Dalam beberapa bulan terakhir, dinamika internal sepak bola Indonesia kembali menjadi sorotan tajam publik. Rumor mengenai gelombang perpecahan di lingkaran PSSI mencuat ke permukaan, dipicu oleh sejumlah keputusan strategis yang dianggap tidak populer oleh sebagian kalangan. Namun, di tengah pusaran isu tersebut, dua figur penting — Bernhard Zwiers dan Simon McMenemy — justru memilih sikap berbeda: tetap solid dan setia bekerja di bawah naungan PSSI.
Konsistensi dan loyalitas keduanya menjadi sorotan tersendiri. Saat sejumlah nama mulai menjauh dari federasi karena perbedaan pandangan, Zwiers dan Simon menegaskan komitmen untuk tetap berada dalam sistem, berkontribusi dari dalam, dan menjaga kesinambungan program sepak bola nasional.
Sikap mereka ini dianggap sebagai angin segar di tengah ketegangan yang sempat mencuat di level manajemen sepak bola Indonesia.
Latar Belakang Ketegangan di Balik Layar PSSI
Beberapa waktu terakhir, PSSI kembali diterpa isu tak sedap. Sejumlah pihak internal dan eksternal dikabarkan memiliki perbedaan pendapat dengan kepemimpinan federasi terkait arah kebijakan teknis, terutama mengenai restrukturisasi program tim nasional dan manajemen kompetisi domestik.
Isu ini menguat seiring perubahan besar yang dilakukan PSSI di bawah kepemimpinan Erick Thohir, termasuk perombakan beberapa struktur kepelatihan, reformasi lisensi pelatih, dan pembenahan sistem kompetisi profesional.
Sebagian pihak merasa perubahan ini terlalu cepat dan cenderung tidak memberikan ruang transisi yang cukup bagi pelaku sepak bola di lapangan. Akibatnya, muncul “gelombang berpisah” — istilah yang merujuk pada kelompok-kelompok yang memilih mundur, mengundurkan diri, atau mengambil jarak dari federasi.
Namun, tidak semua mengikuti arus tersebut. Dua nama penting, Bernhard Zwiers (anggota Komite Eksekutif PSSI) dan Simon McMenemy (mantan pelatih timnas dan kini konsultan teknis PSSI), justru tampil berbeda. Mereka memilih tetap berada di dalam sistem, dengan alasan ingin memastikan perubahan yang sedang berlangsung tidak kehilangan arah.
Profil Singkat Bernhard Zwiers dan Simon McMenemy
- Bernhard Zwiers Si “Penjembatan” di Tubuh PSSI
Bernhard Zwiers adalah sosok yang dikenal tenang dan diplomatis di kalangan pengurus PSSI. Sebagai salah satu anggota Komite Eksekutif (Exco), ia sering menjadi penghubung antara berbagai faksi di dalam tubuh federasi.
Zwiers bukan tipe pejabat yang gemar tampil di depan media, namun kiprahnya cukup penting — terutama dalam urusan regulasi, hubungan internasional, dan pengembangan kompetisi.
Dalam beberapa kesempatan, Zwiers menegaskan bahwa loyalitas kepada organisasi bukan berarti menutup mata terhadap kekurangan. Ia percaya, perubahan harus dilakukan dari dalam sistem, bukan dengan keluar dari lingkaran tanggung jawab.
“Kritik itu perlu, tapi perbaikan nyata hanya bisa dilakukan kalau kita tetap berada di dalam struktur. Saya tidak percaya dengan konsep membangun dari luar sambil melempar batu,” ujar Zwiers dalam sebuah wawancara eksklusif di Jakarta.
Simon McMenemy Dari Pelatih Jadi Penasihat Teknis
Nama Simon McMenemy bukan asing bagi publik sepak bola Indonesia. Pelatih asal Skotlandia ini pernah menukangi Timnas Indonesia pada 2019, dan sempat meninggalkan jejak profesionalisme yang kuat meskipun masa kerjanya singkat.
Kini, Simon kembali ke Indonesia, bukan sebagai pelatih kepala, melainkan sebagai konsultan teknis PSSI — peran yang berfokus pada pembinaan pelatih lokal, program scouting, dan sistem pengembangan pemain muda.
Simon dikenal sebagai sosok yang realistis, tetapi tetap idealis dalam pandangan sepak bola modern. Ketika rumor tentang gelombang perpecahan mulai merebak, Simon memilih diam dan tetap fokus pada pekerjaannya.
“Saya datang untuk membantu sepak bola Indonesia tumbuh. Jika setiap kali ada perbedaan pendapat kita memilih keluar, siapa yang akan menyelesaikan masalahnya?” katanya dalam sebuah forum pelatihan pelatih AFC di Jakarta.
Gelombang Perpisahan Dari Isu ke Realitas
Istilah “gelombang berpisah” mulai ramai dibicarakan setelah sejumlah figur penting di lingkaran sepak bola nasional dikabarkan mengundurkan diri atau mengambil jarak dari PSSI.
Sebagian di antaranya merasa tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan strategis, sementara yang lain menilai arah kebijakan federasi terlalu terpusat pada proyek jangka pendek seperti SEA Games dan Piala Asia.
Beberapa pengamat menyebut bahwa dinamika semacam ini wajar dalam organisasi besar yang sedang bertransformasi. Namun, respon publik terhadap isu perpecahan ini menjadi sorotan, apalagi setelah muncul spekulasi bahwa konflik ini juga berimbas ke program Timnas Indonesia di berbagai level usia.
Dalam suasana seperti itu, keberadaan figur seperti Zwiers dan Simon menjadi penting. Mereka dianggap sebagai penyeimbang yang mampu menjaga komunikasi dan mencegah konflik terbuka antar pihak internal.
Komitmen untuk Tetap di Dalam Sistem
Salah satu hal yang membuat Zwiers dan Simon mendapat pujian adalah komitmen mereka untuk tetap bekerja dalam sistem PSSI meskipun banyak tekanan eksternal.
Bagi Zwiers, langkah keluar dari federasi bukan solusi, karena setiap perubahan pasti menimbulkan gesekan.
“Organisasi tidak bisa diselamatkan dari luar pagar. Kita perlu orang-orang di dalam yang mau bekerja keras, bahkan ketika situasinya sulit,” ujarnya tegas.
Simon pun menggemakan pandangan serupa. Ia menilai, sepak bola Indonesia sedang berada dalam fase penting: membangun budaya profesionalisme dan transparansi.
Dalam fase seperti itu, perbedaan pendapat pasti muncul, tapi yang dibutuhkan adalah dialog, bukan perpisahan.
“Saya sudah bekerja di banyak negara. Di mana pun, perubahan selalu menimbulkan friksi. Tapi yang penting adalah komitmen untuk terus maju, bukan mencari alasan untuk pergi,” ujarnya.
Tantangan yang Sedang Dihadapi PSSI
PSSI saat ini tengah menjalankan sejumlah proyek besar yang menuntut kolaborasi penuh di semua lini.
Beberapa di antaranya adalah:
- Restrukturisasi kompetisi profesional (Liga 1, Liga 2, Liga 3) agar lebih efisien dan berkelanjutan.
- Modernisasi sistem perwasitan dan pelatihan pelatih lokal.
- Persiapan program Timnas U17, U20, dan Senior menuju turnamen internasional.
- Penguatan infrastruktur sepak bola daerah dan akademi usia muda.
Dalam pelaksanaan program besar ini, gesekan internal wajar terjadi. Tapi ketika perbedaan pandangan berujung pada sikap menjauh, proyek bisa terhambat.
Itulah sebabnya peran figur seperti Zwiers dan Simon sangat penting — mereka menjaga agar jembatan komunikasi tetap terbuka.
Zwiers Diplomasi dan Keteguhan
Zwiers dikenal memiliki gaya komunikasi yang tenang dan sabar. Dalam berbagai rapat internal PSSI, ia sering berperan sebagai mediator antara kubu yang berbeda pandangan.
Ia juga memiliki hubungan baik dengan sejumlah perwakilan klub Liga 1 dan Liga 2, terutama dalam pembahasan regulasi pemain asing dan sistem promosi-degradasi.
Menurut beberapa sumber internal, Zwiers menolak tawaran dari kelompok yang memilih mundur karena ia merasa tanggung jawab moralnya adalah memastikan stabilitas organisasi.
“Kalau semua orang pergi saat kapal oleng, siapa yang akan menahannya agar tidak tenggelam?” ucapnya dalam salah satu rapat internal yang bocor ke media.
Bagi Zwiers, bertahan bukan berarti setuju dengan semua keputusan. Ia tetap kritis terhadap beberapa kebijakan federasi, tapi memilih menyampaikan kritik secara langsung di forum resmi, bukan melalui opini publik.
Simon Profesionalisme dan Dedikasi
Sementara itu, Simon McMenemy menunjukkan keteladanan profesional dalam bekerja. Meskipun ia bukan orang Indonesia, kecintaannya terhadap sepak bola Tanah Air sudah terbukti.
Sejak kembali menjadi konsultan, Simon aktif terlibat dalam proyek pengembangan pelatih muda dan program “Garuda Development Pathway” yang bertujuan mencetak pelatih lokal berstandar internasional.
Ia percaya bahwa Indonesia memiliki potensi luar biasa, tetapi sering kali kehilangan arah karena ego sektoral dan konflik internal.
“Kita punya pemain berbakat, pelatih potensial, dan suporter yang luar biasa. Tapi kalau energi habis untuk berdebat dan berpisah, kita tidak akan pernah maju,” katanya.
Simon juga menjadi figur penting di balik integrasi sistem pelatihan digital yang kini mulai diterapkan di beberapa akademi sepak bola daerah.
Ia lebih memilih bekerja dalam diam daripada sibuk menanggapi rumor politik organisasi.
Baca Juga:












