Kekalahan memang menyakitkan, tetapi bagi pelatih PSIM Yogyakarta, Robert van Gastel, setiap hasil negatif adalah kesempatan untuk tumbuh. Itulah pesan utama yang disampaikan pelatih asal Belanda itu setelah timnya menelan kekalahan tipis 1-2 dari Persita Tangerang dalam lanjutan Liga 2 Indonesia 2025.
Bertanding di Stadion Sultan Agung, Bantul, PSIM sejatinya tampil cukup baik di hadapan ribuan pendukung setia mereka, Brajamusti dan The Maident. Namun, sejumlah kesalahan elementer dan kurangnya konsentrasi di menit-menit krusial membuat kemenangan yang sudah di depan mata harus sirna.
Bagi Van Gastel, hasil itu bukan sekadar kehilangan tiga poin, tetapi juga pelajaran penting tentang konsistensi, disiplin, dan mental bertanding. Ia menegaskan bahwa PSIM tidak boleh larut dalam kekecewaan, melainkan harus menjadikan kekalahan itu sebagai bahan evaluasi untuk memperkuat fondasi permainan ke depan.
Awal Pertandingan yang Menjanjikan
Sejak peluit awal dibunyikan, PSIM tampil percaya diri. Dengan formasi 4-2-3-1, Van Gastel mengandalkan kombinasi pemain muda dan berpengalaman. Aditya Putra Dewa berperan sebagai kapten di lini belakang, sementara di lini depan, Alfonsius Kelvan menjadi andalan utama dalam menekan pertahanan Persita.
Dukungan penuh dari suporter yang memenuhi tribun membuat PSIM bermain agresif sejak menit pertama. Mereka langsung menekan Persita dengan pressing tinggi dan mencoba menciptakan peluang cepat. Pada menit ke-12, PSIM sempat membuka peluang emas melalui tendangan bebas Nurul Hidayat, namun bola masih melambung tipis di atas mistar.
PSIM akhirnya memecah kebuntuan di menit ke-25. Umpan silang dari Kushedya Hari Yudo berhasil disundul oleh Sadam Ginting, dan bola meluncur mulus ke gawang Persita tanpa bisa diantisipasi kiper Try Hamdani. Stadion pun bergemuruh.
Namun, keunggulan itu tidak bertahan lama. Persita yang dilatih oleh Angel Alfredo Vera segera merespons dengan serangan balik cepat. Hasilnya, pada menit ke-33, Ramiro Fergonzi berhasil menyamakan kedudukan lewat tendangan keras dari dalam kotak penalti. Skor 1-1 bertahan hingga turun minum.
Babak Kedua Konsentrasi Buyar Kemenangan Menguap
Memasuki babak kedua, PSIM masih berusaha menguasai permainan. Van Gastel tampak tenang di pinggir lapangan, memberikan instruksi agar anak asuhnya tetap fokus dan sabar dalam membangun serangan.
Namun, situasi berubah di menit ke-67. Saat PSIM tengah asyik menyerang, Persita memanfaatkan kelengahan lini belakang melalui serangan balik cepat. Bola panjang dari lini tengah diterima dengan baik oleh Fergonzi, yang kemudian memberikan umpan matang kepada Rizky Dwi, dan diselesaikan dengan tembakan akurat ke sudut bawah gawang. Skor berubah menjadi 1-2 untuk Persita.
Meski tertinggal, PSIM tidak menyerah. Mereka terus menekan dengan permainan cepat dari sisi sayap, terutama melalui duet Hari Yudo dan Alfin Tuasalamony. Beberapa peluang berbahaya tercipta, namun penyelesaian akhir menjadi masalah utama. Tendangan Alfonsius di menit ke-82 masih melebar, sementara sepakan jarak jauh Nurul Hidayat ditepis kiper Persita dengan gemilang.
Hingga peluit panjang dibunyikan, skor tidak berubah. Persita keluar sebagai pemenang, sementara PSIM harus menerima kenyataan pahit kalah di kandang sendiri.
Van Gastel “Kekalahan Ini Adalah Guru yang Keras”
Dalam konferensi pers usai pertandingan, Van Gastel berbicara dengan nada tenang namun tegas. Ia tidak mencari kambing hitam, melainkan menekankan pentingnya introspeksi tim secara kolektif.
“Kekalahan ini adalah guru yang keras, tapi juga penting. Saya ingin para pemain belajar dari setiap kesalahan. Kami tidak kalah karena kurang semangat, tetapi karena kurang fokus di momen penting,” ujar Van Gastel.
Pelatih berusia 52 tahun itu juga menyoroti pentingnya manajemen emosi dalam pertandingan. Menurutnya, beberapa pemain terlihat terburu-buru saat kehilangan bola, yang berujung pada pengambilan keputusan yang salah.
“Di sepak bola, satu detik kehilangan fokus bisa mengubah segalanya. Kami harus belajar bagaimana menjaga mental ketika unggul dan tidak panik ketika ditekan,” tambahnya.
Van Gastel menilai bahwa secara keseluruhan, permainan PSIM sudah berada di jalur yang benar. Namun, ia menegaskan masih banyak aspek yang perlu ditingkatkan, terutama dalam hal komunikasi antar lini dan efektivitas serangan.
Evaluasi dan Catatan Teknis dari Laga
Dari sisi teknis, PSIM sebenarnya mencatat statistik yang cukup baik. Mereka menguasai bola hingga 57%, menciptakan 11 tembakan, dengan 5 di antaranya mengarah ke gawang. Namun, efektivitas menjadi masalah utama. Dari banyak peluang yang tercipta, hanya satu yang berhasil dikonversi menjadi gol.
Sementara Persita tampil lebih efisien. Dengan hanya 7 tembakan, dua di antaranya berhasil menjadi gol. Hal ini menunjukkan perbedaan signifikan dalam hal penyelesaian akhir dan pengalaman menghadapi tekanan pertandingan.
Lini belakang PSIM juga mendapat sorotan. Beberapa kali bek tengah gagal membaca pergerakan lawan, terutama dalam transisi cepat. Koordinasi antara gelandang bertahan dan bek tampak kurang solid, membuat ruang di depan kotak penalti terbuka lebar bagi lawan.
Van Gastel mengakui hal itu dan berjanji akan memperbaikinya.
“Kami akan fokus memperkuat lini pertahanan dalam latihan berikutnya. Transisi dari menyerang ke bertahan harus lebih cepat. Ini soal disiplin dan komunikasi,” jelasnya.
Respons Para Pemain Antara Kekecewaan dan Tekad Bangkit
Usai laga, beberapa pemain PSIM mengungkapkan rasa kecewa mereka atas hasil ini. Kapten tim, Aditya Putra Dewa, mengatakan bahwa tim sudah berjuang maksimal, namun kurang beruntung.
“Kami sudah memberikan segalanya. Tapi terkadang, bola tidak berpihak. Kami harus lebih tenang dan belajar dari kesalahan,” ucapnya.
Sementara itu, Beckham Nugraha, gelandang muda yang baru dipinjam dari Persib, menilai kekalahan ini bisa menjadi titik balik.
“Kami semua kecewa, tapi justru dari sini kami belajar. Liga 2 masih panjang, dan kami harus bangkit di laga berikutnya,” katanya penuh semangat.
Para pemain juga menyampaikan apresiasi mereka kepada suporter yang tetap memberikan dukungan hingga akhir laga. Meski kecewa, para pendukung PSIM tetap menyanyikan yel-yel penyemangat ketika para pemain berjalan ke arah tribun seusai pertandingan.
Dukungan Penuh dari Brajamusti dan The Maident
Suporter PSIM dikenal sebagai salah satu kelompok pendukung paling fanatik di Indonesia. Mereka tidak hanya memenuhi stadion, tetapi juga memberikan atmosfer luar biasa di setiap laga.
Setelah kekalahan melawan Persita, kedua kelompok besar suporter, Brajamusti dan The Maident, justru memberikan dukungan moral kepada para pemain. Mereka menyambut bus tim di pintu keluar stadion sambil menyanyikan chant “Laskar Mataram Tak Akan Mundur!”
Seorang perwakilan suporter, Eko “Bolang” Sutrisno, mengatakan bahwa kekalahan bukan alasan untuk berhenti mendukung.
“Kami kecewa, tentu saja. Tapi PSIM adalah kebanggaan kami. Kami ingin para pemain tahu bahwa kami tetap di belakang mereka, apa pun hasilnya,” ujarnya.
Gestur tersebut disambut positif oleh Van Gastel dan para pemain. “Inilah mengapa saya bangga melatih tim ini. Dukungan mereka luar biasa, bahkan di saat kami kalah,” kata Van Gastel dengan mata berkaca-kaca.
Pelajaran Penting Mentalitas dan Konsistensi
Bagi Van Gastel, pelajaran terbesar dari kekalahan ini adalah pentingnya mental juara. Ia ingin para pemain PSIM belajar bagaimana mengelola pertandingan, terutama ketika sudah unggul.
“Kita bukan hanya butuh skill, tapi juga mentalitas. Tim besar adalah tim yang tahu bagaimana mempertahankan keunggulan. Itu yang sedang kami bangun di PSIM,” katanya.
Pelatih yang pernah menukangi tim junior Feyenoord Rotterdam itu dikenal memiliki filosofi permainan berbasis disiplin dan kerja keras. Ia menekankan bahwa pemain harus memahami tanggung jawab taktis di setiap posisi.
“Kemenangan bukan datang dari keajaiban. Ia datang dari latihan yang konsisten, kerja sama yang kuat, dan fokus yang tidak tergoyahkan,” tegasnya.
Rencana Perbaikan Fokus pada Kedisiplinan dan Transisi Cepat
Dalam latihan berikutnya, Van Gastel sudah menyiapkan rencana perbaikan yang detail. Ia ingin memperkuat dua aspek utama: disiplin bertahan dan transisi cepat dari bertahan ke menyerang.
“Ketika kami kehilangan bola, kami harus bisa segera menutup ruang. Tidak boleh ada jeda lebih dari dua detik. Dan ketika kami mendapat bola, kami harus tahu kapan memperlambat dan kapan mempercepat,” ujarnya.
Selain itu, ia juga berencana melakukan rotasi pemain untuk memberikan kesempatan kepada beberapa nama muda seperti Asep Firmansyah dan Ilham Wahyudi, yang dinilai memiliki potensi besar untuk membantu tim dalam laga-laga berikutnya.
Baca Juga: