis bisa mengubah segalanya.
Baca Juga:
- SBOTOP Bertarung Tanpa Pemenang: Borneo FC Gagalkan Kemenangan Persebaya di Menit-Menit Akhir
- SBOTOP: Tertahan di Kandang Semen Padang Masih Dibayangi Ancaman Degradasi Usai Imbang Kontra Persik
- SBOTOP Turnamen Bocah Nusantara-Oranye: Simbol Persahabatan Abadi Belanda dan Indonesia di Lapangan Hijau