Setelah lebih dari satu dekade menjadi ikon Leicester City, Jamie Vardy secara resmi mengumumkan bahwa ia akan meninggalkan klub pada akhir musim ini. Keputusan tersebut menandai akhir dari perjalanan luar biasa seorang pemain yang pernah dianggap tidak mungkin mencapai puncak sepak bola Inggris, tetapi kemudian menjadi simbol keajaiban dan ketekunan di Premier League.
Vardy pertama kali bergabung dengan Leicester pada tahun 2012 dari Fleetwood Town, sebuah klub non-liga saat itu. Transfernya senilai £1 juta menjadi rekor nasional untuk pemain dari divisi non-liga. Meski awalnya diragukan, Vardy perlahan membungkam kritik dengan semangat, kerja keras, dan insting mencetak gol yang tajam.
Selama 12 tahun berseragam The Foxes, Vardy tampil dalam 496 pertandingan dan mencetak 198 gol di semua kompetisi. Pencapaian tersebut menempatkannya sebagai salah satu pencetak gol terbanyak sepanjang masa dalam sejarah klub — dan tanpa diragukan lagi, sebagai salah satu pemain paling berpengaruh.
Salah satu momen paling ikonik dari kariernya tentu saja adalah musim 2015/16, ketika Leicester secara mengejutkan menjuarai Premier League, melawan segala prediksi. Vardy memainkan peran penting dalam keberhasilan tersebut, termasuk mencetak gol dalam 11 pertandingan liga secara beruntun, memecahkan rekor sebelumnya yang dipegang oleh Ruud van Nistelrooy. Musim itu bukan hanya tentang trofi, tapi tentang mimpi yang menjadi nyata — dan Vardy adalah wajah dari mimpi tersebut.
Selain gelar Premier League, Vardy juga membantu Leicester promosi dari Championship pada 2014, serta membawa klub menjuarai FA Cup untuk pertama kalinya dalam sejarah pada 2021. Dedikasinya untuk klub tak pernah pudar, bahkan ketika banyak tawaran datang dari klub-klub besar.
Keputusan untuk pergi di akhir musim adalah momen emosional, bukan hanya bagi Vardy tetapi juga bagi para penggemar. Ia bukan sekadar striker, tetapi simbol perjalanan Leicester dari klub papan tengah menjadi juara liga.
Saat ia bersiap untuk bab baru dalam hidupnya, Jamie Vardy akan selalu dikenang sebagai pahlawan sejati King Power Stadium, bukti bahwa kerja keras, tekad, dan sedikit keberanian bisa menciptakan kisah legendaris dalam dunia sepak bola.
Jamie Vardy Ucapkan Selamat Tinggal Akhir Perjalanan Sang Legenda di Leicester
Setelah bertahun-tahun menjadi ikon dan jantung dari Leicester City, Jamie Vardy resmi mengumumkan bahwa ia akan meninggalkan klub saat kontraknya berakhir musim panas ini. Pengumuman tersebut datang hanya beberapa hari setelah Leicester dipastikan terdegradasi kembali ke Championship, mengakhiri musim yang penuh gejolak dengan kenyataan pahit bagi para penggemarnya.
Di usia 38 tahun, Vardy menunjukkan bahwa semangat juangnya belum padam. Ia mencetak 20 gol di semua kompetisi musim lalu, menjadi cahaya terang di tengah performa tim yang inkonsisten. Namun, meskipun kontribusinya signifikan, hal itu tak cukup untuk menyelamatkan Leicester dari degradasi kedua mereka dalam dua tahun terakhir, menyusul promosi cepat setelah turun kasta pada 2023.
Pengumuman perpisahan Vardy disampaikan secara emosional melalui sebuah video yang diunggah ke media sosial resmi Leicester. Dalam video tersebut, ia mengatakan, “Kepada para penggemar Leicester, saya merasa sedih karena hari ini akan tiba, namun saya tahu ini akan terjadi pada akhirnya.” Kata-kata itu menggambarkan betapa dalamnya ikatan Vardy dengan klub dan para suporternya.
Vardy bukan hanya pemain, ia adalah simbol perjalanan Leicester City — dari klub Championship biasa menjadi juara Premier League yang menakjubkan pada 2016. Kariernya di klub dimulai pada 2012 dengan transfer dari Fleetwood Town, dan sejak itu, ia menjadi legenda. Gaya bermain yang agresif, ketajaman mencetak gol, dan mentalitas pantang menyerah membuatnya dicintai oleh para pendukung.
Meski usianya tak lagi muda, Vardy tetap menunjukkan ketajaman dan profesionalisme di lapangan, membuktikan bahwa kualitas tak selalu menurun dengan waktu. Namun, kepergiannya di tengah situasi sulit ini menandai akhir sebuah era di King Power Stadium.
Dengan berat hati, Leicester kini harus melangkah ke depan tanpa pemain yang telah memberikan segalanya untuk klub — 198 gol dalam hampir 500 penampilan tak akan mudah digantikan. Vardy pergi, namun warisannya akan terus hidup dalam cerita-cerita terbesar yang pernah ditulis dalam sejarah klub.
Jamie Vardy Resmi Pamit Menutup Lembaran Emas Bersama Leicester City
Setelah 13 tahun mengukir sejarah dan menciptakan kenangan abadi, Jamie Vardy resmi mengumumkan perpisahannya dengan Leicester City SBOTOP. Dalam pernyataan penuh emosi, sang penyerang legendaris menyampaikan bahwa ia merasa waktunya sudah tepat untuk menutup lembaran kariernya sebagai bagian dari The Foxes.
“Saya telah menghabiskan 13 tahun yang luar biasa di klub ini, dengan banyak kesuksesan, dan beberapa kegagalan, namun sebagian besar merupakan masa-masa terbaik. Akhirnya tiba saatnya untuk mengakhiri karier, dan saya sangat sedih, namun saya rasa waktunya sudah tepat,” ujar Vardy.
Bukan hanya sekadar perpisahan biasa, ini adalah akhir dari sebuah era emas di Leicester City. Vardy bukan hanya bagian dari tim—ia adalah simbol kebangkitan klub dari kasta bawah hingga menjadi juara Premier League pada 2016, salah satu kisah terbesar dalam sejarah sepak bola modern.
Didatangkan dari Fleetwood Town pada 2012, Vardy membuktikan bahwa kerja keras dan dedikasi bisa mengalahkan segala keraguan. Dengan kecepatan, naluri mencetak gol yang luar biasa, dan mentalitas tak kenal menyerah, ia menjadi momok menakutkan bagi pertahanan lawan selama lebih dari satu dekade.
Statistiknya pun mengukuhkan status legenda: dengan 198 gol dalam 496 pertandingan, Vardy kini tercatat sebagai pencetak gol terbanyak ketiga sepanjang masa Leicester City, hanya kalah dari Arthur Chandler (273) dan Arthur Rowley (265). Capaian luar biasa bagi pemain yang dulunya dipandang sebelah mata karena berasal dari klub non-liga.
Namun, bagi Vardy, pencapaian terbesar mungkin bukan sekadar gol atau trofi. Melainkan bagaimana ia membangun hubungan emosional dengan para fans, membentuk identitas klub, dan menjadi teladan bagi generasi muda. Ia bukan hanya pahlawan lapangan, tapi juga ikon perjuangan dan ketulusan.
Kini, saat ia menutup babak kariernya di King Power Stadium, satu hal yang pasti: nama Jamie Vardy akan selalu abadi dalam sejarah Leicester City. Meski ia akan melangkah pergi, jejaknya akan tetap tertinggal dalam setiap chant suporter dan dalam setiap momen kebanggaan klub.
Jamie Vardy Legenda Premier League dan Raja Gol Leicester City
Ketika berbicara tentang penyerang paling berpengaruh di era modern Premier League, nama Jamie Vardy tidak bisa dilewatkan. Mantan pemain internasional Inggris ini bukan hanya menjadi ikon Leicester City, tetapi juga mencatatkan diri sebagai salah satu striker paling mematikan yang pernah menghiasi liga tertinggi Inggris.
Sejak melakukan debutnya di Premier League pada Agustus 2014, Vardy secara konsisten menunjukkan ketajaman luar biasa di depan gawang. Dengan 143 gol, ia tercatat sebagai pencetak gol terbanyak Leicester City sepanjang sejarah Premier League. Tidak hanya itu, Vardy juga menyumbang total 338 gol di semua kompetisi untuk The Foxes, menjadikannya sebagai salah satu pahlawan terbesar klub.
Lebih mengesankan lagi, hanya ada tujuh pemain dalam sejarah Premier League yang mampu mencetak lebih banyak gol untuk satu klub dibandingkan Vardy untuk Leicester. Nama-nama besar seperti Thierry Henry di Arsenal atau Wayne Rooney di Manchester United berdiri dalam daftar yang sama—membuktikan bahwa Vardy layak disandingkan dengan para legenda sejati.
Musim terbaiknya secara statistik datang pada 2015-16, di bawah arahan manajer Claudio Ranieri. Tahun itu, ia mencetak 24 gol di semua kompetisi, dan lebih penting lagi, menjadi motor utama dalam perjalanan epik Leicester meraih gelar juara Premier League—sebuah pencapaian yang nyaris mustahil dan tetap menjadi kisah dongeng paling ikonik dalam sejarah sepak bola Inggris.
Tak hanya berhenti di sana, Vardy juga sukses mengangkat trofi Piala FA pada tahun 2021, kali ini di bawah asuhan Brendan Rodgers. Momen tersebut memperkaya koleksi gelarnya dan menegaskan bahwa kontribusinya kepada klub tak hanya bersifat jangka pendek, tapi menyentuh berbagai generasi skuad Leicester.
Jika dibandingkan dengan para penyerang terbaik sejak debutnya, hanya Mohamed Salah (182 gol) dan Harry Kane (210 gol) yang mencetak lebih banyak gol di Premier League. Fakta ini menjadi bukti bahwa Jamie Vardy adalah predator sejati, dan statusnya sebagai legenda bukan hanya karena cerita indah dari non-liga ke juara liga, tetapi karena statistik dan dedikasinya yang luar biasa.
Jamie Vardy bukan hanya striker; ia adalah simbol perjuangan, keberanian, dan kebesaran dalam kesederhanaan.
Baca Juga :